David mengusap wajah pelan sebelum kembali fokus pada jalanan. Mengetahui pelaku aksi peneroran tersebut berhasil membuatnya terjaga sepanjang malam. Pikirannya berkelana bebas.
Hingga detik ini, dia belum bisa menyimpulkan alasan seseorang itu meneror Itreula. Dia membelokkan kemudinya ke kiri begitu matanya menangkap plang bertuliskan nama perumahan yang ingin dia kunjungi.
Seakan sering berkunjung ke sana, dengan santai dia memarkirkan mobil putihnya di depan pagar rumah seseorang itu. Tanpa berteriak memanggil si pemilik rumah, dia langsung ngeloyor masuk ke dalam rumah.
Tanpa menghiraukan tatapan galak dari seseorang yang berdiri tidak jauh darinya, dia melempar tubuhnya ke atas sofa empuk. Seseorang itu menghela napas panjang sebelum duduk di dekatnya.
"Enak banget, ya, datang-datang tanpa permisi langsung duduk gitu aja," cibir Ezra membuat David terkekeh pelan.
"Lo masih dendam aja sama gue, ya?"
Ezra mendengkus. "Ngapain gue dendam sama lo? Enggak penting banget."
"Oh ya? Tapi lo kelihatannya keberatan tentang kehadiran gue di rumah lo?"
"Gue males ribut, mendingan lo bilang tujuan lo pagi-pagi ke sini ngapain."
David melirik ke sekeliling rumah yang tidak kalah megah dari rumahnya. Dia ke sini untuk mencari seseorang itu karena dia yakin sekali seseorang itu bisa membantunya mendapatkan informasi.
"Cari anak gue?"
David mengangguk membuat Ezra manggut-manggut lalu berteriak, "Hilo! Calon mertua lo cariin lo!"
"Calon mertua?" balas Hilo berteriak dari lantai dua.
"Calon mertua kepala lo," decak David, tapi tidak bisa dipungkiri dia tidak keberatan jika Itreula nantinya dekat dengan Hilo.
Ezra menoleh sekilas pada David yang berkomentar sebelum kembali berucap pada Hilo, "Iya, kalau lo enggak mau dipecat dari daftar menantunya dia, mending lo cepat turun."
Tidak lama kemudian, laki-laki berkaus oranye itu turun tergesa-gesa menghampiri mereka berdua. "Kenapa, Om?"
David melirik Ezra seakan mengusir pria itu agar memberikan mereka ruang untuk berbicara empat mata. Tapi, Ezra tetaplah Ezra, si pandai berpura-pura tidak peka.
Dia ingin tahu alasan David mencari anaknya hingga menghampirinya ke rumah.
"Pa, pergi sana," usir Hilo yang mengerti David ingin berbicara empat mata dengannya.
Ezra mendelik. "Lo jadi anak mulai kurang ajar, ya. Mana ada anak yang ngusir bapaknya."
"Bodo amat, Pa. Sana masuk ke kamar."
"Tuh, denger apa kata anak lo. Sana pergi," timpal David membuat Ezra kalah telak.
Dengan terpaksa Ezra pergi, walaupun begitu dia tidak sepenuhnya menjauh dari kedua orang tersebut. Dia diam di belakang tembok yang membatasi ruang tamu dengan ruang karaoke agar tetap bisa mendengar pembicaraan kedua orang tersebut.
"Jadi, kenapa, Om?" tanya Hilo.
David berdeham sebelum berucap, "Sebelumnya om minta maaf karena udah ganggu kamu, tapi om perlu informasi dari kamu."
"Informasi?"
"Iya."
"Informasi apa, Om?" tanya Hilo dengan dahi berkerut.
KAMU SEDANG MEMBACA
Itreula [Open Preorder]
Roman pour Adolescents*BEBERAPA PART TELAH DIHAPUS* Dibenci tapi tidak membenci. Dihujat pun ia hanya bisu. Bisu bukan karena ia tidak mau berontak, namun karena ia mengiyakan. Mengiyakan bahwa ia memang sumber kesialan. #1 in teenlit [21-12-2019] #1 in wattpad [1-1-2020...