Hari ini Itreula sengaja datang lebih awal setengah jam hanya untuk mengetahui siapa pengirim amplop berwarna pink dan kuning itu. Ia yakin pengirim amplop itu akan mendatangi kelasnya dan menaruh amplop di atas bangkunya seperti biasa.
Ia menyembunyikan dirinya yang tergolong mungil itu di balik loker kelasnya. Ia menahan napasnya ketika mendapati seorang laki-laki bertubuh jangkung itu memasuki kelasnya dengan santai. Tubuh laki-laki itu berhenti di depan bangkunya.
Kepalanya celingak-celinguk seakan sedang memastikan tidak ada yang melihatnya meletakkan amplop biru muda itu. Usai menutup tasnya, laki-laki itu langsung berjalan keluar dari kelasnya.
Itreula merasa ia pernah melihat wajah laki-laki itu sebelumnya, tapi ia tidak tahu kapan dan di mana. Ia keluar dari tempat persembunyiannya untuk segera membuka dan membaca surat tersebut.
Ia tidak jadi membaca surat itu begitu bola matanya menangkap sebuah gantungan kunci tergeletak di lantai. Sebuah nama terukir di gantungan kunci tersebut. Tanpa ia sadari, seulas senyuman kecil menghiasi wajahnya. Akhirnya, ia mengetahui siapa yang mengiriminya amplop.
Hilo.
Kening Itreula berkerut, nama laki-laki itu tidak mengandung huruf 'S', lalu mengapa laki-laki itu menulis inisial 'S' pada amplop pink itu?
Jika menangis bisa membuatmu lega, menangislah sepuas mungkin. Tapi jangan lupa kewajibanmu untuk tersenyum.
-D-
Inisial yang berada di bawah pojok kanan itu membuat kening Itreula semakin berkerut. Sebenarnya, laki-laki itu sedang mencoba merangkai nama siapa di amplop-amplop tersebut?
"Tumben datangnya pagi bener, Tre," ujar Anna seraya berjalan mendekati Itreula yang masih memerhatikan surat itu. Berusaha mencerna.
Anna menjentikkan jarinya di depan wajah Itreula ketika gadis itu masih belum menyadari kehadirannya.
"Amplop lagi? Gue heran, kenapa cowok itu pengecut banget buat nunjukkin dirinya di depan lo?"
Itreula memasukkan surat itu pada amplop biru muda itu sebelum berucap, "Aku mau nanya."
"Hah? Nanya apa?"
"Kamu kenal sama cowok yang namanya Hilo?" tanya Itreula yang langsung dihadiahi tatapan menyelidik Anna.
"Gue sebatas tahu orangnya aja, sih. Dia anak kelas 12 IIS 2," ucap Anna.
Anna menaikturunkan kedua alisnya melihat Itreula yang terdiam seakan sedang menyusun rencana. "Lo naksir dia, ya? Hayo."
"Hah? Engg-enggak. Aku aja enggak kenal dia," ucap Itreula.
"Kenalan makanya biar kenal, haha. Dia ganteng, kok, cuma menurut gosipnya, dia enggak pernah deket sama cewek mana pun. Sampai pernah dia digosipin homo," jelas Anna yang diakhiri dengan kekehannya.
Itreula mengernyitkan kening. "Homo? Apa yang salah dari homo? Kita semua kan homo sapiens."
"Itreula Alcander!" teriak Anna berkacak pinggang.
***
David memijat pangkal hidungnya lelah. Dia masih berupaya mencari tahu siapa yang mengirimi kotak hitam itu. Pelaku tersebut terlalu hebat dalam menyembunyikan identitasnya.
"Apa? Gue ke sini karena lo bilang ada sesuatu yang penting tentang Itreula, kalau enggak, gue enggak bakalan sudi di sini," sinis Aldri setelah mendaratkan tubuhnya di kursi yang berhadapan dengan David.
KAMU SEDANG MEMBACA
Itreula [Open Preorder]
Teen Fiction*BEBERAPA PART TELAH DIHAPUS* Dibenci tapi tidak membenci. Dihujat pun ia hanya bisu. Bisu bukan karena ia tidak mau berontak, namun karena ia mengiyakan. Mengiyakan bahwa ia memang sumber kesialan. #1 in teenlit [21-12-2019] #1 in wattpad [1-1-2020...