16

76.1K 4.5K 276
                                    

Itreula menyeka bulir keringat yang mulai memenuhi keningnya. Ia tidak berkomentar sedikit pun begitu Dino memberikannya hukuman, walaupun ia merasa ia tidak bersalah. Ia melirik Dino dan Giles yang menatapnya dari pinggir lapangan. Ia dapat melihat raut khawatir dari wajah Giles itu.

Ia menarik napas panjang sebelum kembali berlari mengelilingi lapangan. Ada tiga putaran lagi yang harus ia lakukan. Membutuhkan waktu sekitar satu jam untuk ia menyelesaikan hukumannya berlari mengelilingi lapangan luas itu sebanyak delapan kali.

Giles langsung berlari menghampiri Itreula yang terduduk di tengah lapangan. Dia berjongkok dan memberikan botol air itu pada gadis itu yang langsung diteguk setengah. Napas gadis itu masih terengah.

"Maaf, gue enggak berhasil bikin dia enggak hukum lo, padahal lo enggak ada salah. Gue sebel banget kenapa dia jadiin lo korban. Hilo yang salah, lo yang dihukum," celoteh Giles.

Itreula hanya mengangguk lemah. Kakinya seakan mati rasa karena terlalu banyak berlari.

"Sekarang kembali ke kelas kalian masing-masing dan mengikuti pelajaran terakhir dengan baik. Jika kalian ketahuan bolos, maka saya akan memberikan hukuman yang lebih berat dari ini," ucap Dino sebelum beranjak meninggalkan kedua orang itu.

Dino merogoh ponselnya yang bergetar. Tanpa melihat nama yang tertera, dia pun tahu siapa yang meneleponnya itu. "Gimana?"

"Udah, Din."

"Oke, gue bakalan transfer sekarang juga ke lo."

***

Anna mengernyitkan kening melihat Itreula berjalan tertatih-tatih. Matanya langsung melirik tajam Giles yang berdiri di samping Itreula. "Lo apain temen gue, Kak?!"

"Gue enggak ngapa-ngapain, Pak Dino yang jahat. Dia nyuruh Itre keliling lapangan delapan kali," ucap Giles.

"Hah? Enggak mungkinlah. Itre anak baik-baik, mana mungkin ada guru yang berani hukum dia?"

Itreula menghela napas pelan sebelum mendaratkan dirinya di samping Anna. Ia tidak peduli kedua orang itu sedang membicarakan dirinya. Kepalanya sangat berat. Sepertinya berlari memutari lapangan delapan kali di bawah terik matahari tidak hanya memberikan efek pada kaki, tapi juga pada kepalanya.

Ia melipat kedua tangan di atas meja dan menenggelamkan wajahnya di sana.

"Tre? Lo enggak pingsan, 'kan?" tanya Anna pelan seraya menepuk bahu Itreula.

Itreula menggeleng pelan tanpa mendongakkan kepalanya.

"Mending lo pulang sekarang, sekarang jamkos, kok. Lo enggak bakalan ketinggalan apa-apa," ujar Anna.

"Enggak usah, Na. Aku baik-baik aja. Setengah jam lagi juga pulang, 'kan?" balas Itreula sebelum memejamkan matanya perlahan.

Tidak sampai lima detik, gadis itu masuk ke alam mimpi. Anna berdecak ketika mendengar dengkuran halus dari sebelahnya. Dia melirik Giles yang masih setia berdiri di sebelah bangku mereka sebelum berucap, "Terus lo ngapain di sini, Kak? Mendingan balik."

"Ya, gue balik sekarang. Titip Itre." Giles berucap sebelum berjalan keluar kelas.

Anna mengurungkan niatnya untuk menyumpal telinganya dengan earphone. Dia yakin dia tidak salah lihat. Ada Hilo di depan kelas. Laki-laki seperti sedang menunggu seseorang. Dia memicingkan mata berusaha mencari tahu apa yang sedang laki-laki itu lakukan di depan kelasnya.

Kedua alisnya bertautan begitu Hilo memberikan sekotak susu strawberry kepada seorang laki-laki yang baru saja melintas.

Loh ... loh? Kok cowoknya ke sini? tanya Anna dalam hati saat melihat laki-laki yang dipanggil Hilo berjalan ke arahnya.

Itreula [Open Preorder]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang