Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
“Lucy! Ibu ada di danau! Apa kau mau ikut?!”
Lucius melepaskan tinta dari genggaman, menoleh pada adik perempuan yang tidak bisa diam, bertingkah bagai monyet liar. Dan karena selalu berteriak, maka Lorelei dihinanya memiliki suara menyerupai jeritan angsa.
Ia mengerutkan kening, menyilangkan kaki dan bersedekap tangan demi menghadap Lorelei yang kini memutari kamarnya. Sekarang kau mirip lalat, batin Lucius.
“Aku sibuk belajar agar tidak berakhir dungu sepertimu.”
Telah bersekolah di Hogwarts, Lucius asik menuntut ilmu untuk persiapan semester barunya.
“Hei! Itu jahat!” Lorelei berusia tujuh tahun pun berkacak pinggang, lantas berlari dan melompati Lucius seolah sudah menjadi kegiatan harian mereka. “Kau harus ikut!”
Tentu Lucius tidak bisa menghindar. Ia payah berurusan fisik dengan makhluk dari gabungan berbagai macam hewan macam adiknya. Jadi ia berdiri dengan menggendong si bungsu di punggung, berjalan keluar kamarnya menyusuri kediaman Malfoy yang megah.
Lagi pula, untuk apa Lorelei bertanya kalau ujung-ujungnya memaksa Lucius melalui kekerasan?
“Ibu! Lei bawa Lucy!”
Tidak sempat menutup kupingnya, Lucius hanya bisa pasrah ketika Lorelei berteriak di samping telinga.
Ibu yang sedang duduk di kursi bersama teh dan kudapan sore segera menoleh kepada Lucy dan Lei, mengangkat buku sebagai ganti lambaian tangan.
Jalan Lucius dipercepat setelah Lorelei meminta turun dan berlari lebih dulu. Ia memasukkan tangan dalam saku, memperhatikan lari adiknya yang terburu-buru hingga Lorelei terjatuh tanpa mendapat uluran dari siapa pun.
Lucius mendengkus, menatap Lorelei yang bangkit dari rerumputan seolah tak terjadi hal memalukan barusan karena bocah itu memang tidak pernah merasa malu.
“Perhatikan langkah kalian. Jangan berteriak seakan-akan keluarga kita tidak memiliki tata krama.”
Mrs. Malfoy menuangkan teh untuk Lucius dan Lorelei, selanjutnya diam untuk menikmati pemandangan danau pada sore hari di musim panas setelah memberi peringatan terhadap putra dan putrinya.
“Aku selalu memperhatikan langkahku. Hanya Lei yang ceroboh,” bisik Lucius sebagai protesan sebab ia diikutsertakan ke dalam penghinaan.
Lorelei cekikikan, langsung meminta maaf. “Tidak akan aku ulangi! Aku ingin seperti ibu yang selalu hati-hati meski tak asik!”
“Hentikan omong kosong itu,” tegur Mrs. Malfoy. Namun kedua sudut bibirnya tertarik ke atas usai melirik cengiran polos Lorelei.
Lucius ikut tersenyum tipis walaupun kakinya tidak tinggal diam, yang dengan sengaja menendang betis Lorelei dari bawah meja. “Ucapanmu tak pernah bisa ditepati,” sindirnya, dan dibalas juluran lidah sang adik.