Meskipun part sebelumnya masih sepi, tapi karena aku sayang kalian
Jadinya tetep double update.. cie ellahhh wkwk
Yukk jangan lupa tap tap bintang⭐ dan komen yang banyakkkk
Serra tersenyum ketika mobilnya sudah berada di lobby gedung tempat dirinya menjadi host di salah satu channel youtube. Djiwa yang berada di balik kemudi menurunkan kaca, dan menyuruh kakaknya segera masuk.
Remaja yang kini sudah menjadi mahasiswa kedokteran itu tampak tampan dengan kemeja hitam yang dipakainya. Serra tidak tahu jika adik kecilnya akan tumbuh menjadi remaja yang tampan, ditambah dengan jurusan kuliah yang kadang membuat para followersnya kepo mengenai adiknya itu.
"Makan dulu yuk, mampir ke mall aja. Sekalian jalan jalan," ajak Serra dengan semangat, gadis itu sangat senang membelanjakan adiknya.
"Kalo makan ayok, tapi aku engga mau belanja ya! Bajuku masih banyak banget." tangkas remaja itu ketika melihat wajah kakanya yang sudah memikirkan barang apa yang harus dibelinya.
"Sepatu aja deh kalo gitu, atau jam tangan? Atau sekalian perawatan? Ehh besok aja deh perawatannya, kan biar puas seharian." Serra bingung mereka harus melakukan yang mana terlebih dahulu.
"Aku engga mau perawatan Kak, masak cowok perawatan juga!" Protes Djiwa.
"Loh emang kenapa? Emang kalo cowok engga punya kulit? Engga punya muka? Biar kinclong tau!"
Djiwa pun mendesah, remaja itu memang tidak bisa menolak permintaan kakaknya. Akhirnya Djiwa menurut, apa saja yang mau kakaknya lakukan, asal Serra senang.
Hingga mereka duduk berdua di salah satu tempat makan yang tampak ramai, karena Serra percaya jika tempat makan itu ramai mungkin makanan di sana enak. Gadis itu rela menunggu meskipun waiting listnya lumayan panjang.
"Nih, kamu kurusan. Jangan kebanyakan belajar sampe lupa makan gitu ahhh." gadis itu menyodorkan nasi dalam mangkoknya ke arah Djiwa.
"Kebanyakan orang itu nyuruh adiknya biar rajin belajar, ini kakak malah nyuruh jangan kebanyakan belajar." Diwa menggeleng geleng tidak habis pikir.
"Habisnya kamu belajarnya kerajinan!" keluh Serra.
"Kalo aku engga rajin belajar nanti engga dapet beasiswa."
"Kan Kakak bilang engga masalah kamu engga dapet beasiswa, Kakak masih sanggup biayain kamu kuliah."
"Kuliah kedokteran itu mahal."
"Berapa ratus juta sih? Mau kamu sampe spesialis juga kakak siap biayain!"
Mungkin bagi orang orang apa yang Serra katakan terdengar sombong. Tapi dibalik itu semua untuk mendapat uang sebanyak itu gadis itu rela jungkir balik, berangkat pagi pulang pagi.
Serra hanya tidak ingin Djiwa terlalu keras pada dirinya sendiri, ia ingin adiknya juga bisa menikmati masa remajanya. Bukan hanya di kampus, perputakaan, dan kamar kostnya.
"Mending uangnya buat Kakak kuliah sampe S 3 aja. Aku bisa kuliah pakai uangku sendiri."
"Ehh ini dagingnya enak, cobain deh." Serra meletakkan daging yang baru saja matang ke mangkuk nasi adiknya, mengalihkan topik. Lagian otak Serra sudah tidak kuat untuk menghadapi tugas tugas kuliah.
"Kakak itu makan nasinya. Yang semakin kurus itu Kakak, jangan bilang diet lagi."
"Diet buat keperluan kerjaan tau, ini aja masih harus nurunin satu kilo lagi." Serra mengerucut mengingat tugasnya untuk keperluan drama yang akan dibintanginya dua minggu lagi.
"Jangan sampai sakit, tetap harus banyak konsumsi air putih, buah, dan sayur. Vitaminnya jangan lupa, nanti deh kita beli vitaminnya."
"Siap pak dokter." Serra mengangguk menurut, sedangkan Djiwa memenutar mata malas.
o0o
Sore ini Serra mengunjungi Forest Coffee cabang ibukota yang sudah dibuka beberapa tahun belakangan. Setiap Jumat sore gadis itu akan menyempatkan diri mengunjungi caffee ini. Meskipun cabang yang berbeda dari yang dulu Serra datangi semasa SMA, tapi entah mengapa kenangan kenangan itu akan kembali muncul ketika gadis itu mengunjungi tempat ini.
Caffe ini memiliki ambience yang hampir sama dengan Forest Coffee yang dulu Serra kunjungi semasa sekolah putih abu abu. Penataan dan konsepnya dibuat mirip, terasa sangat asri dan seperti hutan di tengah ibukota yang macet dan sumpek.
Serra menyeruput kopi susu gula aren dengan pelan, sembari menatap suasana taman di luar melalui kaca di sampingnya. Rasanya berbeda dari kopi susu gula aren yang pernah Serra beli di Forest Caffee semasa SMA.
Serra saat ini menggunakan turtle neck berwarna hitam, sedangkan rambutnya hanya dicepol berantakan. Serra hanya melepaskan maskernya ketika akan minum, gadis itu tidak ingin keberadaannya diketahui followers atau buruknya si pemilik caffee ini. Meskipun Serra ragu pria itu yang mengelolanya langsung.
Selama Serra mengunjunginya sekali seminggu beberapa tahun belakangan, gadis itu tidak penah bertemu dengan si pemilik caffee. Serra bingung dirinya harus bersyukur atau kecewa.
"Permisi Kak, ini free cheese cake untuk Kakak." salah satu waiters mendatangi meja Serra.
"Loh tapi saya cuma pesen kopi susu gula aren Kak? Free cheese cake karena apa yaaa?"
"Karena Kakak datang setiap hari Jumat?" jawab waiters itu tidak yakin, membuat dahi Serra semakin berkerut.
"Ohh kayak Jumat berkah gitu ya Kak?"
"Ahh iya Kak!" balas waiters perempuan itu dengan semangat.
"Wah terima kasih ya Kak." Serra tersenyum masih menggunakan masker untuk menutupi wajahnya.
Setelah waiters itu pergi, Serra membuka maskernya. Gadis itu menatap cheese cake di depannya dengan bimbang. Bibirnya mencebik ketika mengingat program dietnya, tapi cheese cake di depannya terlalu menggoda, apalagi gratis!
Jiwa penyuka diskon dan gratisan memang masih berada di diri Serra, mau bagaimana lagi. Siapa sih yang engga suka diskon bahkan gratisan?
Serra engga tahu aja kalo kopinya dulu yang bikin Bian pake cinta, ya jelas rasanya bedalahhh🤣
KAMU SEDANG MEMBACA
WHEN THE PARTY'S OVER
RomanceSurat cinta masa putih abu abu itu ternyata masih tersimpan rapi. Kenangan itu sulit untuk mereka lupakan. Setelah bertahun tahanun berlalu, akankah semesta mempertemukan mereka kembali? Ciuman Bian di malam promnight itu membekas meskipun sudah ber...