11

76K 4.5K 126
                                    

Itreula kecil tersenyum hambar melihat teman-temannya yang sibuk berpelukan dengan kedua orang tuanya. Hari itu hari kelulusannya, ia sengaja tidak memberitahu David karena ia percaya hal itu hanyalah sia-sia.

Ia meremas ujung toganya kuat berusaha menahan tangisan. Ia juga ingin seperti mereka yang dikasihi. Ia mengerjapkan mata perlahan sebelum mengembuskan napas dalam. Seharusnya ia bangga karena ia mendapat banyak penghargaan, bukannya sedih.

Ia meringis kecil ketika ada sesuatu yang menubruk keningnya. Ia menundukkan badan mengambil burung yang terbuat dari origami pink itu. Ia mengedarkan pandangannya ke sekeliling mencari siapa pemilik dari burung tersebut, tapi hasilnya nihil.

Selamat karena kamu menjadi siswi terbaik di sekolah ini. Tetap menjadi Itreula yang selalu ceria, ya.

-Strawberry-

Tanpa Itreula sadari, seulas senyuman terbit di wajahnya. Tulisan yang berantakan itu berhasil membuatnya tersadar bahwa ia harus selalu ceria. Ia gadis yang kuat. Mau seberapa rintangan yang mendatanginya, ia harus bisa melewati semuanya. Semuanya pasti akan mudah dilalui jika ia tidak mengeluh akan keadaan.

Ia percaya bahwa mengeluh bukanlah memperbaik keadaan, melainkan memperkeruh.

"Orang tua kamu enggak datang, Itre?" tanya walikelas Itreula yang tahu-menahu sudah berdiri di hadapan Itreula.

Itreula tersenyum. "Papa sibuk, Bu."

Perempuan yang berjabat sebagai walikelas Itreula itu manggut-manggut. Dia tersenyum sembari mengusap puncak kepala Itreula. "Kalau begitu, biar ibu aja yang nemani kamu. Sekali lagi, selamat Itreula. Ibu benar-benar bangga memiliki anak murid seperti kamu."

"Bu, Itreula boleh tanya?" tanya Itreula yang langsung dibalas anggukan walikelasnya.

"Kalau seandainya Itreula anak ibu, apa ibu bakalan senang punya anak kayak Itre?"

Walikelasnya terkekeh sebelum menjawil hidung Itreula yang mancung itu. "Jelas ibu sangat senang. Bagi ibu, memiliki anak seramah, sepintar, dan sepengertian kamu adalah anugerah. Titip salam buat papa dan mama kamu, ya. Mereka pasti bahagia sekali punya anak seperti kamu."

Gadis itu spontan membuka matanya ketika ia mendengar jam wekernya berbunyi nyaring. Jarum jam wekernya menunjuk angka lima. Ia mengusap wajah pelan menyadari ia bermimpi tentang hari kelulusan sekolah dasarnya.

Ia masih mengingat betapa hari itu berhasil memorakporandakan hatinya. Hari itu monorehkan berbagai rasa di hatinya. Ia sangat senang karena ia mendapat penghargaan di hampir setiap pelajaran yang membuatnya terpilih menjadi siswi terbaik di sekolah.

Tetapi rasa senang itu tidak bertahan lama ketika melihat banyak orang tua yang memeluk anak mereka bahagia. Di saat semua berpelukan, ia hanya diam. Tidak ada yang datang di hari kelulusannya itu.

Hari kelulusannya ketika SMP tidak jauh berbeda. Ia sudah memberitahu David, tapi pria itu mengabaikannya. Ia tersenyum sembari menyemangati dirinya agar tidak terlalu memikirkan hal itu.

Ketukan pada pintu membuat ia mengernyitkan kening heran. Selama ini David tidak pernah mengetuk pintunya. Ia pun beranjak dari kasur dan membuka pintu. Betapa terkejut dirinya ketika melihat sosok laki-laki yang menjulang tinggi di depannya.

Ia mundur beberapa langkah ketakutan membuat laki-laki itu bingung dan masuk ke dalam. Teriakan terlontar dari bibir Itreula begitu laki-laki itu mengunci pintunya.

"Per-pergi. Jan-jangan mendekat," lirih Itreula tetap berjalan mundur hingga punggungnya menubruk lemari. Ia benar-benar takut dengan laki-laki itu. Ia tidak bisa melihat wajah laki-laki itu karena laki-laki itu menggunakan topeng putih.

Itreula [Open Preorder]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang