Setiap pagi, Lorelei akan berolahraga mengelilingi Hogwarts untuk melatih tubuhnya. Jadwalnya tidak padat jika disesuaikan dengan kurikulum, tetapi para murid selalu mengerumuninya untuk berbincang tentang Quidditch.
Dan yang paling sering mendatangi Lorelei tentu saja bocah Gryffindor. Mereka mengajak Lorelei mengenang masa sekolah, mempertanyakan sikap atau wajah Profesor McGonagall saat muda, serta banyak hal lainnya hingga pertanyaan tentang Severus Snape tiba.
“Oh! Sejujurnya tidak hanya dengan Severus! Remus juga ada, bahkan kami bersahabat!”
Lorelei tidak ingin membahas Severus, marah terhadap sikap sang pengajar Ramuan mengenai suatu hal.
“Tetapi aku dan Profesor Lupin agak tidak cocok, uhm ... dia lebih waras!—mengerti maksudku?”
Fred dan George menyahut. “Artinya tidak asik?”
Di Aula Besar, para Gryffindor menanti jawaban Lorelei selagi menikmati kudapan Halloween.
“Bukan tidak asik juga ‘sih.” Lorelei bersedekap tangan, mengerutkan hidung, memikirkan bahasa yang lebih mudah dipahami.
Remus itu pendiam dan hanya akan bergerak tatkala mendengar perintah atau permintaan orang lain. Tetapi ia orang yang peka, dan itu menjadikan sosoknya lebih waras daripada makhluk semacam James, Sirius, atau Lorelei.
“Profesor Lupin hanya kurang egois dan kurang nakal!”
Tetapi penjelasan itu sudah terlalu blak-blakan hingga Remus yang ikut mendengarkan dari kejauhan sampai datang dan menyentuh bahu Lorelei.
“Profesor Lei—apa yang sedang kalian diskusikan?”
Lorelei terperanjat, mendongak secara perlahan pada Remus yang tersenyum sebelum kembali menghadap Fred dan George di seberang meja.
“Tuh ‘kan? Aku yakin Profesor Lupin tahu kalau kita sedang bergosip, tetapi dia lebih menggunakan kata ‘diskusi’—ini bukti bahwa Profesor Lupin kurang nakal,” ocehnya.
Mendengar ucapan Lorelei yang tak masuk akal, Remus menggelengkan kepala dan mengembuskan napas pasrah. “Usiamu sudah kepala tiga, Profesor Lei. Berhentilah bersikap kekanak-kanakan,” ucapnya sembari mengetuk kepala Lei dengan jari telunjuk dan tengah.
Sontak Lorelei mendengkus, lalu bersedekap tangan seolah merajuk. “Aku bersikap menyenangkan!”
Tingkah Lorelei yang kekanak-kanakan berbanding terbalik akan ucapannya, membuat Remus berakhir tertawa bersama para murid.
“Maaf, Remus!” Lorelei yang ikut tertawa pun menelungkupkan kepala ke atas meja seraya memegangi perut. “Sudah lama tidak dikelilingi anak muda, jadi aku terbawa suasana!”
Meski mengasyikkan, Remus mendesah tidak setuju.
Biar bagaimanapun mereka seorang pengajar, tidak seharusnya berkumpul bersama murid di luar pelajaran. Dan jika memang diperlukan, jangan hanya pada satu asrama, melainkan bersama seluruh siswa tanpa mengecualikan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Strawberry Lips ft. Severus Snape
Fanfic❝𝓽𝓱𝓪𝓽'𝓼 𝓷𝓸𝓽 𝓵𝓸𝓿𝓮, 𝔂𝓸𝓾'𝓻𝓮 𝓳𝓾𝓼𝓽 𝓫𝓮𝓲𝓷𝓰 𝓸𝓫𝓼𝓮𝓼𝓼𝓮𝓭.❞ ✿ family, 21+ © Sanskara Drew 23 Agustus 2023.