Gadis itu meringis ketika merasakan sakit pada kaki dan tangannya yang terikat kencang di sebuah kursi. Ia mengernyit berusaha mengenali ruangan yang ia tempati. Tidak sampai lima detik, ia kembali memejamkan mata karena mendengar suara derap langkah yang kian mendekat.
"Ck, selain mukanya mirip, ternyata kebonya juga mirip sama Cia," decak Preston kesal.
Preston menoleh kepada Dino yang sedari tadi belum bersuara. "Ini anak enaknya diapain, ya? Apa kita siram aja pakai air panas?"
Mendengar pertanyaan Preston yang terdengar menyeramkan itu membuat Itreula lantas membuka matanya.
"Loh? Langsung bangun?" tanya Preston heran.
"Hmmpft—"
"Buka sumpelan mulutnya atau biarin aja, Bos?" tanya Dino yang tidak tahan mendengar racauan tidak jelas itu.
Preston berjalan mendekati Itreula sebelum sedikit membungkukkan badannya dan membuka kain yang menyumpal mulut Itreula.
"Om ma-mau ngapain?" cicit Itreula.
Preston tersenyum miring menyadari gadis mungil di depannya mulai ketakutan. Dia merangkum kedua pipi Itreula keras membuat gadis itu sontak menjerit kesakitan. Kuku tajam Preston menusuk permukaan pipinya.
"Gue mau ngapain? Mau balas dendam, haha," sinis Preston sebelum menjauhkan tangannya dari pipi Itreula.
Preston mundur beberapa langkah untuk mengambil ikat pinggang yang sudah dia letakkan di meja berdebu itu. Sebelum kembali menghampiri Itreula, dia terlebih dahulu meminta Dino untuk keluar dari gudang dan memberikan petunjuk kepada David yang sekarang pasti sedang kelimpungan mencari anak gadisnya.
"Gue bahkan belum ngapa-ngapain lo, tapi lo udah setakut itu," hina Preston diakhiri kekehannya.
Itreula berusaha menahan tubuhnya agar tidak bereaksi berlebihan. Ia meyakini dirinya untuk tidak takut. Sebelum Seclon pergi, laki-laki itu sempat mengingatkannya ia harus selalu percaya bahwa Tuhan selalu menyayanginya. Tuhan akan selalu melindunginya.
Ia harus ingat itu. Lagipula, disiksa oleh pria tua hal yang sudah biasa, bukan?
"Lo tahu ini apa?" tanya Preston pelan seraya memutar ikat pinggang itu dengan lihai.
Itreula mengangguk pelan. Sepertinya ia bisa menebak apa yang akan terjadi ke depannya.
Cetar ....
Itreula menggigit bibir menahan suaranya. Semakin ia bersuara, semakin pria tua itu bangga.
"Oh, jadi puteri kesayangannya David lagi sok kuat? Pura-pura ngerasa enggak sakit?" Preston berucap sembari mengusap pelan pipi Itreula.
Cetar ....
"Aw," ringis Itreula tidak tahan menahan rasa sakit itu. Ia masih bisa menahan untuk tidak berteriak jika pukulan itu mendarat di kakinya, tapi kini Preston mendaratkan ikat pinggang itu pada perutnya.
Preston tersenyum. "Jadi, di perut lebih sakit, ya, daripada di kaki?"
"..."
Preston melepas ikatan Itreula pada kursi sebelum mendorong kasar tubuh gadis itu hingga gadis itu terjatuh mencium lantai. "Aduh, puteri cantik jatuh. Butuh bantuan, enggak?"
Mama, Itreula mau ikut mama aja, boleh?
Itreula menjerit ketika Preston menjambak rambutnya kencang. "Sa-sakit, Om. Lepasin."
"Tidak semudah itu, Itreula Sayang."
Setelah puas bermain dengan rambut halus Itreula, dia melepasnya. Dia kembali mengambil ikat pinggang itu lalu melayangkan dua puluh kali cambukan pada punggung Itreula yang mengundang teriakan kencang Itreula.
KAMU SEDANG MEMBACA
Itreula [Open Preorder]
Teen Fiction*BEBERAPA PART TELAH DIHAPUS* Dibenci tapi tidak membenci. Dihujat pun ia hanya bisu. Bisu bukan karena ia tidak mau berontak, namun karena ia mengiyakan. Mengiyakan bahwa ia memang sumber kesialan. #1 in teenlit [21-12-2019] #1 in wattpad [1-1-2020...