Usai

9 1 0
                                    

Ana memegangi bingkai foto yang berisi dirinya dengan Zidan yang tertawa bahagia di pantai, di dalam nya tercetak jelas senyuman lepas yang ditunjuk kan kedua nya, dengan Zidan yang memegangi kepala Ana dengan berlatar sunset orange yang sangat indah.

Ana menghela napas kasar. "Apakah kisah kita akan usai? Gumam Ana memandangi balkon menampak kan cahaya matahari pagi.

Ana menggendong kucing kesayangan nya. "Idan jahat tauk, masa dia mentingin Aca dari pada aku, kan sebel." Gerutu Ana pada Moci yang menampak kan wajah bingung akan tingkah majikan nya.

"Sarapan dulu An..." ucap Naya yang berdiri di pintu kamar Ana.

"Iyaa bund."

Ana segera menuruni tangga sembari di ikuti Moci yang menggeyol geyol kan pantat nya.

"Ayah kapan pulang bund." Ana meneguk susu yang sudah dibuatkan Naya dan beralih mengambil nasi goreng ,menyantap nya dengan hikmat.

"Kata nya sih, minggu depan udah balik." Celutuk Naya yang mengelus kepala moci di pangkuan nya.

Ana mangut-mangut tanda mengerti.
"Besok aku sekolah ya bund."

"Terserah, asal jangan kecapek an aja, inget hati-hati."

Ana meletak kan piring kotor nya.
"Asyiap bosquee." Ana berlari menuju kamar nya saat terdengar bunyi hp nya yang berdering membuat Naya geleng-geleng kepala, masa baru siap makan udah lari-larian aja. Dasar bocah.

Ana menyerngitkan dahi nya saat melihat nomor baru yang tertera.

Ting

Tidak lama ada sebuah pesan yang berisi foto, di dalam nya ada Zidan dan Aca yang berpelukan mesra.

Ana mencengkeram hp nya , mata nya memanas dan meninju kasur melampiaskan amarah nya.

"Arghhh jahat banget sih hiks.. tega banget ya kamu peluk-peluk dia." Ana meninju boneka pemberian Zidan dan melempar nya hingga terbentur kepala meja.

"Awas aja ,aku ga akan tinggal diam." Ucap Ana sembari menghapus ingus nya yang sudah meler.

Ana mengambil kembali ponsel nya dan menghubungi sang kekasih.
Panggilan pertama tidak dijawab padahal tersambung, Ana tidak menyerah dia mencoba lagi dan sudah panggilan ke sepuluh tetap saja hasilnya nihil.

Ana menggeram tertahan dan berlalu mengganti baju dan berlari ke bawah berniat menyusul kedua sejoli itu.

"KAMU MAU KEMANA ANAA, KAMU BELUM SEMBUH." teriak Naya yang melihat putri nya berlari dan mengendarai mobil dengan kencang.

Ana menancapkan pedal gas nya dengan kecepatan penuh, wajah nya memerah menahan amarah dengan mata yang ber air.

Ana memarkirkan mobil nya dengan asal-asal an dan segera menaiki lift menuju ruangan Aca.

Ana mengetuk pintu dengan sangat kencang tapi tidak juga ada tanda-tanda akan di buka.

Ana mencoba memasuk kan pin apartemen Aca dan klik, pintu berhasil di buka. Ana memandangi seluruh ruangan dan mata nya tertuju pada salah satu kamar disana.

Brakk!

Ana membanting kuat pintu tersebut membuat kedua sejoli yang berpelukan mesra itu terkejut dan mengucek mata nya. Zidan melebarkan bola mata nya terkejut melihat Ana yang berdiri di hadapan nya.

"Kamu kok disini, bukan nya di rumah sakit? Tanya Zidan tanpa merasa bersalah.

Ana mengepal kan tangan nya.

Plaak!.

Ana menampar kencang wajah Aca yang tengah tersenyum miring, sangat menyebalkan pikir nya.
Zidan lantas berdiri dan mencengkram pergelangan tangan Ana.

My Cute GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang