Serra memasukkan buah apel ke dalam mulutnya. Salad buah memang sehat, tapi saos salad yang dimakannya malam ini lumayan tinggi kalori, tapi siapa yang peduli. Serra memakan salad 'gratis' itu dengan hati yang ringan tanpa beban. Serra bisa melanjutkan dietnya besok.
"Kak Bian udah lama stay di sini?"
"Lumayan, habis nyelesaiin kuliah langsung stay di sini. Lo sendiri tau caffee ini dari mana?"
"Engga sengaja lewat habis syuting, aku kira konsepnya aja yang sama kayak Forest Coffee deket SMA. Tapi ternyata emang cabangnya. Terus iseng mampir, ternyata kopinya enak, ambiencenya juga adem sejuk meskipun di tengah kota."
"Bukan karena nyariin gue?"
"Dihh, pede! Engga yaaa!" Serra cemberut, ketika Bian bertanya dengan percaya dirinya.
"Iya juga engga papa," goda pria itu.
"Saladnya enak, thanks Jumat berkahnya."
"Merasa tersanjung dipuji sama penjual salad yang udah legend di sekolah." Bian membungkuk merasa terhormat.
Serra tertawa, "udah pensiun jualan salad. Lapak jualannya udah tutup."
"Kenapa? Padahal dulu jualan dari pernasian sampai kayaknya tiap hari dagangannya bisa beda beda."
"Capek Kak jualan begitu, bangun jam tiga pagi. Harus buru buru berangkat sekolah juga. Kalo sekarang malah kebalikannya, pulang kerjanya yang jam tiga pagi. Haha"
Entah mengapa Bian menangkap nada getir di kalimat Serra. Memang tidak ada yang meragukan Serra yang sangat pekerja keras, entah semasa SMA atau pun sekarang. Bian yang selama ini mengikuti bagaimana followers Serra yang masih ratusan hingga kini jutaan.
"Pulang naik apa?"
"Taksi."
"Gue antar aja."
"Ehh, engga usah. Ngerepotin Kakak."
o0o
Pagi itu Serra yang baru saja tiba di lokasi syuting terus menyunggingkan senyum di wajahnya. Semalam dirinya tidur dengan nyenyak. Serra menggigit bibirnya ketika mengingat semalam Bian yang mengantarnya pulang.
Meskipun Serra sudah menolak, tapi pria itu memaksa untuk tetap mengantarkannya pulang, Akhirnya semalam Bian mengantarkannya pulang, meskipun selama di perjalanan tidak banyak obrolan di antara mereka berdua.
"Gimana? Udah siap adegan ciuman sama Kak Dean?" tanya Irene yang membuat Serra teringat jika hari ini dirinya harus mengambil adegan berciuman dengan Dean.
Sebenarnya, ini lah yang menjadi pertimbangan untuk menerima project ini. Awalnya Serra ragu karena dirinya harus beciuman dengan lawan mainnya. Tapi Irene meyakinkan jika ini akan menjadi batu loncatannya menuju karir yang lebih baik lagi. Pemain drama ini adalah aktor yang sedang naik daun dan sedang digandrungi para remaja.
"Perlu test drive dulu engga Kak?" tanya Irene jail, tapi berhasil membuat Serra bertambah grogi.
Bagaimana tidak grogi, dirinya harus berciuman dengan pria yang baru saja dirinya kenal. Beruntung jika satu kali ciuman langsung berhasil, bagaimana jika mereka harus take berkali kali?
Ini akan menjadi ciuman keduanya. Rasanya dirinya tidak nyaman jika harus berciuman seperti ini. Meskipun mundur pun bukan lah sebuah solusi karena Serra telah menandatangani kontrak.
"Bersenyukur banget bisa cipokan sama Kak Dean. Pasti banyak fansnya yang iri."
"Kalo boleh, gue maunya pake pemeran pengganti aja. Gue ngga masalah harus adegan jungkir balik tanpa pemeran pengganti, tapi adegan ciuman itu bukan bakat gue," keluh Serra.
Setelah gilirannya Serra menghembuskan napas ketika sutradara meneriakkan kata 'cut' dan mereka harus mengulangi adegan ciuman untuk yang ketiga kalinya.
"Jangan keliatan napsu gitu Dean! Inget ini ciuman pertama, harusnya kelihatan ragu ragu dan pelan, bukan malah langsung saling menyesap dan kayak ga sabar mau dibawa ke ranjang begitu!" teriak sutradara yang memang ceplas ceplos.
Dean pun menggaruk tengkuknya yang tidak gatal, merasa bersalah. Mau bagaimana lagi, dirinya seperti kalap ketika merasakan bibir Serra. Bahkan Pria itu mencoba menutupi miliknya yang sialnya mengeras hanya karena berciuman dengan Serra.
Sedangkan wajah Serra sudah keruh, wanita itu agak kesal ketika Dean malah menciumnya dengan ganas. Dirinya kesal karena harus mengulang adegan ciuman ini berkali kali. Meskipun mungkin orang di luar sana mengatakan jika dirinya beruntung bisa merasakan berciuman dengan seorang aktor ternama seperti Dean. Namun Serra malah tidak nyaman, kesal, dan ingin segera menyudahi adegan ini. Dirinya sama sekali tidak menikmati ciuman keduanya itu.
o0o
Valen melemparkan tasnya sembarangan ketika sudah masuk ke dalam ruangan kakaknya yang berada di lantai dua Forest Coffee. Wanita itu langsung mendekati Bian yang sedang duduk di kursi kerjanya, dan tengah sibuk di depan komputernya.
"Biasain ketuk pintu dulu kenapa sih Len."
Entah sudah berapa kali Bian mengingatkan adiknya itu. Bahkan kadang saat mereka tinggal satu rumah, Valen sering nyelonong masuk ke kamarnya. Membuatnya sedikit was was, bagaimana jika Bian sedang tidak berpakaian.
"Iya iya besok," jawaban itu hanya sekedar untuk membuat Bian tidak melanjutkan omelannya.
Valen langsung duduk di seberang Bian, "Bang katanya kemarin lo caper sama pelanggan yang selebgram itu yaa?"
Bian menghembuskan napasnya, memang semalam dirinya mengantarkan Serra pulang. Banyak karyawannya yang diam diam memperhatikan mereka, bahkan saat tatapannya bertemu dengan Aura gadis itu mengerlingkan matanya. Menggoda dirinya yang mendekati Serra dan mengantarkannya pulang.
Maka tidak heran jika berita dirinya mengantar pulang perempuan, kini sudah sampai di telinga adiknya. Karena ini untuk pertama kalinya Bian bersama seorang perempuan dan menawarinya untuk mengantar pulang.
Sialnya lagi, Valen senang sekali menggibah bersama karyawan karyawannya.
"Lean yang caper sama Serra."
"Ohh jadi kalian rebutan selebgram itu?" goda Valen "tau engga gue sama Rose berniat jadiin dia BA skincare gue, udah meeting dari kemarin."
"Ohh." Bian berusaha untuk biasa saja.
"Tapi kayaknya dia engga tau kalo gue adik Bang Bian. Kalo gue bilang mungkin dia bakal langsung nerima yaa."
Engga, yang ada itu anak malah langsung menolak.
"Gue denger dari Aura, dia juga adik kelas Bang Bian? Adik kelas atau adik adik an Bang?"
"Ck...berisik! Ngapain kesini?" tanya Bian ketus, pria itu tidak ingin Valen kepo mengenai Serra, bisa jadi berita ini akan sampai ke telinga orang tuanya yang sudah ribut menanyakan pasangan.
Sudah sejak lama Bian tidak berpacaran. Pacar terakhirnya adalah Kirana, mereka sempat berbalikan di masa masa kuliah. Namun kembali putus. Hubungan mereka berdua masih baik, bahkan Karina masih bergaul dengan adiknya dan sering mengunjungi rumahnya.
Ibunya sempat khawatir karena Bian tidak pernah lagi kelihatan berpacaran dengan wanita lain. Pria itu malah sibuk dengan bisnisnnya, dan menghabiskan waktunya di tempat gym. Ibunya takut Bian berbelok, karena sudah lama tidak tertarik dengan perempuan. Oleh karena itu berita Bian mengantar Serra mungkin akan menjadi angin segar bagi ibunya, meskipun sebenarnya mereka berdua tidak belum memiliki hubungan apapun.

KAMU SEDANG MEMBACA
WHEN THE PARTY'S OVER
Storie d'amoreSurat cinta masa putih abu abu itu ternyata masih tersimpan rapi. Kenangan itu sulit untuk mereka lupakan. Setelah bertahun tahanun berlalu, akankah semesta mempertemukan mereka kembali? Ciuman Bian di malam promnight itu membekas meskipun sudah ber...