8

1.9K 136 13
                                        

Jangan lupa tap tap bintangnya⭐ dan ramaikan kolom komentar yaaa orang orang baik ❤



Hari keempat dan kelima Serra menerima tantangan dari Zie, gadis itu tidak pernah bertemu dengan Bian. Bahkan Serra dengan sengaja wira wiri di depan kelas dua belas hanya untuk memastikan keberadaan pria itu.

Namun semuanya zonk, Bian bahkan tidak terlihat di kelasnya. Serra kebingungan kemana pria itu pergi. Apakah Bian sakit? Atau ada alasan lain yang membuat pria itu sampai sampai tidak masuk sekolah.

Terbesit di pikiran Serra bahwa ini berhubungan dengan gadis bernama Kirana itu. Karena setelah kemunculan mantan Bian, pria itu tidak pernah lagi terlihat di depan Serra.

"Lo kenapa dari tadi muter muter mulu?" tanya Rayi yang sudah merasa bosan melihat temannya itu bolak balik berjalan melewati kelas dua belas.

"Hahh? Engga papa, btw lo dua hari ini ke Forest Coffee engga?"

Tanya Serra penasaran, kali aja Rayi melihat Bian di cafe itu. Secara Rayi hampir setiap hari nongkrong di sana.

"Engga, kan kita dua hari ini balik sore terus. Gue lagi males nongkrong juga."

Serra mendesah panjang. Jadi sebenarnya dimana Bian berada? Karena masih merasa penasaran, Serra mengetikkan nama Bian di Instagram.

Ketemu!

Namun, sial ternyata di private. Percuma saja, dirinya tidak bisa mengetahui post atau pun story yang Bian kecuali Serra memfollow akun Instagram pria itu. Karena sudah kehabisan ide, akhirnya Serra memencet follow. Gadis itu menunggu respon Bian, dengan harap harap cemas.

o0o


Sepulang sekolah Serra menemukan adiknya yang sedang menangis di depan rumahnya. Serra sangat jarang melihat Djiwa menangis, oleh karena itu gadis itu langsung berjalan dengan cepat menghampirinya.

"Hei, Djiwa kenapa? Hmm?" Serra berjongkok di depan adiknya yang sedang duduk di sofa.

Melihat kedatangan kakaknya Djiwa langsung memeluk leher Serra, isakan bocah sembilan tahun itu masih terdengar jelas di telinga kakaknya. Serra mengusap usap punggung adiknya, membiarkan bocah itu puas menangis.

Setelah tangisan itu mulai reda dan Djiwa melepaskan pelukannya. Serra menghapus air mata adiknya, yang sebenarnya sangat jarang menangis. Oleh karena itu melihat adiknya yang seperti ini menjadi tanda tanya besar, apa yang menyebabkan adiknya menangis dan menjadi sesedih ini?

"Mau cerita sama Kakak?" Serra mengelus rambut adiknya itu.

"Tadi temen temen beli ayam titip sama ibunya Jalu waktu pada main di lapangan. Harganya mahal Kak, kan aku engga ada uang. Aku tetep main di sana tapi engga ikutan makan, terus mereka pada bilang kita kan keluarga miskin jadi pasti engga pernah makan ayam begituan. Terus katanya ibu aja engga bisa beliin sepatu aku sampe sepatu sekolahku jebol aja masih dipake. Mereka juga bilang ayah itu brengsek dan suka judi dan mabuk."

Serra tercekat, gadis itu mencoba menahan tangisnya. Dirinya harus kuat, gadis itu langsung menarik adiknya kembali kepelukannya. Bagi Serra tidak masalah dirinya harus hidup susah berjuang mati matian, tapi ia harap adiknya akan memiliki hidup yang lebih baik.

Selama ini Djiwa meskipun masih sembilan tahun, tapi terbiasa hidup prihatin. Anak itu tidak pernah menyusahkan dirinya ataupun ibunya, tidak pernah memaksakan sesuatu.

Akhirnya sore itu Serra menemani Djiwa makan di ayam goreng yang tadi teman teman Djiwa tidak mengajak anak itu untuk makan bersama. Serra paling benci dikasihani dan diinjak injak. Akhirnya gadis itu mengajak adiknya makan di restoran cepat samayam goreng.

Gadis itu tersenyum saat adiknya makan ayam dengan lahap. Mungkin itu hanyalah ayam biasa bagian sebagian orang, tapi untuk Djiwa aya itu terasa sangat nikmat tetapi mahal. Saat masih berada di restoran cepat saji itu, Serra mendapatkan notifikasi di ponselnya.

Serra hampir saja meloncat kegirangan saat Bian memfollback IG nya. Gadis itu mengerjab mengerjabkan matanya, menatap layar ponselnya dengan hati yang berbunga bunga. Djiwa menatap kakaknya bingung. Mengapa gadis itu tampak bahagia sekali?

o0o

Hari keenam Serra tanpa sengaja bertemu Bian ketika gadis itu turun dari bus yang di tumpanginya pagi itu. Bian tampak mengobrol dengan seseorang yang ada di dalam mobil merah yang terparkir di depan sekolah mereka.

Saat Serra melirik, gadis itu melihat ternyata Bian sedang mengobrol dengan Kirana. Pria itu membungkuk di depan jendela mobil, sedangkan Kirana sedang berada di balik kemudi.

Serra tersenyum kecut, harus yaa pagi pagi mendapatkan pemandangan yang seperti ini? Padahal dirinya kemarin sudah kegirangan karena Bian memfollback akun Instagramnya.

Gadis itu bertakad untuk segera menyelesaikan misinya. Serra takut jika semakin lama bisa bisa dirinya benar benar jatuh hati pada pria itu. Oleh karena itu Serra akan menyelesaikan misinya hari ini setelah pulang sekolah. Ia akan memberitahu Zie mengenai hal ini.

Akhirnya siang itu di kantin sekolahnya, Serra melaksanakan misinya. Karena kebetulan sekali pria itu juga sedang berada di kantin. Serra menghampiri Bian dengan ragu ragu, ketika sampai di hadapan Bian gadis itu mendongak untuk mentap wajah Bian. Sempat terbesit keinginan untuk menghentikan semua ini, ketika melihat wajah datar Bian.

"Kak Bian! Aku..." Serra memejamkan matanya, tidak berani menatap mata pria dihadapannya itu, "aku suka Kakak."

Serra menyelesaikan kalimat itu dengan cepat, lalu berbalik dan berjalan cepat keluar dari area kantin. Sedangkan Bian seketika mematung, sedangkan seisi kantin menyoraki mereka berdua.

Serra memilih bersembunyi di gang kecil di belakang kantin. Gadis itu berjongkok dan memukul mukuli kepalanya, merutuki tindakannya barusan. Dirinya malu sekali!



Sebenernya part ini udah ditulis dari semalem tapi mewek di tengah jalan

Memang aneh aku ini, cerita karangan sendiri, tapi nangis waktu nulis bagian sad nya

Engga cocok nulis cerita yang sedih sedih, yang ada selama nulis sentrap setrup banjir air mata

Karena pms kali yaa, jadi ga jelas begini




WHEN THE PARTY'S OVERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang