Pagi ini Serra rasanya ingin membolos sekolah, gadis itu merasa sangat malu sekali. Apalagi semalam group kelas dan angkatannya ramai oleh berita Serra yang mengatakan suka pada kakak kelas yang sebentar lagi lulus itu.
Yang mengcengangkan lagi semalam Bian mengirim pesan pada Serra. Tentu Serra tidak berani membuka apa lagi membalasnya, tapi gadis itu membaca pesan itu melalui notifikasi.
Kak Bian
Serra.
Yaaaa, semalam Bian hanya mengirimkan pesan seperti itu. Tidak jelas sekali, hmmm sebenarnya lebih tidak jelas Serra sih tiba tiba bilang suka tapi langsung kabur.
Serra tidak pernah membalas pesan itu, hingga berhari hari. Dirinya juga terus menghindar ketika berpapasan dengan Bian. Intinya, Serra berusaha bersembunyi dari Bian. Bahkan gadis itu tidak penah lagi latihan setelah jam sekolah selesai.
Ketika bel tanda jam pelajaran terakhir terdengar, Serra langsung bergegas keluar dari kelasnya dan pulang ke rumah. Gadis itu juga jarang membuka lapaknya di kelas atau pun menjajakan dagangannya di kelas kelas lain. Ia memilih hanya menitipkan dagangannya ke ibu kantin. Sekangkan adiknya saat ini sudah mendapatkan sepatu futsalnya, tapi bukan dibeli dengan uang taruhan tapi hasil berjualan salad buah.
Mereka tidak tidak pernah bertemu hingga malam prom night yang di adakan di sekolah mereka. Penyanyi terkenal di undang malam itu untuk memeriahkan acara. Sedangkan Serra memilih bersembunyi di pojokan memilih tempat sepi untuk persembunyiannya. Sekolah SMA mereka mengundang semua siswa dari kelas sepuluh hingga kelas dua belas untuk menghadiri acara malam ini.
Serra mengenakan dress simple v neck dan riasan simple hasil karya Sasya. Rambut panjangnya hanya diikat satu, anting kecil yang gadis itu kenakan membuatnya tampak semakin manis.
"Ayoo Ser ke depan panggung!" Ajak Sasya di belakangnya berdiri Rayi dan Gara yang malam ini menjadi sopir mereka karena mereka berempat berangkat bersama.
"Engga deh, gue di sini aja. Ntar gue nyusul." Serra meringis, gadis itu masih menghindar dari Bian.
o0o
Bian melihat gerombolan Serra sudah berada di depan panggung tampak menikmati alunan lagu yang dinyanyikan guest stars. Bian melemparkan pandangannya ke sekitar mereka tapi tidak menemukan gadis yang dicari carinya.
Gadis yang sudah lama menghilang dari pandangannya sebulan belakangan ini. Akhir akhir ini memang dirinya disibukkan dengan ujian sekolah dan persiapan masuk universitas. Namun ada sesuatu yang menggangu pikirannya, yaitu Serra.
Gadis itu menghilang begitu saja dari hidup Bian, bahkan pesannya tidak pernah dibaca atau pun dibalas. Serra juga sudah tidak pernah lagi latihan lari setelah pelajaran.
"Bian ayo ke sana!" ajak salah satu teman sekelasnya.
"Ntar gue nyusul."
"Cari siapa sih lo? dari tadi celingukan terus," tanya temannya itu heran.
"Serra, liat dia engga?"
"Ciee ellahhh, gue lihat tadi di deket lab mojok." Seketika senyum terbit di wajah Bian, pria itu menepuk bahu temannya lalu mengucapkan terima kasih.
Bian berjalan menuju ruang laboratorium yang memang terletak di pojok sekolah. Senyuman terpatri di bibir pria yang sebentar lagi menginjak delapan belas tahun itu. Tangannya membenahi kerah kemejanya, memastikan pakaiannya rapi, lalu jari jari tangannya menyisir asal rambutnya yang sudah mulai memanjang.
Langkah pria itu terhenti ketika menangkap seorang wanita dengan gaun v neck yang memperlhatkan leher jenjangnya. Bian berdesir ketika melihat kontur wajah Serra dari samping karena gadis itu sedang menunduk memainkan ponselnya.
Gadis inilah yang membuatnya uring uringan ditengah tengah masa ujiannya. Gadis yang tiba tiba saja mengatakan suka di depan banyaknya siswa siswi SMA mereka. Gadis yang memang mungkin sudah lama menarik perhatian Bian. Gadis yang bahkan belum genap tujuh belas tahun.
"Serra."
Mendengar ada yang memanggil namanya Serra pun langsung menoleh mencari sumber suara. Matanya membola ketika melihat Bian sudah berdiri di hadapannya. Kapan pria itu datang? Kenapa Serra tidak menyadari kehadirannya?
"Kak Bian?"
"Kenapa engga gabung ke depan panggung? Temen temenmu pada di sana." Bian merutuki dirinya, dari sekian banyak hal yang ingin pria itu tanyakan malah kalimat itu yang keluar dari bibirnya.
"Engga papa Kak, lagi males aja ke sana. Penuh banget."
Bian duduk di samping Serra, membuat gadis itu membeku tidak berani berkutik. Kenapa Bian menghampirinya sih, padahal gadis itu sudah sekuat tenaga menjauhinya. Haruskah Serra menjelaskan mengenai taruhannya dengan Zie? Atau dibiarkan saja, tapi gadis itu tidak ingin Bian salah paham.
"Kak, aku mau jelasin sesuatu. Sebelumnya aku minta maaf," Serra remas tangannya yang ada dipangkuannya, mengumpulkan nyali untuk berbicara jujur pada Bian "sebenarnya aku taruhan sama temen sekelasku, kalo aku berhasil dapetin nomor ponsel Kak Bian dan ngomong suka di depan anak anak aku menang dan dapet hadiah. Maaf ya Kak."
"Apa hadiahnya?" nada dingin itu seketika membuat bulu kuduk Serra berdiri, biasanya memang Bian cuek dan datar tapi Seraa tidak pernah melihat pria itu seperti ini.
"Uang tiga ratus ribu." cicit Serra, gadis itu tidak berani menatap wajah Bian.
Bian tertawa sinis, "tiga ratus ribu? Lo ngelakuin semua itu cuma demi uang segitu?"
Bian merogoh dompetnya, mengeluarkan semua uang tunai yang ada di dompetnya lalu melemparkannya ke pangkuan Serra. Gadis itu menatap uang yang berhamburan di pangkuannya dengan wajah bingung. Serra menengok ke samping di mana Bian duduk.
Gadis itu terkejut ketika tangan Bian berada di tengguknya, lalu menarik kepalanya agar semakin mendekat padanya. Serra terkesiap saat bibir pria itu sudah menempel dibibirnya yang malam ini dipoles dengan lipstick ombre dan lip gloss.
Tangan Serra mengcengkeram kemeja depan Bian saat pria itu mulai menggerakkan bibirnya. Bian menyesap bibir bawahnya, maksa Serra untuk menerima ciumannya. Bian mencium Serra dengan sedikit kasar dan memaksa, ketika Serra tersadar gadis itu mendorong Bian menjauh dan menarik diri untuk menjaga jarak.
"Gue kasih itu uang, sekalian bilang ke temen lo kalo udah berhasil ciuman sama gue!" Bian murka, pria itu bangkit dan berjalan meninggalkan Serra yang masih terkejut dengan apa yang baru saja terjadi. Napas gadis itu masih memburu karena Bian tidak membiarkannya mengambil napas saat pria itu menciumnya tadi.
Serra berjongkok, gadis itu menunduk menyembunyikan wajahnya yang kini sudah memerah menahan emosi. Air mata mengalir begitu saja tanpa bisa Serra cegah, gadis itu mengusap wajahnya dengan kasar. Sesak di dadanya semakin menyiksanya, isakannya tidak bisa gadis itu hentikan.
Malam itu adalah terakhir kali Serra bertemu Bian. Pria itu menghilang begitu saja dari kehidupannya.
Gimana gimanaa?
![](https://img.wattpad.com/cover/349991289-288-k257843.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
WHEN THE PARTY'S OVER
RomanceSurat cinta masa putih abu abu itu ternyata masih tersimpan rapi. Kenangan itu sulit untuk mereka lupakan. Setelah bertahun tahanun berlalu, akankah semesta mempertemukan mereka kembali? Ciuman Bian di malam promnight itu membekas meskipun sudah ber...