N'

92 1 0
                                    

Setelah meyakinkan Aldri bahwa tidak ada yang terjadi sebelumnya antara ia dengan ayahnya, Itreula pun kini merengek agar diperbolehkan pulang sebab ia bosan berdiam diri di rumah sakit. Lagipula, menurutnya omnya terlalu berlebihan. Ia hanya tersandung, bukan mengalami kecelakaan yang mengharuskan ia dirawat di rumah sakit berhari-hari.

"Enggak, soalnya kalau kamu di rumah pasti enggak bisa diam."

"Ya ampun, Om. Ayolah, bosen tahu."

Itreula mengerjapkan matanya lucu berusaha membuat omnya luluh.

Aldri mendengkus. "Besok baru pulang."

"Ish, yang bener itu besok baru sekolah, bukan besok baru pulang."

"Enggak."

Itreula menarik salah satu tangan omnya lalu menggoyang-goyangkannya. "Please."

"Coba bilang ke papamu dulu, kalau papamu setuju. Kita pulang sekarang."

Itreula tersenyum lebar bahagia karena akhirnya ia berhasil membujuk omnya. Menuruti kemauan omnya, ia mengambil benda pipih yang tergeletak di atas meja dan mencari kontak ayahnya. Sebenarnya, ia tahu ayahnya tidak akan mungkin membalas pesannya, tetapi demi tidak membuat omnya curiga ia pun mengirimi ayahnya pesan.

Itreula Alcander
Pa, nanti dari kantor langsung balik rumah, ya. Sekarang Itre mau pulang sama Om Aldri

Tanpa perlu menunggu balasan dari ayahnya, Itreula mengunci layar ponselnya dan berucap, "Udah, ayo pulang."

"Loh? Memangnya papa kamu udah jawab?" tanya Aldri bingung.

"Jelas udah dong, Om. Papa itu selalu respons chat Itrecepet, hehe." Enggak, hehe. Dibaca aja belum.

Aldri menyipitkan mata tampak tidak percaya dengan ucapan Itreula.

"Serius, Om."

"Mana hp kamu? Coba Om lihat."

"Eits, enggak boleh, haha. Rahasia."

"Kalau gitu, enggak jadi pulang."

Itreula melotot. "Kok, gitu? Ish, ayo pulang!"

"Kamu aja enggak mau nunjukkin bukti chat-nya. Mana berani Om bawa kamu pulang? Entar papa kamu semprot Om."

Itreula tersenyum. Mana mungkin ayahnya menyemprot omnya hanya karena omnya menuruti keinginannya untuk pulang? Tadi saja ayahnya mengomel perihal biaya rawat inap.

"Enggak, tenang aja. Itre yang nanggung."

Karena tidak tega melihat keponakan kesayangannya terus merengek padanya, Aldri pun menuruti kemauan Itreula. Dia memanggil suster untuk membantu Itreula sedangkan dia pergi ke bagian administrasi mengurus surat.

"Kamu mau makan lagi, enggak?" tanya Aldri begitu keduanya telah duduk di mobil.

Itreula menggeleng. Jarang makan di rumah membuat ia terbiasa makan hanya beberapa kali saja.

"Beneran, nih?" tanya Aldri lagi memastikan.

"Iya, Om."

"Padahal, ya, kalau Om nanya kayak gitu ke Blaise, wih, dia bakalan minta banyak banget. Untung aja uang Om enggak bisa habis," curhat Aldri diakhiri kekehannya.

"Songong banget, deh, haha."

Aldri tertawa. "Kan, fakta."

"Iya, sih."

"Om lagi pengin makan es krim, deh. Makan es krim dulu baru pulang, ya?"

"Boleh. Itre mah ngikut sopir, haha," canda Itreula yang langsung mendapat jitakan pelan dari Aldri.

Itreula [Open Preorder]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang