Chapter 26

36.8K 3.7K 219
                                    

Vote sebelum baca 🌟

‍‍‍Agatha bergerak lincah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

‍‍‍Agatha bergerak lincah. Berjalan ke sana ke mari. Mencari gaun kesukaannya di antara ratusan gaun lainnya.

Sementara itu, Iris terduduk lelah di sebuah sofa lantaran tak sanggup mengikuti langkah bersemangat Agatha.

Iris menyandarkan punggungnya ke sandaran sofa sambil terus memperhatikan Agatha yang terlihat sangat antusias memilih gaun.

Gadis cantik itu diam-diam mendesah iri melihat nasib baik Agatha. Selalu bersenang-senang di setiap harinya. Tanpa memiliki kekhawatiran apapun.

Meskipun terlahir sebagai putri seorang Baron desa, Agatha memiliki semuanya. Kekayaan, status, dan kasih sayang berlimpah.

Agatha bisa mendapatkan apapun yang diinginkannya tanpa perlu bersusah payah. Sementara dirinya, selalu bersusah payah mendapatkan sesuatu yang diinginkannya. Baik itu dulu, maupun sekarang.

"Kenapa tuhan sangat tidak adil?" Gumamnya pelan. Menyayangkan takdirnya.

"Tuhan sangat tidak adil?" Beo seseorang di belakangnya. Mengejutkannya.

Iris refleks menoleh ke belakang. Menatap orang yang mendengar ucapannya. Ternyata Baul lah orangnya. Pria yang bertemu dengannya kemarin dan berbaik hati mengantarnya pulang.

"Kenapa kau merasa Tuhan sangat tidak adil terhadapmu, Zoey?"

Iris terdiam. Mencari jawaban yang paling tepat untuk menjawab pertanyaan Baul.

"Apakah karena keluargamu? Kau teringat perbuatan buruk mereka lagi?"

Gadis cantik itu pura-pura menunduk lesu. "Iya." Bohongnya.

Baul duduk di samping Iris dan menatap Iris prihatin. Merasa kasihan melihat nasib menyedihkan Iris. Hendak dijual keluarga sendiri saat berusia 19 tahun. Pria itu sungguh kasihan melihat gadis sekecil Iris sudah merasakan pahitnya kehidupan.

"Ah, kau ke sini bersama siapa?" Berusaha mengalihkan pembicaraan karena takut mengorek luka lama Iris. Takut membuat Iris kian bersedih.

"Aku bersama Agatha." Iris menunjuk Agatha yang masih fokus memilih gaun.

Baul mengikuti arah yang ditunjuk Iris. "Aku pikir, kau pergi sendirian lagi."

"Mana mungkin aku berani pergi keluar seorang diri setelah mendengar ucapanmu."

Baul mengusap tengkuknya canggung. "Maaf. Aku tidak bermaksud menakutimu, Zoey."

Iris tertawa kecil melihat wajah gugup Baul. Sangat menghiburnya. "Aku bukan bermaksud menyalahkanmu, Baul. Aku justru sangat berterima kasih karena kau sudah memberitahuku. Jika kau tidak memberitahuku, bisa saja aku menjadi sasaran para penjahat itu."

Baul tersenyum lega mendengar ucapan Iris.

"Sejak kapan kau mengenal Zoey, Baul?" Celetuk Agatha. Mendadak muncul di dekat keduanya. Entah sejak kapan gadis itu berhenti memilih gaun.

"Baru kemarin. Aku tidak sengaja bertemu dengannya dan mengantarnya pulang ke mansionmu."

Agatha tersenyum menggoda. "Sejak kapan kau berbaik hati mengantar seorang perempuan? Bukankah selama ini kau selalu bersikap dingin ke para perempuan yang menyukaimu?"

Baul melotot kesal. "Jangan berbicara sembarangan. Kapan aku bersikap dingin? Bukankah selama ini aku selalu bersikap hangat ke semua penduduk desa?"

"Bohong. Dulu saja ada seorang perempuan yang meminta tolong agar diantar pulang rumahnya, tapi kau malah menyuruh orang lain mengantarnya." Bantah Agatha. Lantas, mencolek lengan Baul, menggoda pemuda itu. "Jangan bilang kau menyukai Zoey?"

Baul menelan saliva kasar karena tebakan Agatha sangat tepat sasaran.

Ya, Baul menyukai Iris. Lebih tepatnya menyukai wajah cantik Iris. Kecantikan yang baru pertama kali dilihatnya selama 25 tahun hidup di dunia.

"Jadi, benar? Kau menyukai Zoey." Tawa Agatha. Gadis itu merangkul Iris yang sedari tadi terdiam melihat interaksi mereka.

"Jangan malu mengakuinya. Aku paham jika seandainya kau menyukai Zoey karena dia sangat cantik, imut, sexy, baik hati, suka menolong, rajin, mempesona, dan pemberani. Kalau pun aku terlahir sebagai laki-laki, aku pasti menyukainya dan berusaha mengejarnya."

Baul meraup wajahnya gusar mendengar omong kosong Agatha, temannya sejak kecil. "Berhentilah mengatakan omong kosong sebelum Zoey merasa terganggu." Omelnya.

Diam-diam mencuri pandang ke arah Iris, menilai ekspresi Iris. Lalu, menghela nafas lega kala tak menemukan tanda-tanda Iris merasa terusik oleh ucapan Agatha. Raut wajah Iris tetap datar dan tenang seperti sebelumnya.

Jujur saja, dia sangat takut Iris merasa terganggu oleh ucapan Agatha. Ia takut Iris merasa risih bersamanya. Ia takut dijauhi Iris.

"Kau ini masih saja kekanakan. Tidak bisa menyaring ucapan yang hendak keluar dari mulutmu. Apakah kau tidak pernah memikirkan kemungkinan orang lain merasa terganggu oleh ucapanmu?" Omelnya lagi sehingga bibir Agatha tertekuk sedih.

Agatha menatap Iris memelas. "Maaf, Zoey."

"Tidak apa-apa. Lagipula aku tahu Baul tak memiliki perasaan apapun kepadaku." Kekeh Iris.

Iris menatap keduanya bergantian. "Daripada itu. Aku lebih penasaran terhadap hubungan kalian. Apakah kalian teman dekat?"

"Tidak!"

"Tidak!"

Jawab keduanya kompak. Menghadirkan tawa Iris. "Kalian berdua sangat lucu."

22/9/23

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

22/9/23

firza532

Kuy spam komen, ntar ku kasih double up💃

The Tyrant's WifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang