19

1.9K 155 11
                                        

Ada yang kangen Bian sama Serra engga?????



Serra baru saja menyelesaikan meetingnya dengan Valen di Forest Coffee, saat ini dirinya hanya membuka iPad miliknya sembari menghabiskan sisa minumannya. Setelah meeting selesai, Valen pamit untuk pulang terlebih dahulu karena harus menghadiri agenda lainnya.

Sejak tiba di cafe ini Serra tidak melihat batang hidung Bian. Tanpa sadar wanita itu menyapu pandangan ke seluruh ruangan, lalu melirik ruangan lantai dua yang menjadi ruang kerja Bian.

Serra menghela napas panjang setelah gelasnya kosong. Dirinya memilih untuk merapikan barang barangnya. Rencananya malam ini ia akan pulang menggunakan kereta. Oleh karena itu dirinya menggunakan topi dan juga masker untuk menutupi wajahnya.

Sudah lama Serra tidak naik kendaraan umum. Ia merindukan naik bus atau pun kereta seperti dulu ketika belum banyak orang yang mengenalnya.

"Udah mau pulang?"

Seketika Serra yang sedang memasukkan iPad ke dalam tasnya mendongak, melihat Bian berdiri menjulang di depannya. Entah dari mana datangnya pria itu, yang tiba tiba muncul di hadapannya.

"Iya," jawabnya lalu menutup tas miliknya.

"Mau pulang bareng?"

Serra tampak berpikir, "tapi aku mau balik pakai KRL Kak, kangen naik kendaraan umum."

Bian tampak mengerutkan dahinya, 'hmm gue boleh ikut?"

"Ngapain!?"

Serra kaget sekaligus bingung, kenapa Bian mau ikut pulang dengannya menggunakan kereta!

"Gue juga pengen coba naik krl."

o0o


Tebak dimana Serra sekarang?

Di dalam KRL, bersama dengan Bian yang berdiri tepat di sebelahnya. Serra diam diam melirik Bian. Agak sedikit harus mendongak karena pandangannya tertutupi oleh topi yang dipakainya.

Wajah Bian tampak menikmati perjalanan menggunakan KRL. Meskipun mereka harus berdiri karena tidak mendapatkan tempat duduk. Sebelumnya Serra sempat duduk, tetapi akhirnya tempat duduknya ia berikan kepada ibu muda yang sedang membawa anak balita.

Akhirnya wanita itu berdiri di samping Bian. Pria itu tidak terganggu sama sekali dengan ramainya KRL malam ini. Bahkan sepertinya Bian juga tidak keberatan untuk berdiri selama perjalanan.

Mereka berdua tampak menikmati perjalanan singkat menggunakan kereta malam ini. Meskipun tidak ada percakapan di antara keduanya tapi entah mengapa Serra merasa nyaman dan aman. Sudut bibirnya tanpa sadar tertarik membentuk senyuman ketika mengingat kejadian tadi. Saat salah satu ibu ibu akan keluar dari KRL dengan tergesa gesa lalu menyenggol badan Serra, tubuh wanita itu limbung dan hampir jatuh jika saja Bian tidak menahan tubuhnya. Namun yang membuat tubuh Serra tegang, hingga saat ini adalah

Tangan kanan pria itu masih melingkari bahunya. Membuat tubuh meraka tidak berjarak. Anehnya lagi pria itu berwajah biasa saja, bahkan hingga kini keduanya telah tiba di rumah Serra. Wanita itu menawari Bian untuk mampir, sebenarnya hanya basa basi saja. Tapi siapa sangka pria itu malah benar benar mampir. Kan Serra jadi kelabakan sendiri.

Serra pun basa basi menawari makan, dan Bian pun tidak menolaknya. Akhirnya kini Serra mengobrak-abrik isi kulkasnya mencari bahan masakan untuk mereka makan malam.

"Duduk di ruang tamu aja Kak, biar aku yang lanjutin."

"Engga papa biar cepet selesai."

Bian mengambil alih sirloin yang akan menjadi makan malam mereka. Kebiasaan Serra yang selalu menyetok daging untuk Djiwa. Adiknya itu sangat menyukai steak, hingga Serra selalu membuatkannya ketika Djiwa sedang pulang. Serra tahu jika Djiwa tidak akan makan steak ataupun makanan mahal ketika di kos nya. Adiknya itu sangat hemat hingga Serra khawatir.

"Lo sering naik KRL?" tanya Bian meskipun sedang memegang pan, matanya melirik Serra.

"Dulu sering, sekarang udah jarang banget. Padahal kangen naik kendaraan umum kayak dulu lagi." keluh Serra, tatapan wanita itu jatuh ke buncis dan tomat yang baru saja ia keluarkan dari kulkas.

"Kak Bian sendiri sering naik KRL?" Serra menatap Bian, lalu pria itu menggelang.

"Tadi pertama kali."

"Serius!?"

Serra meletakkan buncis yang sudah dibersihkan ke dalam wadah. Wanita itu kini menghadap Bian, tampak tertarik sekaligus kaget dengan jawaban Bian barusan.

"Kok bisa baru pertama kali?"

"Ya pernah naik kereta kalo lagi ke luar negeri, tapi kalo KRL belum pernah coba."

"Wow, terus gimana perasaannya setelah naik KRL tadi?"

"Ramai, agak rusuh juga. Tapi seru."

"Ihhh masih mending tadi. Biasanya kalo jam berangkat atau pulang kerja bejubel itu KRL. Tapi iya itu seru aja naik begituan. Tapi kalo tiap hari yaa agak bengek yaa."

"Kalo bus? Masih sering naik bus juga? Dulu kayaknya lo sering pakai bus waktu sekolah."

Mata Serra membesar, bagaimana pria itu tahu jika Serra sering naik bus waktu sekolah? Wanita itu tidak tahu jika Bian memperhatikan hal seperti itu.

"Udah engga pernah, by the way kok Kak Bian tahu dulu aku sering naik bus?"

"Kan gue pernah naik bus bareng lo, waktu lo bayarin. Inget?" pancing pria itu.

Tentu saja Serra mengingatnya, "inget! Tapi kayaknya cuma satu kali deh liat Kak Bian naik bus."

"Memang. Itu pertama kalinya gue naik bus, dan sampai sekarang engga pernah coba baik lagi."

"Bentar bentar. Jadi Kak Bian itu engga penah naik kendaraan umum sebelumnya? Pertama kalinya naik Bus waktu SMA dulu, terus pertama kalinya naik KRL baru tadi ini!?"

Bian mengangguk sebagai jawaban.

"Hmm, kalo naik kendaraan umum kayak pesawat sering, cuma kalo jalur darat kayak KRL dan bus ya cuma tadi sama dulu waktu SMA."

"Kenapa kok random banget tiba tiba mau naik KRL sama bus?" tanya Serra penasaran.

"Karena lo."





What The Fuck!

WHEN THE PARTY'S OVERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang