Chapter 29

35.7K 3.9K 1.1K
                                    

Vote sebelum baca 🌟

Vote sebelum baca 🌟

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Malam kian larut. Suasana semakin sunyi dan mencekam. Namun, Iris masih terus terjaga lantaran tidak bisa tertidur meskipun sudah mengantuk.

Iris tidak bisa tidur akibat memikirkan keberadaan para ksatria di desa. Takut mereka tiba-tiba menyusup masuk ke dalam kamarnya. Takut mereka membawanya kembali secara paksa.

Gadis itu menggigit bibir bawahnya resah. Berusaha mengenyahkan pemikiran buruknya. Akan tetapi, pikiran-pikiran buruk terus menghantuinya.

Pada akhirnya, dia pun memutuskan untuk keluar dari kamar. Mencari angin segar sejenak agar lebih tenang. Walaupun ketenangan itu bersifat sementara.

Kaki jenjangnya perlahan turun dari kasur. Membuka pintu kamarnya hati-hati dan melangkah pelan di sepanjang koridor. Takut menganggu tidur orang lain.

Iris terus melangkah di bawah minimnya pencahayaan. Tanpa merasa takut karena seluruh pikirannya tertuju ke permasalahan rumit yang menganggunya semenjak tadi.

"Apa?! Imbalannya sebesar itu?!"

Sayup-sayup Iris dapat mendengar suara Agatha sehingga gadis itu pun mempercepat langkahnya. Berniat curhat ke Agatha agar perasaannya sedikit lega.

Langkahnya terhenti seketika kala melihat Agatha sedang berkumpul bersama Baul dan orangtuanya.

Ekspresi keempat orang itu terlihat sangat serius sehingga Iris enggan mendekat.

Iris lebih memilih pergi daripada mendekati mereka.

"Zoey itu Iris. Wajahnya sangat mirip dengan lukisan yang ditunjukkan para ksatria."

Mendengar namanya disebut, Iris mengurungkan niatnya untuk pergi. Ia segera bersembunyi, guna mencuri dengar pembicaraan mereka karena penasaran.

"Aku yakin dia Iris, gadis yang dicari para ksatria," kata ayah Agatha lagi.

"Kedatangan para ksatria juga bertepatan setelah datangnya gadis itu ke desa kita. Selain itu, Zoey pernah mengaku langsung kepadaku bahwa memang dia gadis yang dicari para ksatria." Tandas Baul.

"Kita harus bagaimana?" Sahut Agatha lesu.

"Bagaimana apanya? Tentu saja kita harus menyerahkannya kepada para ksatria. Kita tidak boleh menyia-nyiakan kesempatan mendapatkan banyak uang dan properti di ibu kota. Ibu sudah muak tinggal di desa ini." Sahut ibu Agatha bersemangat.

Iris menutup mulutnya terkejut. Syok mendengar ucapan kejam dari wanita paruh baya yang selalu memperlakukannya dengan lembut. Siapa sangka baroness akan berubah semudah itu setelah diimingi-imingi uang.

"Bibi benar. Kita tidak boleh menyia-nyiakan kesempatan. Besok pagi, kita harus menyerahkannya ke para ksatria supaya bisa mengklaim semua hadiah itu. Takutnya para penduduk lain menyadari siapa Zoey dan merebut kesempatan itu dari kita." Tutur Baul licik. Membuat Iris mengepalkan tangan kesal.

'ternyata kau juga sama dengan mereka. Berpaling semudah itu karena uang.' bisik batinnya kecewa.

"Tapi, Bu. Zoey sudah membantuku. Aku tidak bisa mengkhianatinya," ujar Agatha lirih.

"Astaga, anakku sayang. Kau tidak perlu merasa berhutang budi kepadanya karena kita sudah membalasnya dengan memberi makan dan tempat tinggal gratis untuknya."

"Ta--"

"Bukankah selama ini kau ingin hidup di ibu kota? Kau rela melepaskan kesempatan emas ini?" Sela Baul.

"Kau tidak melupakan fakta mendapatkan properti di ibu kota sangat susah 'kan, sayang? Sebanyak apapun uang kita, belum tentu kita bisa membeli sebuah mansion di ibu kota." Imbuh Ayah Agatha.

"Jika tinggal di ibu kota, kau bisa menghadiri pesta yang diadakan para bangsawan. Kau bisa memamerkan gaun-gaun cantik yang sudah kau beli selama ini. Kau bisa mendapatkan suami yang berasal dari keluarga bangsawan berpengaruh." Timpal Ibu Agatha, berusaha menggoyahkan pendirian Agatha.

"Aku memang sangat ingin tinggal di ibu kota, tapi aku tidak ingin meraihnya dengan cara mengorbankan penolongku, Bu."

Hati Iris terenyuh mendengarnya. Setidaknya, masih ada satu orang yang tulus terhadapnya, yaitu Agatha. Bukan Baul. Pria yang menyukainya.

Rupanya perasaan Baul sangat dangkal. Baul mudah berpaling setelah diiming-imingi imbalan menggiurkan.

Iris tersenyum sinis. Selalu saja begitu. Dia memang disukai pria, tapi tidak sampai membuat mereka rela berkorban untuk dirinya.

Contohnya Frederick dan Baul. Frederick menyerah begitu saja tanpa berusaha memperjuangkan perasaan sedangkan Baul berpaling karena uang.

'Para pria memang tidak dapat dipercaya. Mereka mudah menyukai seorang perempuan dan mereka juga mudah berpaling. Perasaan mereka tidak pernah abadi.' komentar Iris dalam hati. Muak melihat tingkah para pria yang ditemuinya. Mudah menyerah dan mudah berpaling.

'Dylan pun pasti begitu! Dia pasti berpaling setelah lelah mencariku.'

22/9/23

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

22/9/23

Btw, kalau kalian menyukai cerita ini. Jangan lupa rekomendasiin ke teman sefrekuensi / grup literasi kalian ya. Siapa tau mereka juga suka :>

And, Kuy spam komen di sini👉

firza532

The Tyrant's WifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang