Tipes

2.3K 140 11
                                    








"Apa njun belum bole pulang pa dotel? Njun bocan nda ada teman di lumah cakit." Keluhnya dengan bibir kecilnya yang mengerucut imut membuat dokter yang menangani bocah bernama yeonjun terkekeh gemas dan berjongkok menghadap pasien kecilnya yang sudah beberapa hari ini tak kunjung pulang.

"Njun saja di suruh makan sama minum obat susah, ya ngga sembuh-sembuh dong." Ucap dokter tampan tadi sambil menoel hidung mungil yeonjun.







"Ayaaah!" Teriak anak kecil yang berlari menghampiri Dr. Minhyuk membuat perhatian yeonjun teralihkan menatap anak kecil dengan balutan seragam biru sekolah dasar yang berwajah mirip dengan Dr. Minhyuk.

"Ada apa hm?" Tanya Dr. Minhyuk tanpa berpindah posisi dari jongkoknya.

Soobin sedikit tersenyum menghampiri ayahnya saat melihat ayahnya sedang bersama dengan pasien anak kecil yang berwajah polos itu, nampak imut menggemaskan membuat soobin ingin mengunyel-unyel pipinya jika saja itu adalah adiknya.

"Soobin belum bayar buku paket, ayah lupa ya belum bayar? Soobin jadi ngga kedapetan buku tadi." Keluhnya dengan wajah cemberut.

"Astaga, ayah tidak ingat binnie. Sebentar ayah telpon wali kelasmu ya, bayarnya menyusul."

"Dokter pergi sebentar ya junie." Ucap dokter tadi dan langsung berlari ke ruangannya untuk mengambil HP dan menelepon wali kelas soobin.

Saat minhyuk pergi, suasana mendadak kikuk. Yeonjun tidak terbiasa dengan orang baru dan merasa grogi, tangan kecilnya memilin ujung baju pasiennya untuk menghilangkan kecanggungan.

Soobin sendiri pun bingung untuk sekedar mengeluarkan sepatah kata pada pasien ayahnya. Jadi soobin hanya memandangi kolam ikan yang berada di dekat koridor rumah sakit.

Perhatiannya teralihkan saat mendengar suara roda yang berjalan dan ternyata itu kursi roda serta selang infus pasien ayahnya yang sudah jatuh dan terlepas dari tangan yeonjun.
Soobin pun berlari untuk menyelamatkan yeonjun yang ketakutan diatas kursi rodanya yang menggelinding tidak tentu arah.

Soobin menangkap tubuh yeonjun yang terpental, tapi sayangnya keduanya berakhir terjatuh di lantai dengan yeonjun yang menimpa tubuh soobin.

Yeonjun sudah pucat pasi ketakukan karena kaget saat terjatuh dan tangannya mengeluarkan banyak darah akibat infusannya yang terlepas. Soobin berubah panik saat anak kecil didekapannya tiba-tiba pingsan.

Langsung saja dirinya membopong yeonjun menuju ruangan ayahnya untuk segera ditangani.




















Yeonjun terbangun dari pingsannya setelah setengah jam berlalu sejak minhyuk memasangkan kembali infusan pada tangan yeonjun.
Yeonjun mendadak mual dan muntah hingga mengotori pakaiannya saat terbangun, tidak sempat pergi ke kamar mandi karena lemas.
Yeonjun menangis dan merengek pada dokter minhyuk yang baru datang untuk membersihkan muntahan yeonjun serta mengganti bajunya agar yeonjun tidak masuk angin.

"Hiks dotel, njun pucing." Rengeknya saat minhyuk mulai melepas baju yeonjun dengan susah payah.

"Pelut njun nda enak hiks sakit." Rengeknya kembali saat minhyuk menyuruhnya untuk berbaring.
Minhyuk mengangguk paham, mengambil obat tipes dan menyuruh yeonjun untuk minum obatnya siang ini.

"Njun nda cembuh-cembuh padahal minum obat telus." Ucapnya dengan raut melasnya yang terlihat lucu. Yeonjun tidak suka minum obat ngomong-ngomong, jika di suruh minum obat sendiri pasti yeonjun akan membuang obatnya pada kloset toilet. Yeonjun tidak suka rasa pahit dari obat.















"Soobin, kamu disini dulu jagain njun ya. Ayah mau langsung bilas baju kamu ini biar ngga macet."

Soobin pun mengangguk dan membiarkan ayahnya membawa bajunya yang terkena darah yeonjun untuk dicuci. Kini soobin hanya memakai kaos dalamnya, menemani yeonjun yang sedari tadi hanya menatap langit-langit putih kamar rawatnya dengan diam.

"Hai jun." Sapa soobin dengan ramah, ia akan mencoba berinteraksi dengan yeonjun.

"Uh?" Yeonjun tersadar dari lamunannya saat soobin dengan tiba-tiba menaiki ranjang yeonjun dan duduk di dekat yeonjun yang berbaring.

"Namaku soobin. Kita belum kenalan tadi."

"Coobin? Coobin yun?" Tanya yeonjun memastikan. Lidahnya masih cadel untuk mengucapkan beberapa huruf yang terasa sulit saat digabung menjadi kalimat.

"Njun bisa panggil binie yun saja jika sulit."

Yeonjun mengangguk. "Binie yun balu pulang cekolah? Apa cekolah enak?"

"Lumayan, di sekolah banyak teman. Tapi yang nakal pasti ada."

"Njun nakal nda ya kalo cekolah?"

"Memang umur njun berapa sekarang?"

"Kata dotel maci empat tahun kulang."

"Waa, sebentar lagi sekolah nih. Kalo aku bentar lagi lulus, udah kelas 6."

Perut yeonjun tiba-tiba berbunyi keras memecahkan keheningan. Soobin yang mendengarnya tertawa keras, berbeda dengan yeonjun yang sudah berkaca-kaca hampir menangis. Perutnya sedang sakit dan soobin malah tertawa, yeonjun jadi sedikit kesal dan malu. Dengan berani dirinya menasehati yang lebih tua.
"Pelut njun bunyi kalena cedang cakit tau hiks." Tangis yeonjun pecah saat perutnya mulai terasa melilit kembali.

soobin tiba-tiba merasa bersalah, tidak berani menyahut kembali karena tahu anak di hadapannya ini gampang menangis. Padahal soobin hanya tertawa tadi.


















Hai, yeonjun kecil kembali wkwkSemoga ngga bosen sama cerita njun ʚ♡⃛ɞ(ू•ᴗ•ू❁)

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hai, yeonjun kecil kembali wkwk
Semoga ngga bosen sama cerita njun
ʚ♡⃛ɞ(ू•ᴗ•ू❁)




















Dr. Soobin is My Americano||Soobjun|| ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang