BAB 24

89 9 4
                                    

Hai guys, apa kabar kalian? Aku harap kalian sehat semua ya😊
Udah lama ya gak update cerita ini, maaf banget ya guys

Dan gak perlu lama-lama ya guys silahkan membaca
Happy reading guys🎉🥳

Jangan lupa tekan ⭐ dan komen ya guys
Terimakasih 🎉🥳😊

🌸🌸🌸

Hari sudah menjelang malam Renjun tengah duduk di ujung ruangan latihan.

Dia sendirian, member dream lainnya sedang ada kegiatan diluar, karena hari ini mereka mendapat libur dan bebas melakukan kegiatan apa saja diluar tetapi harus ada staf yang mendampingi.

Dipandangi layar handphonenya, ia sesekali tersenyum memandang layar tersebut.
Sudah lama ia tidak membuka media sosialnya maupun akun accnya.

Dipandanginya layar handphone tersebut, raut wajahnya tampak tidak nyaman dengan apa yang tampil di layarnya entah apa yang ia lihat namun sudah cukup membuatnya ingin berteriak dan marah dengan keadaan.

Ia bergegas mengantongi handphonenya lalu jalan dengan terburu-buru, ada beberapa staff yang menegurnya pun tak ia hiraukan.

Ia buru-buru menekan tombol lift waktu seakan terhenti membuat ia semakin marah, setelah pintu lift terbuka ia segera masuk di tekannya tombol menuju ke roftop.

Di ambilnya bungkus rokok yang ia simpan di kantong celananya, dinyalakan rokok tersebut.

Kepulan asap memenuhi roftop, ia masih terdiam pikirannya begitu berkecamuk, ia sunggu lelah namun entah bagaimana harus berkeluh-kesah.

"Kau merokok lagi?" Sebuah suara memecah keheningan.

Renjun hanya menjawab dengan gumaman saja.

Hendry masuk dengan membawa beberapa Snack yang ia bawa dari acara fanmet kemarin.

Dilihatnya Renjun sudah mematikan rokoknya. Di ambilnya minuman soda yang di bawa Hendry.

"Ada masalah?" Tanya Hendry.

Suara hembusan nafas yang terdengar perlahan, seperti berat untuk mengatakan hal yang sebenarnya. Tapi ia cukup lelah dengan semuanya.

"Sepertinya ia sudah bertemu dengan pujaannya" terdengar lirih suaranya, seperti tak sanggup untuk mengatakannya.

"Memangnya sudah pasti mereka bersama?" Renjun hanya menganggukkan kepalanya.

Walaupun sebenarnya ia tak begitu yakin dengan yang baru saja ia lihat.

Tapi ia tak sanggup untuk melanjutkannya, ia terlalu takut melangkah kedepan.

"Untuk sekarang tenagin dulu, nanti kalau sudah lega coba kau tanya dia. Lagiankan mereka belum jelas akan menikah.

Jadi masih ada waktu" Hendry memberikan nasihat, di tepuknya pundak Renjun sebagai tanda semangat yang ia berikan.

Mereka melanjutkan makan sambil bercerita kegiatan selama beberapa bulan ini. Dan tour yang akan mereka lakukan di beberapa Minggu kedepan.

🌸🌸🌸

Pagi ini bandara cukup lengang tidak seperti biasanya.

Mungkin dikarenakan tidak ada artis ataupun idol yang akan ataupun berpergian.

Terdengar suara memecah keheningan menyampaikan bahwa pesawat yang ia tumpangi akan segera berangkat.

Bergegas ia membawa barang bawaannya.

"Hati-hati, nanti kalau sudah sampai kabari aku" In-joon membantu Isah membawakan barangnya.

Isah tersenyum menanggapinya, walaupun perasaannya sedang gelisah.

Namun, ia tidak mengatakan kepada In-joon.

Setelah melihat Isah sudah masuk, In-joon bergegas untuk pulang sedari tadi handphonenya terus berbunyi, ia sengaja membiarkannya agar tidak menggangu waktunya.

In-joon berlari menuju ke arah parkiran, raut wajahnya tampak mengeras setelah ia membuka handphonenya.

Iya bergegas menghidupkan mesin mobilnya dan berlalu pergi.

Iya seperti orang kesetanan mengendarai mobilnya, untung saja jalanan cukup lengang.

Stelah tigapuluh menit ia sampai dihalaman rumahnya. Tampak sudah banyak mobil yang terparkir. Iya bergegas masuk kedalam rumah.

In-joon membuka pintu rumahnya.
"Nah ini In-joon sudah pulang, sini nah duduk dulu" terdengar suara ibunya ketika ia sudah sampai di ruang tamu. Iya tak mengenal wajah-wajah yang ada di ruang tamu. Mungkin teman orangtunya.

Ia duduk di kursi samping ibunya, karena hanya kursi itu yang tersisa.

"In-joon kenalkan ini Hanya, anak teman ibu" ibunya mengenalkan pada gadis yang sedari tadi membantu ibunya di dapur karena ia melihatnya membawa snack dari dapur tadi.

Ia tidak tahu maksud ibunya mengenalkan gadis tersebut kepadanya. Ia hanya menjawabnya untuk menghargai orangtuanya dan teman ibunya.

"Kalian ke belakan dulu atau ajak Hana keliling taman, supaya kalian lebih akrab" terdengar suara ayahnya.

In-joon hanya menuruti keinginan orang tuanya walaupun sepanjang jalan ia tak banyak bicara.

🌸🌸🌸

Isha sudah sampai di bandara, ia sudah menghubungi addiknya untuk menjemputnya.

Setelah mengambil barang bawaannya ia bergegas untuk mencari adiknya.

Iya berjalan ke arah ruang tunggu tadi adiknya berkata bahwa ia mengunggu disana.

"Assalamualaikum" sapa Isah setelah melihat adiknya.

"Waalaikumsalam, sini kak biar aku yang bawakan" Adiknya mengambil barang yang di bawanya.

Mereka berjalan menuju ke mobil mereka diparkiran.

Setelah memasukkan barang kedalam bagasi mereka bergegas pulang kerumah.

Disepanjang jalan mereka bercerita dan bercanda.

Isah merasa susana disepanjang jalan sudah banyak yang berubah padahal ia merasa baru sebentar meninggalkan tempat kelahirannya, tapi sudah banyak perubah di beberapa tempat.

Namun, ia sangat senang dengan perubahan yang terjadi.

Itu menandakan bahwa tempat tinggalnya sudah banyak mengalami kemajuan dalam hal transportasi dan lainya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 19, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

My Idol My HusbandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang