23 - [IZIN]

143 13 22
                                    

EHEHEHEHE MAAP YUPP AKU BARU UP 

JANGAN LUPA KOMENTARNYA YANG BANYAKK SENGG

Di malam hari, setelah Cello menemani Sheo dan mendongenginya agar tertidur, Cello menghampiri Sheiyya yang berada di ruang kamarnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Di malam hari, setelah Cello menemani Sheo dan mendongenginya agar tertidur, Cello menghampiri Sheiyya yang berada di ruang kamarnya. Ia mengetuk pintu itu terlebih dahulu sebelum masuk ke dalam ruangan itu. Cello menghampiri Sheiyya di kamarnya, karena ada sesuatu yang ingin Cello bicarakan dengan Sheiyya.

Cello masuk ke dalam kamar itu, ia mendapati Sheiyya yang terdiam dalam posisi miringnya diatas kasur. Wanita itu tersentak ketika Cello memanggil namanya sambil berjalan mendekatinya. Sheiyya terlihat habis menangis karena dia yang mengusap air matanya di wajahnya dengan tangannya.

Sheiyya mengubah posisinya menjadi duduk. "Iya, Cell. Ada apa?" sahutnya bertanya.

Cello berdeham sambil duduk di samping Sheiyya. Cello tidak menoleh, pandangannya menunduk. "Aku mau minta izin kamu untuk bawa Sheo ke acara reuni SMA aku. Mereka memperbolehkan anak-anak dan istri mereka untuk ikut ke acara itu. Sekalian jalan-jalan keluarga. Boleh?" Cello meminta izin kepada Sheiyya untuk membawa anaknya dalam ikut serta acara Reuni dengan teman-teman SMA-nya. Mengingat besok adalah hari Sabtu, hari dimana Cello biasanya memang membawa Sheo pergi entah kemana. Mereka quality time berdua, tanpa Sheiyya.

Sheiyya terdiam sejenak, menyarin perkataan Cello. "Kemana?" tanyanya membuka suara.

Cello menoleh ke arah wanita yang berada disampingnya, "Puncak," jawab Cello seadanya. Cello melihat wanita itu menatapnya dengan sendu. Mungkin akibat habis menangis, pikir Cello.

Sheiyya mengangguk-angguk mengerti. Lalu ia kembali bertanya, "Kamu perginya... sama aku?" pertanyaan itu terdengar begitu pelan karena Sheiyya yang sedikit memutus pertanyaan itu di pertengahan kalimat.

Cello kembali menoleh, sementara Sheiyya menunduk, "Enggak," jawab Cello seadanya. "Saya pergi sama Sheo doang," sambungnya menjawab.

"Tapi mungkin sama Eca, karena nggak mungkin aku urus Sheo sendirian," lanjutnya bicara membuat Sheiyya menoleh ke arahnya.

Istri siapa yang tidak teriris hatinya jika mendengar suaminya mengajak wanita lain dalam ikut serta mengurus anaknya? Walau Sheiyya tau, Sheiyya sadar kalau diantara dirinya dengan Cello terdapat dinding pemisah yang tinggi karena masalah saat itu. Tapi tidak bisakah Cello menjaga perkataannya? Menjaga hatinya? Atau, tidak bisakah Cello mengajak dirinya saja? Hanya membutuhkan akting beberapa saat saja, tidak bisa kah? Haruskah Cello mengajak orang lain yang bukan bagian dari keluarganya? Sedangkan ada Sheiyya disini.

Bukankah itu acara reuni yang melibatkan keluarga? Memangnya Eca bagian dari keluarga ini?

Semua pertanyaan-pertanyaan itu muncul di pikiran Sheiyya setelah mendengar kalimat terangkir yang Cello ucapkan dalam pembicaraannya. Hatinya terasa sakit dan kembali terluka. Bahkan air matanya hampir ingin kembali menetes karena hal yang sama. Memikirkan Cello.

FLY ME TO THE MOON [SHEIYYA-HARCELLO] | TAMATTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang