Haiii, kangen engga? Wkwk
Seminggu kemarin sakit, engga bisa nulis :(
Kalian jaga kesehatan, jangan sampai sakit yaaa
Setelah ini akan kembali seperti biasa, update bergantian When The Party's Over sama Better Than Words
Jangan lupa vote & comment yang ramaiii
Bian yang berada di balik mesin kopi memutar mata malas ketika Lean yang sedang memainkan lagu membuat para pelanggan Forest Coffee terbius. Anak itu harusnya malam ini makan malam bersama keluarga Pharaoh dan rekan bisnis keluarga mereka yaitu Keluarga Adhitama. Namun Leander Pharaoh itu memilih absen karena terlalu malas mendengar omelan ibunya.
"Pokoknya malem ini bayarannya mau minta duit 50 juta. Ini pelanggan setia ke sini gara gara kangen gue tahu!" Lean menyisir rambutnya ke belakang, anak itu memang sebelas dua belas dengan kakaknya Rose. Mereka berdua sama sama songong.
"Masih mending gue gratis makan apa aja, dari pada ntar cuma gue kasih nasi kotak. Lagian musisi yang suaranya lebih bagus dari lo aja bayarannya engga segitu. Lo, artis bukan, terkenal jugaa engga, masak minta 50 juta."
"Bang Bian tega! Kartu gue diblokir Mama, kasih uang jajan aja deh buat sebulan ke depan."
Pria yang saat ini berada di semester akhir itu seketika wajahnya tertekuk mengingat kartunya diblokir oleh ibunya sendiri.
"Kalian itu sebenernya ngapain sih? Kemarin Rose yang ngeluh kartunya di blokir, sekarang lo. Habis ngapain lo!"
"Gue mau jokiin skripsi gue, ehh ketahuan Mama. Padahal bayar joki engga ada dua puluh juta, tapi Mama ngomel panjang lebar. Pelit memang Bu Karen itu,"
Bian menarik napas panjang, lalu menghembuskannya pelan pelan. Bukan keluarga Pharaoh jika tingkahnya tidak aneh bin ajaib. Sebenarnya Bian tahu jika Lean ini tidak bodoh bodoh amat. Tapi pria itu lebih cinta gunung dan musik dari pada menyelesaikan skripsinya.
"Tante itu marah bukan karena perkara duit dua puluh juta, tapi lo yang malah jokiin skipsi. Gue bayar kayak biasa, engga ada tambahan uang jajan. Lo suka ngelunjak kalo dikasih, Tante Karen pasti marah kalo gue kasih lo duit tambahan. "
"Yaa engga usah bilang bilang Mama dong Bang. Yaaaa? Masak gue tadi ngisi bensin motor gue aja pinjem temen gara gara kepepet engga punya duit cash."
"Jual aja itu motor, buat biaya hidup lo ke depannya."
"Enak aja, si Jhony kesayangan gue itu. Dia udah menemani gue sejak SMA tau."
"Menemani balapan maksudnya?"
"Itu tahu! Dia yang selalu bikin gue menang tau. Meskipun udah jadul tapi performa tidak diragukan."
Satu lagi selain gunung dan musik, Lean sejak SMA sering balapan liar yang membuat Tante Karen dan Om Evan ingin mencoretnya dari Kartu Keluarga. Mereka sudah tidak tahu lagi bagaimana menghadapi anak bungsu yang kelakuannya bikin pusing tujuh keliling.
"Itu selebgram itu bukan sih Bang, yang setiap Jumat ke sini?" tanya Lean ketika melihat Serra baru turun dari taksi yang ditumpanginya. Gadis itu berlari menuju Forest Coffee karena hujan yang sedang mengguyur sore ini.
"Hmmm..." balas Bian datar meskipun sebenarnya jantung pria itu mulai berdebar tidak karuan. Mereka sudah lama tidak bertemu setelah Serra pergi begitu saja sewaktu mereka mengobrol di ruangannya.
Gadis itu sudah absen dua minggu tidak ke cafe ini. Oleh karena itu Bian terkejut, pria itu kira Serra tidak akan ke cafenya lagi setelah mereka berbicara terakhir kali. Bian kira urusan mereka telah selesai kemarin.

KAMU SEDANG MEMBACA
WHEN THE PARTY'S OVER
RomanceSurat cinta masa putih abu abu itu ternyata masih tersimpan rapi. Kenangan itu sulit untuk mereka lupakan. Setelah bertahun tahanun berlalu, akankah semesta mempertemukan mereka kembali? Ciuman Bian di malam promnight itu membekas meskipun sudah ber...