35

53.7K 2.8K 336
                                    

Bibir pria itu tertarik ke atas ketika sebuah pemikiran melintas di kepalanya. Dia berdeham membuat sepuluh orang lainnya yang berada di jeruji yang sama dengannya serempak menoleh. Dia menginstruksikan sepuluh orang itu untuk mendekat dan membuat lingkaran agar mudah diberitahu.

Tanpa melakukan penolakan, sepuluh orang itu mendekatinya. Setelah menengok keluar jeruji dan memastikan tidak ada polisi di sekitar jeruji mereka, pria itu mulai membeberkan rencananya agar mereka semua dapat bebas.

Begitu mengerti akan rencana yang diberitahu oleh pria itu, mereka mulai mengubah posisi mereka. Lima di sebelah kiri dan enam di sebelah kanan. Pria itu mengedipkan sebelah mata memberikan kode.

Melihat kode yang dilemparkan pria itu, seorang pria bertubuh besar spontan mendekat ke pria itu dan melayangkan bertubi-tubi pukulan. Bukan hanya kedua orang itu yang berkelahi, pria-pria yang lain juga menggebuk satu sama lain sesuai rencana.

Kericuhan yang mereka ciptakan berhasil menyita perhatian dua polisi yang sedang berjaga di dekat jeruji mereka. Dua polisi itu lantas berteriak meminta mereka semua berhenti, namun mereka tidak mengindahkan teriakan itu hingga kedua polisi itu terpaksa membuka gembok jeruji besi itu.

Menyadari jeruji besi yang selama ini terkunci telah dibuka, mereka tidak lagi menggebuk satu sama lain, melainkan menyerobot keluar dari sana membuat kedua polisi itu membeliak kaget.

Pria si pembuat rencana—Preston—berlari kencang keluar kantor polisi. Dia tidak peduli teman satu selnya berhasil keluar atau tidak, yang jelas dia sudah berhasil. Dia berhenti berlari ketika telah sampai di sebuah gang kecil. Dia melepaskan baju biru bertuliskan tahanan itu sebelum membuang baju tersebut ke tong sampah.

Dia menepuk dadanya bangga karena telah berhasil keluar dari kantor polisi dengan mudah sembari berucap, "Ajal akan segera menjemputmu, Itreula."

***

Geraman kesal terlontar dari bibir laki-laki itu ketika ponselnya berbunyi nyaring. Baru sedetik dia berhasil masuk ke alam bawah sadar dan sekarang dia harus terbangun akibat bunyi nyaring itu. Dia mengerjapkan mata berulang kali memastikan nama yang tertera di benda pipih itu.

Kantor polisi? Untuk apa kantor polisi menghubunginya di jam tiga pagi ini? Apa mereka sudah tidak waras membangunkannya jam segini?

"Halo?" ujar Giles serak khas bangun tidur.

"Selamat Pagi, Giles. Maaf saya mengganggu waktu istirahat kamu, tapi ada hal yang harus saya sampaikan."

Giles mengubah posisinya menjadi duduk sebelum menyahut, "Iya, ada apa, Pak?"

"Pak Preston melarikan diri."

"HAH?" teriak Giles terkejut membuat polisi di seberang sana yang menelepon ikut terkejut.

"Bapak serius? Bagaimana bisa?"

"Untuk kronologisnya mungkin akan saya ceritakan nanti ketika kamu di sini, tapi saya minta tolong kamu untuk mencari bapak kamu terlebih dahulu. Karena saya tidak yakin dia tidak membuat ulah."

Pasokan udara yang masuk ke dalam paru-paru Giles seakan lenyap begitu saja. Tanpa sempat memutuskan sambungan panggilan tersebut, dia lantas menyambar jaket abu dan kunci motornya. Dia harus segera ke rumah sakit.

Dia yakin tempat pertama yang akan didatangi oleh Preston adalah rumah sakit. Ayahnya itu pasti belum puas melihat keadaan Itreula yang merenggang nyawa. Dia melajukan motornya dengan kecepatan di atas rata-rata.

Itreula [Open Preorder]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang