17

2.2K 165 17
                                        



Valen melihat drama Serra yang ditayangkan di salah satu aplikasi, wanita itu menjerit saat menyaksikan adegan ciuman antara Serra dan Dean. Episode terbaru drama itu sangat dinanti nantikannya, bahkan saat ini Valen rela melipir ke ruang kerja kakaknya hanya untuk meminjam komputernya untuk menonton episode terbaru yang baru saja tayang beberapa jam yang lalu.

"Wah gimana nih Bang, saingan lo berat. Dean kayaknya lebih ganteng dari pada lo. Apalagi Dean udah pernah ciuman sama Serra, lo kalah."

Valen tidak tahu saja jika Bian yang sudah pernah berciuman dengan Serra bertahun tahun yang lalu. Maka, Bian lah yang terlebih dulu mencium Serra. Dean kan baru mengenal Serra akhir akhir ini.

"Berisik! Ngapain sih ke sini cuma mau nonton begituan?" keluh Bian ketika komputernya diambil alih.

"Seru tau dramanya, uwwu gemes banget pasangan satu itu. Engga mungkin engga cinlok lah, orang chemistry-nya aja bagus banget begitu."

"Bodo amat, nanti kalo udah keluar jangan lupa matiin komputernya. Gue mau tidur."

Bian pun memilih untuk masuk ke dalam pintu menuju kamar yang ada di dalam ruang kantornya. Meskipun berusaha untuk cuek dan mengabaikan apa yang adiknya katakan, nyatanya setelah masuk ke dalam kamar Bian membuka laptopnya dan menonton drama yang Serra bintangi itu.

Dadanya rasanya panas, menyaksikan adegan ciuman antara Serra dan lawan mainnya. Sebelumnya Bian juga melihat episode episode yang tayang minggu lalu, belum ada adegan cium ciuman seperti ini. Jangan jangan di episode selanjutnya akan ada adegan ciuman lagi? Atau bahkan adegan yang lebih panas!?


o0o


"Kak Serra nanti ada meeting sama pemilik CIA Beauty. Di Forest Coffee jadinya Kak," ujar Irene di seberang sambungan telepon.

Dahi Serra berkerut, "maksudnya Forest Coffee yang biasanya aku datengin Ren?"

"Iya, sekalian makan siang katanya. Mau bareng aja, atau ketemu di lokasi?"

Saat ini Serra masih berada di rumahnya, sibuk memasukkan baju kotor ke mesin cuci. Kebetulan Djiwa sedang pulang, adik Serra itu baru tiba kemarin.

"Nanti gue jemput di Kos lo aja yaaa. Gue beres beres rumah dulu. Thanks yaa."

Serra mematikan sambungan telepon mereka, saat Djiwa sudah berada di sampingnya. Remaja tanggung itu baru selesai menyapu lantai.

"Udah selesai nyapunya, nanti aku aja yang jemur bajunya."

Jika kalian mengira Serra lah yang menyuruh Djiwa bersih bersih, kalian salah besar. Entah mengapa ini sudah menjadi kebiasaan mereka sejak kecil untuk bagi bagi tugas. Karena pada dasarnya kebersihan dan kerapian rumah itu tanggung jawab bersama, bukan hanya perempuan saja.

Djiwa menyadari itu, remaja itu tidak pernah keberatan untuk sekedar menyapu atau bahkan mencuci pakaian. Meskipun awalnya masih belum mahir dan kadang masih sedikit kotor, lama kelamaan skill beberesnya meningkat.

"Ya udah Kakak nanti ngepel."

"Aku kira Kakak panggil go clean, emang engga capek habis kerja terus bersih bersih?"

Jika terlalu sibuk dan tidak sempat beberes biasanya Serra akan memanggil go clean. Tapi wanita itu sebisa mungkin mengerjakannya sendiri, karena kurang suka jika orang asing memasuki rumahnya.

"Kadang kadang aja manggil go clean, lebih enakan begini sih. Ini nanti kayaknya engga sempat masak, jam setengah sepuluh Kakak ada meeting. Makan siangnya nanti beli aja yaa? Nanti Kakak orderin, atau bawain kalo meetingnya engga lama. Kebetulan nanti meeting di cafe gitu."

"Naik apa emang?"

"Mobil, tapi jemput Irene di kosnya dulu."

"Mau aku anter aja?"

"Emang kamu engga ada acara?"

"Engga kok."

"Ya udah kalo gitu yuk beres beres biar cepet kelar. Nanti sekalian kamu makan di sana dulu aja. Hari ini schedule nya cuma meeting itu aja kok."

o0o

Serra tidak bisa menyembunyikan keterkejutannya ketika melihat Bian ikut bergabung di ruang private untuk meeting siang ini. Pria itu tadi mengenalkan diri sebagai kakak Valen, pemilik brand skincare yang sudah bekerja sama dengannya.

Anehnya selama meeting berlangsung, Bian bertingkah seperti tidak mengenalnya. Pria itu tampak serius memperhatikan jalannya meeting, sembari sesekali memberikan komentar komentar. Ternyata pria itu juga membantu adiknya mendirikan brand skincare CIA Beauty.

Entah mengapa Serra merasa Bian tampak semakin dingin, dan cuek. Lalu Serra menjadi bertanya tanya, apa maksud pria itu menawarkan diri untuk mengantarnya kemarin? Serra kira itu adalah hal yang special, Serra kira akan ada kelanjutan dari kisah mereka.

"Kak Serra itu adiknya engga sekalian makan siang bareng di sini aja?" tawar Valen yang tau jika Djiwa sedang duduk di pojokan caffee dengan beberapa jurnal kedokterannya.

Anak itu memang tiada hari tanpa belajar. Djiwa akan memanfaatkan waktunya untuk belajar, termasuk sekarang ketika menunggu Serra meeting dengan beberapa perwakilan dari CIA Beauty.

"Tadi udah pesen makanan kok Kak, lagian adiknya Kak Serra kalo lagi sibuk belajar engga bisa diganggu." Irene yang malah menjawab pertanyaan dari Valen, karena wanita itu sudah sangat mengenal Djiwa.

"Ohh begitu. Katanya Kak Serra ini adik kelasnya Bang Bian yaa?"

Serra mengangguk, matanya menatap Bian yang seperti cuek dan masih fokus pada laptop di hadapannya.

"Dulu di sekolah sering ketemu Bang Bian, Kakak kenal engga?"

"Siapa sih yang engga kenal ketua OSIS SMA Wistara? Kayaknya semua siswa pada tau Kak Bian deh."

"Dihhh emang sok kecakepan Bang Bian itu. Sok sok an cool gitu," ejek Valen yang memang kesal dengan kakaknya yang dulu memiliki banyak penggemar perempuan.

Bian hanya diam, seolah olah tidak mendengar ejekan adiknya. Pria itu tidak mau meladeni Valen, biarlah wanita itu mengoceh apa pun. Dirinya masih kesal ketika mengingat adegan ciuman yang dilihatnya kemarin.

Tanpa sadar Bian melirik Serra yang tengah asik mengobrol dengan Valen, tatapan matanya terpaku pada bibir adik kelasnya itu. Lipstick yang memoles bibir penuh itu masih terlihat bagus meskipun sebelumnya Serra sudah makan spaghetti dan minum ice coffee gula aren. Seperti biasanya, wanita itu akan memesan ice coffee gula aren jika berkunjung ke Forest Coffee, Bian sudah hafal kebiasaannya.

"Tinggal sendirian. Kebetulan Djiwa kuliah kedokteran di luar kota Kak, tapi kadang kalo libur pulang."

Jawaban Serra barusan menyita perhatian Bian, sebelumnya Valen bertanya dimana dan dengan siapa Serra tinggal. Valen memang kepo, dan mudah dekat dengan orang lain. Meskipun baru kenal, dan mereka bekerja sama dalam hal pekerjaan, Valen membuat hubungan kerjasama itu menjadi hubungan pertemanan.

"Wahh adiknya ngambil kedokteran?"

Valen menatap adik Serra dari kaca ruang private yang sedang mereka gunakan untuk meeting siang ini. Djiwa yang sedang duduk di pojokan caffee tenggelam dalam jurnal jurnal kedokteran, sedangkan telinganya sudah disumpal dengan earphone.

Sebenarnya wajah Serra dan Djiwa tidak ada kemiripan. Serra terlihat seperti eonni eonni Korea, sedangkan Djiwa lebih dominan Indonesia. Mata adik dari Serra itu tampak lebar dan tajam, berbeda dengan Serra yang agak sipit. Djiwa itu sebutan untuk Mas Mas Jawa yang cool dan manis. Apalagi tadi sempat mendengar bagaimana Djiwa mengobrol dengan Serra, sangat lembut.











Inget kan kalo Serra dan Djiwa itu beda ayah?

Jadi Serra itu mirip Go Youn Jung, sedangkan Djiwa itu bibit Mas Mas yang kalo pake batik bikin meleleh. Masih bibit soalnya belum terlalu mateng dan dewasa yaaa

Kalo versi dewasanya yaaa, Mas Sultan (Better Than Words)

WHEN THE PARTY'S OVERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang