David meneguk sebuah kaleng bir yang baru saja dia beli dari supermarket dekat rumah sakit. Sudah lama sekali dia tidak menyentuh minuman seperti itu setelah berbaikan dengan Itreula, tapi sekarang dia rasa dia membutuhkan minuman itu. Dia butuh minuman itu untuk mengalihkan pikirannya.
Dia mengusap wajah kasar sebelum mendongakkan kepala menatap ribuan bintang berkilau yang terbentang luas di atas sana. Seulas senyuman samar terukir di bibirnya membayangkan istrinya yang cantik itu kini sudah menjelma sebagai bintang yang paling berkilau.
Dia memejamkan mata menikmati embusan angin malam yang menerpa wajahnya. Mungkin beberapa orang mengatakan angin malam itu tidak baik, tapi bagi David angin malam itu berhasil menyejukkan pikirannya yang begitu bercabang.
Kamu apa kabar di sana? Aku kangen. Dulu kalau ada apa-apa, aku masih punya kamu buat berkeluh kesah. Aku punya kamu yang selalu bisa tenangin aku. Tapi sekarang, aku sendirian. Kamu tega ninggalin aku sendiri di sini dengan semua kekacauan yang aku buat dari awal.
Kedua matanya terbuka ketika merasakan ada bayangan yang menghalangi sinar bulan mengenainya. "Giles?"
"Om David? Om kenapa? Kok sendirian di sini? Anginnya lagi kencang, lho, Om, nanti om sakit kalau kelamaan di luar," ujar Giles membuat David terkekeh kecil.
Dia menepuk pundak laki-laki itu sebelum berucap, "Om enggak selemah itu kali, masa iya om sakit cuma karena angin malam, haha. Kamu sendiri kenapa tengah malam gini masih keluyuran? Kamu enggak temani mama kamu?"
"Tadi kebetulan saya lapar, jadi saya keluar buat cari camilan. Mama udah tidur, kok, Om," ujar Giles yang dibalas anggukan mengerti David.
Giles mengernyit melihat sebuah kaleng bir berada dalam genggaman pria itu. Dia mengambil kaleng itu dari genggaman David lalu berucap, "Om minum ginian?"
"Oh it-itu, sebenarnya udah lama enggak, cuma untuk sekarang om rasa om butuh itu."
"Daripada minum ginian, mendingan kita makan es krim. Ayo, Om. Saya yang traktir." Giles berucap seraya menarik pria itu ke kedai es krim langganannya yang kebetulan dekat rumah sakit.
Giles tahu kedai es krim enak itu dari Preston. Awalnya, Preston membawakan pulang beberapa kotak es krim untuknya dan Aliya karena pria itu mendengar dari teman-teman kantor bahwa es krim di kedai itu enak. Yang berujung, Aliya ketagihan es krim tersebut dan meminta Preston mengajak mereka ke kedai es krim setiap malam minggu.
Mengingat waktu sudah tengah malam, kedai es krim itu pun tidak terlalu ramai hingga mereka mudah untuk mendapatkan tempat duduk. Mereka memilih tempat duduk di bagian luar kedai agar lebih leluasa untuk melihat pemandangan malam hari.
Giles sempat terkejut karena ternyata rasa kesukaannya dengan David sama, tapi dia masih bisa menyembunyikan rasa terkejut itu. Sebelum David menyebutkan pesanan pria itu, Giles sempat berpikir bahwa David akan memesan es krim rasa cokelat-stroberi seperti Aliya dan Preston.
Tapi ternyata pria itu sama dengannya, pria itu memesan es krim rasa vanilla-durian.
"Lebih seger makan es krim daripada minum bir, kan, Om?"
David tersenyum. "Iya, makasih. Om enggak kepikiran buat makan es krim. Kamu pintar juga milih sesuatu yang bisa menyegarkan kepala om, haha."
"Saya sering ke sini sama mama papa. Tapi mungkin malam minggu selanjutnya saya akan ke sini berdua saja sama mama, papa kan enggak bisa ikut," ujar Giles yang diakhiri dengan kekehan hambarnya.
"Ngomongnya boleh pakai aku, kok. Enggak usah saya-saya, terlalu baku, Gil. Santai aja sama om, om enggak bakalan gigit kamu."
Giles mengangguk sebagai tanggapan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Itreula [Open Preorder]
Teen Fiction*BEBERAPA PART TELAH DIHAPUS* Dibenci tapi tidak membenci. Dihujat pun ia hanya bisu. Bisu bukan karena ia tidak mau berontak, namun karena ia mengiyakan. Mengiyakan bahwa ia memang sumber kesialan. #1 in teenlit [21-12-2019] #1 in wattpad [1-1-2020...