“Profesor Lei!”
Baru saja Lorelei selesai berbincang mengenai Harry Potter bersama Remus, yang dibicarakan malah muncul dan langsung menghadangnya di lorong dekat lemari penghargaan.
Lorelei tersenyum gugup. Harry yang tahu tentang riwayat hidupnya dari piala penghargaan pasti sudah tidak sabar untuk melakukan tanya-jawab bersama dirinya.
“Harry Potter! Ini pertama kalinya kita bertemu, bukan?!” Lorelei basa-basi.
Harry tertawa canggung. “Sebenarnya aku merasa pernah bertemu dengan Profesor Lei sebelumnya—dari suara.”
Tubuh Lorelei sontak menegang. Kemungkinan saat pertandingan dua Quidditch di tahun yang lalu, batinnya.
“E-euh, begitu ‘kah?!”
Harry mengangguk. “Aku ingin bertanya tentang mantra Expecto Patronum yang kemarin Profesor Lei gunakan. Apakah boleh?”
“Oh! Tentu!” Lorelei bersikap antusias, ia kira bakal ditanya tentang James atau Lily karena pertemuannya dan Harry saat ini berada di depan lemari penuh kenangan masa lampau. “Kau ingin belajar menggunakannya?!”
“Ya!” jawab Harry senang. “A-aku tidak pernah menonton aksi Quidditch-mu, tapi aku sangat terpukau dengan aksimu yang kemarin! Uh-uhm, kupu-kupu itu!”
“Iya ‘kan?! Aku memang tak sebaik James dan yang lain dalam materi kelas—tapi aku bangga dengan mantra itu, serta Quidditch yang selalu menjadi keahlianku! Asal kau tahu, James!—ayahmu itu, adalah rekan terbaikku!”
Lorelei berkacak pinggang dengan bangga. Tetapi detik berikutnya wajah wanita itu berakhir memucat, sementara mata Harry berbinar sebab mendengar kisah ayahnya.
Mau tak mau Lorelei mendesah kalah. Ia tersenyum pasrah. “Bagaimana kalau kita cari tempat duduk?” ajaknya.
Dengan cepat Harry mengiakan, mengikuti langkah Lorelei untuk mencari situasi sepi dan bangku. Namun jalan keduanya dihentikan seseorang dari belakang, sosok yang selalu bersuara lembut penuh kepalsuan.
“Apa kalian ingin mendongeng? Tidak keberatan kalau aku ikut, bukan?”
Estelle tersenyum manis saat Lorelei dan Harry membalikkan badan.
“Aku tidak bisa tidur dan butuh dongeng, nih. Izinkan aku bergabung ke dalam rencana kalian, boleh?”
Harry tidak begitu menyukai Estelle. Baginya, gadis ini lebih menyebalkan ketimbang Draco. Walau dahulu ia pernah diselamatkan dari kejatuhan, tetap saja pembawaan Estelle yang sok ramah dan sok baik membuatnya tak nyaman. Apalagi Estelle sempat mencuri poin dengan berbohong, menggunakan kesialan Harry, Ron, dan Hermione saat diserang Troll.
Sementara itu, Lorelei tercengang. Ia menangkap senyuman manis Estelle berisi kesedihan, dengki, dan perasaan terkhianati menjadi satu.
“Aku juga ingin tahu tentangmu, Profesor Lei.”
KAMU SEDANG MEMBACA
Strawberry Lips ft. Severus Snape
Fanfiction❝𝓽𝓱𝓪𝓽'𝓼 𝓷𝓸𝓽 𝓵𝓸𝓿𝓮, 𝔂𝓸𝓾'𝓻𝓮 𝓳𝓾𝓼𝓽 𝓫𝓮𝓲𝓷𝓰 𝓸𝓫𝓼𝓮𝓼𝓼𝓮𝓭.❞ ✿ family, 21+ © Sanskara Drew 23 Agustus 2023.