1

6.6K 207 2
                                    


Gerbang utama SMA telah ditutup oleh satpam lima menit yang lalu, menyisakan beberapa siswa yang telat. Wajah mereka tampak ditekuk. Sebenarnya mereka bisa masuk jika tiba beberapa menit lebih awal, mereka hanya telat lima menit tapi sepertinya satpam berkumis tebal itu tidak akan membiarkan mereka masuk.

Serra dengan keranjang yang berisi dagangannya, berjalan mengendap endap menuju samping sekolahnya. Gadis itu mengenakan tudung jaketnya, jangan sampai dirinya ketahuan. Beruntung pagi ini dirinya berangkat bersama dengan tetangga samping rumahnya yang kebetulan sekolahnya searah dengannya. Tapi tetangganya itu masuk pukul tujuh lebih tiga puluh, sedangkan sekolah Serra masuk pukul tujuh.

Gadis itu mengulas senyum ketika pintu samping sekolah sedikit terbuka. Akhirnya Serra menyelinap masuk melalui celah pintu itu. Ketika sudah berhasil masuk, tubuhnya mematung saat menemukan Bu Pipit seorang guru bahasa Perancis yang mengajarnya.

Sepertinya guru itu juga baru saja menyelinap melalui pintu samping, terlihat dari jaket, tas, dan helm yang masih dikenakannya. Serra bimbang, harus berbuat apa. Akhirnya Serra menampilkan senyum terbaiknya.

"Selamat pagi Bu," sapa Serra sembari mencium tangan si ibu guru.

Mau bagaimana lagi? Masak dirinya lari, sudah kepalang tanggung dirinya tertangkap basah menyelinap masuk. Untungnya mereka berdua sama sama telat, jadi Bu Pipit tidak menghukumnya.

"Lain kali jangan lewat sini yaa," memang pintu samping terkenal sebagai jalan beberapa guru atau pegawai yang telat.

"Siap Bu, izin masuk kelas dulu."

Tidak jauh dari pintu rahasia itu, Serra hampir saja menabrak sosok tinggi karena saking terburu burunya menuju kelas. Jangan sampai gurunya lebih dulu berada di kelas, atau dirinya akan ketahuan jika telat.

"Telat?" tanya sosok yang hampir ditabraknya.

"Ehhh, engga kok Kak tadi habis dari kamar mandi." Serra berbohong, jangan sampai pria yang pernah menjabat sebagai ketua OSIS tahu dirinya diam diam menyelinap. Yang ada pria itu akan melaporkannya pada guru piket, dan Serra berakhir bersih bersih dan menguras kamar mandi.

"Gue tadi lihat lo muncul dari situ," tunjuk pria itu ke arah pintu samping.

"Yahh, jangan laporin dong Kak. Ini mau ada ulangan jam pertama, jangan laporin ya yaa? Please?" Serra menatap pria yang bernama Bian itu penuh harap.

Perkenalkan lelaki yang saat ini sedang berada di hadapan Serra adalah Fabian, atau sering dipanggil Bian. Pria itu saat ini duduk di kelas dua belas, dan sebelumnya aktif dalam ekstrakulikuler paskibra, dan mantan ketua OSIS.

Saat masa orientasi siswa dulu, semua siswa baru diwajibkan untuk memberikan surat cinta kepada kakak kelas. Dannn, surat cinta Serra ditujukan untuk pria itu. Alasannya sederhana, Bian memang sangat menonjol.

Ehhh apanya yang menonjol?

Wajahnya, dan juga pembawaan pria itu yang tenang dan tampak memiliki wibawa sebagai ketua OSIS. Serra yakin pria itu panen surat cinta pada saat itu. Bahkan dirinya ragu Bian akan membaca surat cinta yang dirinya terima, karena saking banyaknya.

Sialnya, surat cinta itu harus menyantumkan pas foto sehingga para penerima surat akan mengetahui seperti apa wajah si pengirim. Namun karena terlalu malas harus mencetak foto yang terbaru, Serra menggunakan pas fotonya waktu gadis itu masih TK. Tentu wajahnya sudah sangat berbeda, dan menurut Serra dirinya tidak melanggar aturan. Karena tidak dicantumkan aturan harus pas foto terbaru.

"Ya udah sana masuk kelas!" seru Bian yang juga harus segera menuju kelasnya.

Melihat guru mata pelajaran pertama yang sudah berjalan menuju kelasnya, Serra pun langsung berlari. Wanita itu harus sampai terlebih dahulu dari pada gurunya!

WHEN THE PARTY'S OVERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang