"Kamu punya pacar?" ulang David, tetapi kali ini dengan penuh penekanan.
Itreula menggeleng. "Eng-enggak a-ada, Pa."
David memicingkan kedua mata meragukan jawaban anaknya itu. Dia mengikis jarak mereka sebelum meraih dagu Itreula dan membelainya pelan. Meski pelan, dia tahu belaiannya itu mampu membuat tubuh anaknya menegang.
"Kamu tahu, kan, kalau saya tidak suka dibohongi?"
"I-iya, Pa. It-Itre beneran eng-enggak pu-punya pa-pacar," balas Itreula dengan susah payah.
David tersenyum penuh arti. "Bagus."
Baru saja David hendak melepaskan dagu Itreula dari jangkauan tangannya, layar ponsel Itreula menyala. David mengernyit ketika matanya dapat membaca nama yang mengirimi anaknya pesan. Giles Etan?
Bukankah itu nama laki-laki? Dan tunggu, sepertinya dia merasa tidak asing dengan nama belakang laki-laki itu. Etan? Preston? Jangan-jangan itu anak Preston?
"Siapa Giles?"
Itreula mengerjap.
"Siapa Giles?" ulang David lagi dengan suara keras membuat nyali Itreula semakin menciut.
"Ka-kakak ke-kelas," jawab Itreula terputus-putus.
"Sedekat apa kamu sama dia, hah? Tadi kamu bilang enggak punya pacar, terus dia siapa?"
Itreula menggeleng. "Eng-enggak de-dekat, Pa. Bu-bukan pa-pacar."
"Mencoba bohong lagi, hah?" geram David seraya menekan dagu Itreula yang masih dia pegang itu.
Bibir Itreula terkatup rapat. Ingin menjawab bahwa ia sungguh-sungguh tidak memiliki hubungan istimewa dengan Giles, tapi ia tahu mau sekeras apa ia menjawab, ayahnya akan tetap tidak percaya. Yang bisa ia lakukan hanya diam merasakan sakit pada dagunya yang dicengkeram ayahnya.
"Jawab, Anak Sialan! Bukan diam!"
"Bu-bukan pa-pacar, Pa."
"Terus dia siapa? Simpanan kamu? Sudah ngapain aja kamu sama dia, hah?"
Rasanya Itreula ingin menangis saat ini juga.
"Kenapa kamu malah diam lagi? Perlu saya kasarin dulu biar kamu mau jawab?"
Itreula menggeleng takut. Di dalam hatinya ia terus menyebut nama Aldri berharap omnya segera kembali untuk menyelamatkannya dari David yang begitu menyeramkan.
Suara pintu terbuka membuat David terkejut setengah mati dan menjauhkan diri dari Itreula.
"Loh? David?"
Aldri melangkah masuk dengan kantong plastik di tangan kanannya. Dia baru kembali dari salah satu restoran cepat saji karena tadi Itreula ngambek tidak mau makan makanan rumah sakit. Makanan rumah sakit hambar kata keponakannya itu. Dia meletakkan kantong plastik tersebut di meja sebelum menoleh pada David dan Itreula secara bergantian.
Mengapa dia merasa ada yang tidak beres antara Itreula dengan David? Gelagat keduanya yang aneh itu membuat dirinya bertanya-tanya apa yang telah terjadi seusai dia pergi meninggalkan Itreula.
"Kalian berantem?" tanya Aldri.
"Hah? Enggak, Kak. Ya kali kita berantem, haha," jawab David dengan cepat.
Bukannya percaya dengan David yang langsung menjawab pertanyaannya, Aldri malah curiga ada yang ditutupi pria itu darinya. Dia menatap Itreula seraya mengusap puncak kepala keponakannya. "Kalian berantem, Tre?"
Meski tubuh David terhalang oleh Aldri, Itreula jelas sadar ayahnya tengah memelototinya seakan memberinya peringatan untuk tutup mulut.
"Eng-enggak, kok, Om. Lagian memangnya apa yang buat kita berantem coba?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Itreula [Open Preorder]
Novela Juvenil*BEBERAPA PART TELAH DIHAPUS* Dibenci tapi tidak membenci. Dihujat pun ia hanya bisu. Bisu bukan karena ia tidak mau berontak, namun karena ia mengiyakan. Mengiyakan bahwa ia memang sumber kesialan. #1 in teenlit [21-12-2019] #1 in wattpad [1-1-2020...