Hilo menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. Dia melirik sekilas gadis di sebelahnya. Gadis itu tampak kecewa begitu Seclon mendadak keluar dari antrian, padahal mereka sudah mengantri cukup lama.
"Kesempatan bagus, tuh, buat lo berduaan sama Itre. Gue pura-pura ketinggalan barang di McD, lo harus naik bianglala berdua. Wajib berhasil," bisik Ezra.
Seusai berbisik pada anaknya, dia menepuk keningnya membuat Itreula menoleh. "Aduh, dompet gue ketinggalan di McD kayaknya. Kalian duluan aja, ya. Gue mesti cek dompet dulu."
Tanpa menunggu jawaban dari Hilo maupun Itreula, Ezra langsung berlalu meninggalkan kedua orang itu yang kini diselimuti rasa canggung. Dalam hati Hilo merutuki sifat seenak jidat papanya itu. Dia masih malu jika harus berada di dekat gadis itu, terlebih setelah kejadian David menangkap basah dia menggoda Itreula.
Hilo berdeham ketika mereka berdua sampai di barisan paling depan. "Jadi naik atau mau nunggu mereka, Tre?"
"Ehm ... naik aj-aja deh, Hil," ujar Itreula gugup lalu memasuki salah satu gondola tersebut.
Hilo manggut-manggut sebelum ikut masuk dan duduk tepat di hadapan Itreula. Tidak lama kemudian gondola tersebut pun mulai bergerak. Selama gondola tersebut bergerak perlahan, tidak ada yang membuka suara. Keduanya larut dalam kecanggungan masing-masing.
Hilo yang tidak tahan akan kecanggungan itu pun berdeham. "Kam-kamu udah baikan?"
"Hah?"
"Iya, it-itu. Maksud-maksud aku, soal kotak putih tadi."
"Bol-boleh enggak bahas itu?" tanya Itreula membuat Hilo mengatupkan bibirnya rapat.
Hilo mengalihkan pandangannya ke samping membuat kedua bola matanya tersuguhi pemandangan yang luar biasa. Perpaduan warna langit ketika senja terlihat sempurna dari tempatnya.
Melihat langit senja di bianglala membuat dirinya teringat dengan cerita yang pernah disampaikan Ezra. Dia melirik Itreula yang kini juga sedang menikmati warna langit. Anak rambut gadis itu melambai-lambai mengikuti embusan angin senja.
"Mau dengar cerita?" tawar Hilo.
"Cerita tentang?"
"Tentang papa mama kamu. Aku tahu cerita ini dari papa."
"Mau, aku mau," seru Itreula antusias.
Seulas senyuman tipis melengkung di bibir Hilo ketika mendengar nada antusias Itreula. Sejak pertama kali dia melihat gadis itu, dia sudah bisa menebak bagaimana perasaan gadis itu. Perasaan gadis itu yang hancur karena dibiarkan hidup berdua bersama David yang jelas-jelas masih terjebak di masa lalu.
Bibirnya mulai bergerak menceritakan kisah Cia dan David yang dia ketahui dari Ezra. Ezra tidak melihat kejadian itu secara langsung, tapi Cialah yang menceritakan kejadian itu padanya.
Cia bercerita bahwa dia hendak menyerah untuk mempertahankan hubungannya dengan David. Cia tidak mau berhubungan lagi dengan David karena dia percaya hubungannya dengan David hanya membuat saudari kembarnya—Alice—sakit hati.
Cia merasa Alice pantas untuk mendapatkan kebahagiaan setelah selama ini menderita karenanya. Cia rela mengorbankan perasaannya jika dengan begitu Alice bisa bahagia.
Tepat sehari sebelum Cia akan pergi meninggalkan semua kenangannya di Surabaya, David mengajaknya pergi ke taman bermain. Di sana mereka berdua juga menaiki bianglala.
"Papa kamu ngajak mama kamu balikan," ucap Hilo mengakhiri ceritanya.
Itreula tersenyum. "Ternyata papa punya sisi semanis itu, ya? Haha, aku tebak mama pasti langsung senyum terus terima papa. Makanya mereka bisa nikah."
KAMU SEDANG MEMBACA
Itreula [Open Preorder]
Teen Fiction*BEBERAPA PART TELAH DIHAPUS* Dibenci tapi tidak membenci. Dihujat pun ia hanya bisu. Bisu bukan karena ia tidak mau berontak, namun karena ia mengiyakan. Mengiyakan bahwa ia memang sumber kesialan. #1 in teenlit [21-12-2019] #1 in wattpad [1-1-2020...