Hari Pertama Masuk Sekolah

42 30 12
                                    

Pagi sudah menunjukan pukul 06:30 waktu Jakarta Zira dan Geva sudah berjalan di Lorong koridor sekolah barunya. SMP Nasional Jakarta, nama sekolah yang anak menemani kisah Elzira dan Geva. Sepanjang koridor sekolah Zira dan Geva menjadi daya tarik tersendiri untuk teman-temanya. Seperti sekolah pada umunya, hari pertama juga mereka melaksanakan perkenalan dengan teman dan lingkungan sekolah yang akan berlangsung selama tiga hari.

Hari ini semua murid baru SMP Nasional Jakarta berkumpul di lapangan outdoor yang mataharinya sudah cukup panas. Barisan anak laki-laki dan perempuan di pisahkan termasuk Zira dan Geva. Dari jarak yang cukup jauh Geva kurang bisa mengawasi Zira, namun di sisi lain Zira dapat berkenalan dengan teman baru yang duduk di samping-nya. Zira mulai mengajaknya berkenalan dan mengobrol.

“Barang-barang yang saya minta untuk di bawa hari ini, tolong kumpulkan pada panitia di depan.” Ucap salah satu osis dengan menggunakan toa.

“mampus gue, gak bawa satupun.” Ucap Zira.

“Hah, seriusan lo gak bawa satupun.” Ucap Zeiva teman yang sepat Zira ajak berkenalan tadi.

“Iya weh, gimana ini” ucap Zira.

“Ada yang tidak membawa barang yang saya minta, tolong angkat tangan.”ucap panitia itu dan Zira mengangkat tangannya.

“Kamu maju ke depan.” Ucap panitia tersebut menunjuk Zira.

“Sebutkan nama kamu.” Ucap Panitia tersebut memberikan mic kepada Zira.

“Nama gue Elzira, alasan gue gak bawa barang yang kakak panitia perintah gue lupa. But, gue bakal tanggung jawab atas kesalahan gue.” Ucap Zira berjalan kerah panitia yang bertugas mengumpulkan barang. Zira menaruh tiga lembar uang ratusan ribu.

“Udah gue ganti, gue bisa duduk?” tanya Zira.

“Jangan so, mentang-mentang lo punya uang.” Ucap panitia itu dengan emosi namun cepat di hentikan oleh ketua osis.

“Setelah ini temui saya di ruang osis,” ucap ketua osis dan mempersilahkan Zira duduk kembali.

“Wah, gila sih lo.” Ucap Zeiva.

“Thanks, pujiannya.” Ucap Zira.

Acara-pun di bubarkan karena semakin ricuh, semua murid di perbolehkan istirahat. Zira dan Zeiva memilih untuk ke kantin memesan makanan dan duduk di kursi paling pojok yang ada di kantin itu. Saat sedang asik makan Geva ikut menyambar makanan milik Zira.

“Pesan lah sana, main makan aja.” Ucap Zira.

“Bekas lo lebih enak.” Jawab Geva.

“Makan nih bekas gue,” ucap Zira menyumpal mulu Geva dengan siomay.

“GEV” salah satu laki-laki memanggil Geva.

“Gue ke sana dulu, kalau ada apa-apa panggil dan kabarin gue.” Ucap Geva.

Setelah Geva pergi, Zeiva di buatnya melongo oleh kedatangan Geva yang secara tiba-tiba.

“Pacar lo ya, Ra?” tanya Zeiva.

“Bukan lah Zei, dia sahabat gue dari kecil. Dari jamannya zigot mungkin gue udah temenan sama tuh mahluk.” Ucap Zira.

“Tapi ganteng juga ya kalau di liat-liat.” Ucap Zeiva.

“kenapa lo suka, baru tamat sd dek cinta-cinta mulu otak lo.” Ucap Zira.

“Eh jangan salah mantan gue ada tiga waktu gue sd.” Ucap Zeiva.

💫✨ AZZRA ✨💫


Sementara Azka masuk ke dalam kelas dengan wajah yang datar dan duduk di kursi paling belakang dekat dengan jendela yang langsung mengarah pada lapangan futsal di sekolahnya.

#ANGGAP INI PERCAKAPAN DENGAN BAHASA ITALIA & INGGRIS.

“Hallo, saya Arabella” ucapnya sambil mengulurkan tangan kepada Azka.

“Siapa nama mu?” tanya Arabella.

“Asal-mu bukan dari negara ini?” tanya Arabella lagi.

Azka berdiri dari duduknya dan berjalan keluar dari kelas menuju kantin sekolah, tidak sulit bagi Azka untuk menemukan Kantin karena sudah ada petunjuk di setiap lorong.

“Azka apa kamu ingin berteman dengan saya?” tanya nya lagi sambil mengikuti Azka dan menyamakan langkahnya dengan Azka.

“Mengapa kamu tidak menjawab pertanyaan dari ku?” tanya Arabella.

Azka memberhentikan langkahnya di sebuah lorong yang cukup sepi namun, masih ada beberapa orang yang sedikit berlalu lalang tidak memperdulikan apa yang dilakukan Arabella dan Azka.

“lo udah tau nama gue dan gue udah memperkenalkan diri gue di depan kelas tadi, jadi stop ikutin kemana gue pergi.” Ucap Azka lalu pergi dengan tidak memperdulikan Arabella yang mematung oleh ucapannya.

“Bell” panggil Shopia teman dari Arabella.

“Ngapain lo di sini?” tanya Khanisa juga salah satu teman Arabella.

“Gue tertarik sama cowok itu” ucapnya sambil menunjuk Azka dengan dagu.

“Cowok Indonesia itu?” tanya Khanisa.

“Iya gimana pun caranya dia harus jadi milik gue.” Ucap Arabella.

“yaudah lah ayo makan.” Ucap Shopia.

Bel pulang sekolah sudah berbunyi Azka keluar dari kelas menuju gerbang sekolah, disana dia terdapat kursi tunggu yang cukup panjang. Azka memilih duduk menunggu sampai Alan menjemputnya.

“Hi Azka, apa kamu masih mengenal saya?” tanya Arabella.

Azka memakai headphonenya dan memilih mengacuhkan Arabella yang duduk di sampingnya sambil menatapnya terus menerus.

“Apa kamu sedang mendengarkan musik?” tanya Arabella, Azka memilih berpura-pura tidak mendengar perkataannya.

“Apakah headphone gaib?” tanya kembali Arabella.

“Maksudmu?” akhirnya Azka membuka mata dan mentap Arabella dengan datar sambil bertanya apa maksud dari ucapannya.

Arabella mengangkat kabel headphone Azka dan menunjukannya “Apakah bisa mendengarkan musik tanpa memasangkan kabel pada handphonemu?” tanya Arabella lagi.

Saat itu Azka tidak menjawab dan memilih berjalan sambil memasukan kedua tangannya pada saku celana, masih sama Arabella tetap mengikuti langkah Azka, Arabella berjalan di belakang Azka sambil mengikuti jejak kaki Azka yang cukup panjang. Hingga Azka berhenti spontan Arabella menabrak punggung Azka dan mengaduh sakit pada keningnya.

ADUHH!!!”

“Stop ngikutin gue.” Ucap Azka

“Oke deh, sampai jumpa lagi di sekolah besok Azka, bye.” Ucap Arabella sambil melambaikan tangan.

“Cewek gila.” Ucap Azka terus berjalan menjauh.

Saat sedang menikmati angin malam di jalan, Azka mendengar suara klakson mobil yang membuatnya terkejut.

“Masuk.” Ucap Alan, Azka masuk ke dalam mobil dan duduk di samping ayah-nya.

“Ayah udah bilang tunggu di sekolah, kenapa jalan sejauh ini?’’ tanya Alan.

“Ada orang gila tadi ngejar.” Jawab Azka.

“Gimana sekolah kamu?” tanya Alan.

“Biasa aja.” Jawab Azka.

“Udah punya teman?” tanya nya lagi, Azka hanya menjawab dengan menggelengkan kepalanya lalu kembali fokus pada layar hp-nya.

Malam harinya Azka duduk di kursi belajar sambil mengirimkan beberapa pesan kepada Zira dan Geva. Selesai mengerjakan tugas Azka sempat melakukan video call dengan Zira namun karena di Indonesia sudah larut malam, Azka menyuruh Zira untuk tidur. Sedangkan dengan Geva, Azka melanjutkan bermain game online hingga pukul 00:04 malam waktu Italia.

𝒜 𝒵 𝒵  𝑅 𝒜Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang