4

2.6K 177 5
                                        

Ares mengambil tempat duduk di samping Serra, pria itu mengeluarkan ponselnya dari kantong seragamnya. Lalu pria itu menengokkan kepalanya ke arah gadis yang sudah diincarnya sejak masa orientasi siswa itu tapi belum juga berhasil didapatkannya.

"Nomor HP whatsapp lo aktif kan?" tanya Ares yang dijawab Serra dengan anggukan ragu ragu.

"HP lo rusak?"

Serra kembali menggeleng agak ragu.

Setelah itu Ares tidak lagi berbicara pria itu malah berkutat dengan ponselnya. Tidak lama kemudian ponsel Serra yang berada di kantong seragamnya bergetar pertanda ada notifikasi masuk.

Gadis itu mengecheck ponselnya dan terkejut ketika mendapatkan notif pulsa masuk 100 ribu rupiah.

"Lain kali kalo gue chat, dibales yaa. Awas sampe engga dibales. Bye babe." Ares mengacak rambut Serra lalu pergi dari kantin yang setelahnya diikuti oleh teman temannya yang ternyata sejak tadi memperhatikan interaksi ketuanya dengan gadis incarannya.

"Sial!" umpat Serra ketika Ares sudah menghilang dari pandangannya, wnaita itu sempat terbengong.

Sedangkan teman teman Serra pun masih mencerna apa yang baru saja terjadi. Mereka akhirnya melihat apa yang ada di ponsel Serra.

"Dia kirim pulsa? Kok tau nomor HP lo?" tanya Rayi penasaran.

"Mana gue tau! Ini gimana balikinnya?" tanya Serra frustasi, lalu merapikan rambutnya yang tadi dengan seenak jidatnya diacak acak Ares. Memang siapa pria itu main acak acak rambut orang.

"Cari nomor HP lo buat dia mah kecil! Anak buahnya banyak begitu. Udah terima aja pulsanya, lumayan rezeki jangan ditolak." Sasya menasehati, "emang dia chat apa sih?"

Sebelumnya memang terdapat nomor asing yang mengirim chat dan beberapa kali menelponnnya. Namun Serra tidak pernah membalas atau pun menerima panggilan nomor asing tersebut. Siapa sangka jika itu nomor ponsel Ares. Lagi pula pria itu tidak pernah menyebutkan namanya saat mengiriminya chat.

Serra kira kan itu orang suruhan lintah darat yang berniat menagih hutang. Atau orang yang pura pura kecelakaan dan mengaku ngaku saudaranya, yang berakhir meminta uang. Serra hanya bisa berharap agar Ares tak berbuat aneh aneh. Hidupnya sudah cukup berat selama ini.

o0o

Bian tidak tahu apa yang membuat dirinya duduk di pojokan, menunggu nunggu seseorang yang biasanya sudah muncul. Namun sore ini lapangan itu tampak sepi, tidak ada Serra di sana. Pria itu pun mengemasi barangnya, langit kelabu itu semakin gelap saja.

Tidak berselang lama rintik hujan turun, lalu semakin lama semakin lebat. Hari ini dirinya berangkat sekolah diantar jemput oleh supir keluarganya karena mobil miliknya sedang dibengkel.

Saat akan mengirimi supirnya chat untuk menjemputnya, tatapan Bian tertuju pada gadis yang sedang berada di depan sekolah menatap hujan yang turun semakin deras. Kaki kaki panjang Bian melangkah dengan riang menuju tempat gadis itu berdiri. Bibirnya mengulas senyum tanpa sadar.

"Kenapa belum balik?" tanya Bian setelah berada di samping gadis itu.

"Nunggu hujan Kak." Serra terkejut dengan kedatangan Bian yang tiba tiba.

Wanita itu setelah nongkrong di kantin bersama dengan teman temannya memilih untuk menghabiskan waktunya di perpustakaan sekolah hingga petang. Serra tidak sadar jika hujan akan turun. Jika tahu hujan akan turun pasti gadis itu segera pulang, karena hari ini gadis itu naik bus.

Tapi nasi sudah menjadi bubur, hujan pun sepertinya akan lama reda. Mungkin nanti dirinya terpaksa menerjang hujan untuk sampai di halte bus dekat sekolah. Serra menengok ke samping tempat Bian berdiri, wanita itu menatap Bian yang juga sedang melihat air hujan yang turun deras.

WHEN THE PARTY'S OVERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang