Menyesal

7 1 0
                                    

Zidan berdiri tegap dan berkali kali menghela nafas berusaha menghilang kan kegugupan nya, entah kenapa jantung nya berdebar kencang, padahal kan dia hanya bertemu Ana tetapi dia sangat gugup sekali.

Zidan memutuskan mengetuk pintu hingga terdengar suara orang yang membuka pintu, ternyata Naya bunda Ana yang tengah memegang sapu dengan wajah yang di baluri masker.
Tipe-tipe emak jaman now ya gitu wkwk.

Zidan menyalimi Naya dan tersenyum.
"Ana nya ada bund?" Zidan memancar kan binar harap yang sangat kentara, dia sudah tak sabar bertemu sang kekasih memeluk nya dengan erat.

Naya berdehem canggung, mengipasi masker nya. "Ana ga ada di rumah, dia tinggal bareng uncle Stefen di London."

Zidan mematung ,mencerna ucapan Naya hingga tepukan di bahu nya menyadarkan nya. "Bunda bercanda kan?" Tanya Zidan lirih bersandar di pintu samping Naya.

Naya menghela nafas."Bunda serius, Ana udah gamau ketemu sama kamu lagi, karna kamu lebih mentingin sahabat kamu kan, toh buat apa lagi Ana tinggal disini." Ucap Naya menatap dalam manik Zidan yang masih tidak percaya bahwa sang kekasih benar-benar sudah meninggal kan nya.

Zidan memegang tangan Naya dan berlutut."Maafin Zidan bun, Zidan salah, maafin Zidan baru sadar udah terlalu nyakitin Ana." Saut Zidan menampilkan wajah nelangsa nya.

Naya mengusap kepala Zidan, bagaimana pun dia sudah menganggap Zidan sebagai putra nya. "Minta maaf sama Ana, bunda ga marah sama kamu, cuma kecewa aja ngeliat putri bunda nangis gara-gara kamu."

"Ana lama ya bun disana?" Lirih Zidan yang masih terduduk di lantai.

Naya mengedik kan bahu nya pertanda tak tahu."Mungkin."

Naya yang tak tega melihat Zidan yang terlihat frustasi segera membantu Zidan berdiri. "Kamu pulang aja sekarang, istirahat gih, jodoh ga akan kemana." Titah Naya memberi semangat.

Setelah Naya masuk ke dalam rumah, Zidan segera pergi ke rumah nya.

Zidan masuk ke dalam kamar mama nya, Anita menyerngit kan dahi nya bingung, tumben sekali putra nya mencari nya.

Zidan memeluk Anita sangat erat, dengan kebingungan sang mama membalas pelukan Zidan mengusap punggung tegap putra nya itu.
"Kenapa sayang?"

"Ana ninggalin aku ma, Ana beneran pergi dari aku." Lirih Zidan, mata nya meneteskan air pertanda dia sudah tak sanggup lagi menahan sesak di dada nya.

Anita terkejut terlihat dari bola mata nya yang melebar. "Maksud kamu apa Zidan?"

"Ana putusin aku maa,Ana udah pergi jauh ke London hiks." Lagi lagi Anita terkejut melihat Anak nya menangis.

"Kenapa bisa putus, kamu nyakitin Ana?" Tanya Anita penuh selidik melepaskan pelukan Zidan.

Zidan menduduk kan bokong nya di sofa sang mama, lantaran dia sudah lemas. Zidan menceritakan permasalahan nya dengan Ana.

Anita yang mendengar nya berdecak kesal dan mengetuk kepala Zidan.
"Yaiyalah Ana pergi, kamu nya bodoh banget hiih, pengen mama buang ke kandang buaya."

Zidan mengerucut kan bibir nya. "Bukan nya di kasih dukungan kek, anak nya lagi galau ini." Celutuk Zidan mengusap bekas jitakan sang mama.

Anita menggeleng kan kepala nya dan menggerak kan telunjuk nya ke kanan dan ke kiri. "Mama berada di pihak Ana, heran deh kok bisa mama punya anak se bodoh kamu."

"Mamaa jangan gitu dong, aku mau Ana maa." Rengek Zidan seperti anak kecil yang ingin di belikan permen.

Anita berdecak melihat tingkah putra nya itu."Yaudah ,jauhin tuh yang kata nya SAHABAT kamu! Kalau mama jadi Ana juga udah mama bunuh kamu." Desis Anita sinis.

Zidan melemaskan bahu nya. Zidan beranjak pergi dari kamar Anita, bukan nya mendapat dukungan malah kena semprot kan asem.

Zidan melemparkan tubuh nya ke kasur empuk, dia meraih bingkai foto yang tertera diri nya dengan Ana yang tersenyum lepas sembari bergandengan. "Aku kangen kamu cil,ayo pulang aku janji akan prioritasin kamu lagi hiks." Gumam Zidan mengusap air mata nya yang mengalir tanpa diminta.

Anita yang mengintip dari celah kamar Zidan, kembali berdecak sebal. "Dasar bocah labil."

******

1 minggu kemudian

"Ck udah deh Zid, galau terus lo, makanya kalau masih ada orang nya jangan di sia-sia in." Cibir Keynan jengah melihat Zidan yang sudah seperti mayat hidup, jarang bicara,wajah datar, lemas lesu pengen di banting.

Alan yang sedang menggigit pisang goreng nya menjitak kepala Zidan.
Membuat sang empu menatap nya sinis. "Jangan ganggu deh, ga mood gue." Desis Zidan memakan gorengan dengan kasar.

Rasyid yang memainkan game nya meletak kan ponsel dan melirik Zidan.
"Yaudah sih, terima aja nasib lo jadi sadboy."

Bruk!

"Aduuh idung gue anjir, bisa penyok nih, setan lo aah." Umpat Rasyid yang terkena lemparan sendok dari Zidan yang memasang wajah lempeng tanpa merasa bersalah sedikit pun.

Alan tertawa ngakak menabok paha Keynan keras membuat empu nya mengaduh kesakitan.

"Lo kalau ketawa ga usah nabok deh, kek cewek aja." Sinis Keynan menempeleng Alan yang menyengir kuda, minta di tendang ke rawa-rawa.

"Bacot." Saut Zidan jengah.

Merasa pundak nya di tepuk dari belakang, Zidan menengok kan kepala nya. Aca tersenyum dan duduk di samping Zidan.

"Erlaa temenin aku ya nanti ke mall"

"Gue sibuk." Ucap Zidan cuek tanpa melihat ke arah Aca yang memasang wajah sendu. Panggilan Zidan juga sudah berubah karna dia sudah sadar, bahwa di hati nya hanya Ana seorang, cielah bucin.

"Bentar aja kok, ga lama." Bujuk Aca pantang menyerah.

Zidan bangkit menimbulkan decitan kursi yang nyaring. "Gue bilang sibuk, gue ga bisa , semoga lo ngerti." Zidan berlalu dari kantin meninggalkan Aca yang tengah memperhatikan nya.

Alan yang merasa sedikit kasihan mengetuk meja. "Gue aja yang anter gimana? Tawar nya dengan gaya tengil membuat Aca mendengus.

"Ga butuh." Ketus Aca dan berlalu meninggalkan kantin.

Keynan tak dapat menahan tawa nya melihat wajah Alan yang mirip buntut ayam mau berak, meledak kan tawa nya. "Makanya gausah sok baik deh, kalau bukan lo yang dia mau, ya ga akan bisa." Ejek Keynan yang di angguki Rasyid.

"Syalan, padahal kan gue udah baik" lirih Alan menatap punggung Aca hilang di telan pintu kantin.

"Sabar bro, cewek masih banyak kok, janda sebelah kompleks gue seger-seger." Ucap Rasyid menepuk kepala Alan layak nya ayah menepuk kepala Anak nya.

Alan mendengus kesal menyingkirkan tangan bau jigong itu. "Ga sudi gue yang bekasan."

Keynan menggebrak meja hingga menjadi pusat perhatian, lalu dia menyengir lebar pada siswa siswi yang menatap ke arah nya, dia mengangkat jari nya berbentuk peace tanda damai, dan duduk kembali menghadap Alan yang masih kesal.

"Biar pun bekasan, kan yang penting udah berpengalaman." Keynan tersenyum jenaka membuat Alan menimpuk kepala teman nya yang minim akhlak.

Alan berdiri meninggal kan dua teman nya yang masih saja membahas para janda yang berada di kompleks rumah Rasyid. Sangat tidak bermutu.

JANGAN LUPA VOTE AND KOMEN YA GUYS❤😚

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 27, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

My Cute GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang