Seclon tidak mengerti alasan David mengajak mereka semua untuk ikut mengunjungi makam Cia. Awalnya dia menolak ajakan itu, bukannya dia tidak mau berkunjung, namun karena dia tidak ingin meninggalkan Itreula terlalu lama berduaan dengan Benjamin.
Lagipula bisa saja Benjamin mendadak meninggalkan adiknya sendiri karena ada keperluan. Dia tidak mau ada hal buruk yang kembali menimpa adiknya jika adiknya dibiarkan sendirian.
Tapi setelah David memberitahunya tentang teman-teman Itreula yang akan datang menjenguk, maka dia mengiyakan ajakan David. Karena sebenarnya dia juga penasaran dengan maksud terselubung dari kunjungan mereka ke makam Cia.
"Hai, Sayang. Gimana kabar kamu? Pasti sekarang kamu lagi senang karena kita semua kumpul di sini buat kunjungi kamu. Eh, belum kumpul semua, deh, soalnya Itreulanya enggak ada. Itreula belum boleh ke sini karena dia masih di rumah sakit," ucap David tersenyum seraya mengusap batu nisan itu.
David memeluk batu nisan itu sebelum menarik napas dalam. Bibirnya mendadak kelu ketika dia hendak mengutarakan fakta yang baru dia ketahui dari Aliya. Dadanya seakan ditikam beribu pisau. Dia tidak bisa. Ternyata dia tidak setegar itu untuk memberitahu fakta itu.
David menggigit bibirnya. "Kamu lihat tanah kosong yang ada di dekat kamu, Sayang? Besok bakalan ada seseorang yang tempati tanah itu. Dia bakalan temani kamu. Aku jamin kamu pasti senang ketika tahu dia siapa."
"Hah? Lo tahu dari mana kalau besok bakalan ada yang dikubur di dekat sini?" tanya Vero bingung.
"Tahu karena gue yang bakalan minta orang itu dikubur di sini."
"Hah?"
"Gue bakalan minta Giles dikubur di sini biar dia temani Cia."
Aldri melotot. "Lo gila, ya? Ngapain lo minta anak psikopat itu dikubur di dekat Cia? Terus apa maksud lo Cia bakalan senang? Lo pikir dia bakalan senang gitu ditemani sama anak psikopat? Lo harus ingat Giles itu anak Preston! Anak yang udah bikin gue sama Itre masuk rumah sakit."
David memejamkan mata. Dia bisa. Dia pasti bisa memberitahu fakta itu. Dia kembali membuka matanya sebelum berucap, "Maafin aku karena aku baru menemukan anak kita. Maafin aku juga karena ternyata aku terlambat menemukan anak kita."
Beribu tanda tanya muncul memenuhi kepala orang-orang yang ada di sana.
"Aku gagal, Ci. Aku gagal menjaga anak kita. Aku belum sempat membahagiakan anak kita, tapi dia udah nyusul kamu duluan, Ci," ujar David seraya mengguncang batu nisan itu. Pipinya sudah basah akan air mata.
"Heh! Lo gila, ya? Lo nyumpahin Itre nyusul Cia, huh?" sentak Aldri galak.
Seclon mengernyit. Sepertinya ada yang salah dengan ayahnya. Dia menepuk pundak David pelan sembari berucap, "Pa? Papa kenapa? Ada masalah?"
"Gue bukan ngomongin Itre, Kak. Bukan Itre. Gue ngomongin anak gue yang lain!"
"..."
David mengusap wajahnya kasar. "Gue ngomongin kembarannya Seclon. Anak gue. Anak gue sama Cia yang katanya udah meninggal waktu bayi. Ternyata selama ini dia masih hidup, Kak. Dia masih berkeliaran di dunia ini."
Aldri tergelak. "Kalau ngomong jangan ngaco, lo pikir dengan candaan lo gitu, Cia bakalan senang? Lo lupa gimana terpuruknya Cia waktu kembarannya Seclon ditemuin udah enggak bernapas?"
"Kembaran? Aku punya kembaran?"
"KALAU GUE BERCANDA, GUE ENGGAK BAKALAN NGOMONG KAYAK GINI DI MAKAM CIA, KAK. GUE SERIUS!"
Aldri meneguk ludahnya susah payah mendengar sentakan keras David.
"Giles ... Giles kembaran Seclon. Bayi yang enggak bernapas itu bayinya Aliya. Bayi gue sama Cia masih hidup. Dia tumbuh sebagai Giles," jelas David di sela isakannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Itreula [Open Preorder]
Teen Fiction*BEBERAPA PART TELAH DIHAPUS* Dibenci tapi tidak membenci. Dihujat pun ia hanya bisu. Bisu bukan karena ia tidak mau berontak, namun karena ia mengiyakan. Mengiyakan bahwa ia memang sumber kesialan. #1 in teenlit [21-12-2019] #1 in wattpad [1-1-2020...