WHITE LOTUS - TAEGYU

28- 【WL❦】Kesetian pada diri sendiri

【White Lotus❦】

Kereta dengan empat kuda gagah memasuki halaman melewati pintu belakang mansion di ikuti oleh beberapa orang dibelakangnya. Lantas satu persatu penghuni gerbong turun yang tidak lain adalah Kaisar Taehyun dan Chen Fei yang baru saja kembali dari luar.

Kaisar membantu Chen Fei turun dengan hati-hati sebelum dia berbalik pada Kasim Jung mengeluarkan perintah. "Kumpulkan para menteri ke aula depan. Beritahu mereka bahwa Zhen ingin menyelesaikan masalah rumah kaca secepat mungkin dan perlu pendapat mereka untuk kesepakatan akhir."

Kasim Jung membungkuk, "Laksanakan Yang Mulia."

Han Mia melihat bahwa Kaisar ingin mengadakan rapat dan segera bertanya, "Yang Mulia sebentar lagi waktu makan siang. Yang Mulia memanggil para menteri rapat sekarang, maka selir akan mengirimkan makan siang ke aula depan dan biarkan Yang Mulia makan siang bersama para menteri nya?"

"En kamu bisa mengatur hal ini. Zhen mungkin tidak bisa menemanimu hari ini karena rapat kemungkinan berlangsung lama." Terang Kaisar Taehyun.

Chen Fei memberikan senyum penuh perhatian miliknya dan berkata; "Tidak apa-apa Yang Mulia. Lagipula selir ini mengerti bahwa rapat kali ini membahas masalah penting... Baiklah selir akan mulai memesan makan siang sekarang. Yang Mulia kembali lah untuk beristirahat sebelum memulai pertemuan."

"Zhen tahu." Setelah menyaksikan Chen Fei pergi lebih dulu, Kaisar Taehyun segera memutar langkahnya menuju halamannya sendiri.

Kabar bahwa Yang Mulia Kaisar kembali lebih awal di dengar para selir dengan sangat cepat dan begitu mengetahui bahwa Kaisar Taehyun akan memulai rapat bersama para menteri yang membuat Chen Fei memesan makan siang di aula depan. Semua orang tahu bahwa Kaisar masih sibuk. Namun minat para Selir untuk menyenangkan sang penguasa tidak surut, alih-alih mereka berlomba-lomba mengirimkan cemilan dan sup jahe ke aula depan.

"Zhen Jieyu mengirim manisan akar teratai, Baek Meiren mengirim sup jahe dan selir kecil Seo Cairen mengirim air gula. Adapun Wanyi Shin, dia memesan makan malam untuk Yang Mulia. Menunya adalah sup rumput laut dengan daging asap." Lapor pelayan Han Mia pada sang tuan.

Han Mia mendengarkan dengan seksama dan begitu mendengar yang terkahir dia mendengus. "Wanyi Shin menjadi lebih pintar akhir-akhir ini. Ternyata hukuman yang diberikan Yang Mulia cukup berhasil." Komentarnya sinis.

Han Mia melirik pelayan itu sekilas dan kembali bertanya. "Lalu bagaimana dengan Choi Jieyu?"

"Ah? Choi Jieyu dikatakan belum bangun dari tidurnya. Budak mendengar dari nona Hyeri bahwa tuan mereka bergadang semalaman karena membaca buku perjalanan sepanjang malam."

Mendengar hal ini, Han Mia tidak tahu harus berkomentar apa. Choi Jieyu adalah eksistensi aneh di antara para selir ini. "Aku tidak mengerti dengannya, obsesinya terhadap buku tampaknya lebih besar dari minatnya terhadap Yang Mulia." Meski begitu, Han Mia tidak berani meremehkan orang ini. Lihatlah meski dia tidak bersaing ketat dengan para selir, Choi Jieyu selalu punya kesempatan untuk mendapatkan perhatian Kaisar Taehyun. Dan berkat kegemarannya membaca itu bukankah dia berhasil menemukan metode kuno dan menghasilkan prestasi yang tidak dapat dilakukan oleh orang lain? Itu membuktikan bahwa Choi Jieyu juga memiliki tujuan di harem.

"Tuan, para selir ini sedang bersaing sekarang tanpa tahu bahwa rapat yang dilakukan Yang Mulia hari ini karena urusan orang lain. Jika mereka tahu apa alasannya. Mereka pasti akan menyesal." Ujar pelayan lain.

Atensi Han Mia segera berubah dan dia tidak tahu haruskah dia tertawa atau kesal dengan fakta yang ada.

Hari ini dia menemani Kaisar Taehyun ke paviliun bintang untuk bertemu dengan Hakim Daerah Ji. Dia sudah lama tahu bahwa Kaisar Taehyun tengah mengincar sebuah metode penanaman dari sebuah keluarga kaya. Ini adalah keluarga yang sama yang memperkenalkan jagung sebagai pengganti beras di masa lalu. Yang menjadi pusat perhatian Han Mia adalah imbalan yang diminta oleh keluarga Guo ini berupa pengangkatan anak perempuan mereka menjadi selir Yang Mulia. Sungguh permintaan yang berani!