Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Di dalam toko aksesoris, Estelle membeli sebuah topi bisbol warna hijau. Barang kali Draco mau, pikirnya.
“Siapa dia?”
Tiba-tiba Severus bertanya, melepaskan kacamata kuning berbingkai tipis yang dipasangkan seorang wanita. Ia menarik kerah belakang dari blus biru Estelle, mengarahkan kepala gadis itu menuju Lorelei dan sesosok pria tua.
Estelle menyipitkan mata persis seperti yang dilakukan Severus karena jaraknya dan Lorelei sangat jauh berseberangan.
“Kalau itu toko perhiasan—dia laki-laki yang kubilang sangat kaya, namanya Johan. Sungguh pria yang sangat jentelmen. Aku suka Johan.”
Sebagai salam, Johan yang terlihat memiliki sedikit putih di antara rambut hitam mengkilatnya memberikan kecupan di punggung tangan Lorelei. Pria tua itu tersenyum tipis, menunduk secara perlahan tatkala berbicara. Sikap tersebut sangat sopan, menyebabkan Severus ternganga.
Orang itu jelas bukan tipe Lorelei yang urak-urakan, batinnya.
“Untuk suami jangka panjang, aku mungkin memilihnya. Tapi kalau sekarang, aku suka cowok nakal.”
Meski sempat terbesit wajah Harry dalam bayangan, Estelle yang berucap tanpa pikir panjang berhasil menyentak Severus hingga pria itu mengalihkan pandangan bersama lirikan sinis.
“Buah jatuh, tidak jauh dari ... pohonnya.”
Kemungkinan ucapan Severus itu sebuah sindiran sampai-sampai Estelle kesulitan berkata-kata dan mengerjapkan mata. Gadis itu mendongak dengan kening berkerut, lantas mengeluarkan tawa mengejek setelah susah payah memikirkan pembalasan dendam.
“Aku baru tahu kalau kau suka cowok nakal juga.”
Seketika Severus memasang wajah masam. Ia meringis jijik, kesal atas jawaban Estelle yang sengaja memanas-manasinya.
Mau tak mau tangan Severus mengambil sebuah topi lebar dengan hiasan bulu, segera menutupi penglihatan Estelle. “Aku, membicarakan, ibumu,” sinisnya.
“Oh?” Estelle yang sok tidak mengerti pun dengan sengaja menyikut lengan Severus. Ia mendongak, memberikan tawa mengolok. “Haha! Bilang ‘dong dari awal!”
Keduanya tidak pernah tak bertengkar jika sedang berduaan saja.
“Kau yakin tidak ingin membeli kacamata tadi?”
Setelah menyerahkan dua topi bisbol dan satu set jepitan rambut ke atas meja kasir, Estelle bertanya seraya menatap Severus yang bertautan tangan di belakang perut tengah menenteng tas belanjaan berisi pakaian.
“Padahal bagus,” tambahnya.
Severus menaikkan sebelah alis, mendengkus. “Tidak.”
“Barang kali hendak menimbulkan impresi baru, soalnya kau selalu berpenampilan membosankan.”