27. Team Up

546 71 17
                                    

“Vante itu ramah, mengarah SKSD, sih

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

“Vante itu ramah, mengarah SKSD, sih.”

Penjelasan Estelle tidak begitu masuk di kepala Severus. Apa itu SKSD? batinnya.

“Sok Kenal, Sok Dekat.” Estelle berbicara tanpa diminta, tahu betul kalau Severus terlalu gengsi dalam bertanya. “Waktu aku kecil, dia sering berkunjung untuk menyuapku makan-makanan manis. Tapi Ma tahu dan melarangnya yang secara sembarangan memberiku camilan. Lalu gigiku berlubang, dan Ma kerepotan. Jadi aku tak begitu suka dengan Vante. Idiot.”

Kemudian Severus menerima kemeja lengan pendek yang diserahkan Estelle, menatap kain berwarna merah muda di tangannya dengan raut jijik.

“Selera yang, buruk.”

Ayah dan anak tersebut sedang di toko pakaian seraya mengikuti langkah penuh kegembiraan dari tim Lorelei, dan Vante—yang memaksa ikut acara jalan di pusat perbelanjaan.

“Aku tidak suka pink, makanya kutaruh ke tanganmu.”

“Kalau begitu, taruh kembali ke tempat asalnya, bocah kurang ajar.”

Di depan gantungan baju, Severus memberikan tatapan sinis, sementara Estelle tersenyum manis.

Detik berikutnya langkah mereka terpisah. Severus mengambil mantel di antara pakaian serba hitam, sedangkan Estelle menangkap jaket hijau yang hampir terjatuh dari tumpukan baju.

Keduanya sibuk dalam pikiran masing-masing.

Estelle ingin menghadiahi Draco karena sudah menjadi sepupu yang tidak buruk. Namun mengingat gaya berpakaian Muggle sangat dibenci pemuda berdarah murni tersebut, maka ia mengurungkan niat dan mencari kado lain sebelum mencemooh Severus.

“Membosankan. Orang-orang berpikir kau tidak punya baju lain,” sindirnya.

Severus menjawab santai, “Memang.”

“Apa? Ew.”

Severus memutuskan untuk membeli pakaian baru mumpung sedang di luar. Lagi pula ia sudah menukar Galleon ke Pounds, sama seperti yang dilakukan Lorelei jika kekurangan uang Muggle.

Membicarakan Lorelei, wanita itu sedikit kesulitan saat para murid beda asrama mulai menjejak Mal. Neville dan Ronald ketakutan menaiki eskalator, Draco dan Harry tak bisa berhenti adu mulut, serta Vante yang mengikutinya dengan alasan bala bantuan.

Uang hasil kerja Lorelei sebagai guru di masa lalu hanya mencukupi kehidupan untuk dua orang. Sekarang ia belum mendapat pekerjaan Muggle, jadi gaji sebagai pemain Quidditch profesional dan guru sementara Hogwarts adalah satu-satunya sumber keuangan. Namun itu sangat banyak dan mencukupi. Ditambah lagi, Lorelei mendapat tawaran bermain Quidditch kembali walau berganti tim untuk kali ketiga. Sayangnya ia menolak, berpikir bahwa dirinya mengambil kesempatan pemain muda. Bukan berarti ia merasa tua dan tidak bisa apa-apa, hanya memberi ruang bagi yang lain agar berkembang.

Strawberry Lips ft. Severus SnapeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang