UNGKAPAN DARI GEVA

6 1 0
                                    

Mereka mulai memasuki ujian kenaikan kelas, sejak dua minggu setelah kejadian di markas Aresto, Zira mengurangi aktivitas pada geng motornya. Namun, tidak di pungkiri mereka masih sering berkumpul beberapa waktu.

Azka duduk bersama anggota keluarganya di meja makan untuk sarapan bersama. suasana yang lebih hangat karena kehadiran Ashara. Kayara menyiapkan dua potong roti untuk Alan dan Azka kedua laki-laki iu sangat menyukai roti dengan selai coklat dan kacang.

"Kacang aja, bun." ucap Azka saat Kayara ingin mengoleskan selai cokelat pada roti Azka.

"Hari ini ulangankan, bang. gimana persiapan kamu?" tanya Alan

"Sudah abang baca pelajaran juga mencoba beberapa soal." jawab Azka

"Bagus tingkatkan lagi nilai kamu, jangan sampai menurun." ucap Alan

"Iya, Yah."

"mam mam mam." ucap Ashara yang duduk di kursi bayi dengan mulut penuh dengan bubur. Ashara kini sudah menginjak usia 10 bulan dan 2 bulan lagi memasuki bulan lahirnya.

"Abang berangkat dulu, Bun. mau jemput Zira." pamit Azka menyalami tangan Kayara dan Alan tidak lupa dengan mencium adik perempuannya.

"Iya hati-hati di jalan, fokus sama ulangannya." ucap Kayara

Azka memang masih mendapat kasih sayang juga perhatian dari kedua orang tuanya, meskipun sekarang Ia sudah memiliki Ashara adik perempuannya. memiliki adik adalah sebuah ketakutan pada Azka dulu karena melihat anak yang tergantikan perannya oleh adik. Azka sudah dewasa dan tidak butuh lagi ciuman sebelum tidur, namun Azka memiliki tekanan untuk menjadi yang pertama di sekolah baik akademik maupun nonakademik. sejak dulu Azka selalu mengikuti lomba yang sekolah maupun Ayahnya ajukan. waktu Azka hanya di gunakan untuk belajar dan terus belajar seiring dengan dirinya yang mulai tumbuh dewasa.

"Udah lama nunggu nya?" tanay Azka

"Gak, baru aja keluar." Jawab Zira

Zira yang bersama Azka adalah perempuan lembut yang tidak bisa melakukan apapun sendiri, sehingga Azka yang mengerti pun dengan senang hati selalu melakukan apa yang Zira pinta. contohnya memkaikan helm saat ini, Azka tau Zira bisa namun perempuan yang sedang tersenyum padanya itu hanya ingin di perlakukan manis.

Azka membawa motornya dengan kecepatan rata-rata, dalam perjalanan Zira selalu banyak cerita dan Azka dia laki-laki dingin yang hanya merespon dengan sedikit. Nmaun, apa yang Zira lontarkan dari mulutnya selalu Azka dengarkan dengan baik.

"Jadi kenapa Azka itu ganteng?" tanya nya

"Karena bunda cantik." jawab Azka

"Iya deh, nanti malem Zira mulai kerja lagi di kafe itu. Zira bersyukur bos dan teman kerja di sana asik. jadi Zira gak merasa sendiri di sana. Semoga Zira bisa naik gaji." ucap nya dengan penuh harapan.

"hm"

"Azka udah belajar, Zira udah tadi malem cuma belajar kimia aja kalau matematik Zira gak belajar. Kimia aja udah buat bingung apa lagi kalau Matematika. Azka tau gak apa yang lebih bingung dari kimia sama matematika?" tanya ZIRA

"Gak"

"Yang lebih membingungkan dari kimia dan matematika itu. perasaan Azka ke Zira." jawab nya

Hening, Azka tidak merepon apapun Zira juga yang memilih diam. Azka terdiam memngingat pernyataan dari Geva ynag menyukai Zira, begitu juga dia. Sedangkan Zira memikirkan bagaimana caranya agar Azka bisa mencintainya seperti Ia mencintai Azka. Mereka sama-sama terdiam sampai tiba di parkiran sekolah.

"ZIRAA" teriak Zeiva yang baru saja turun dari motor Geva

"Loh  ko bisa sama Geva?" tanya Zira

"Iya nih, motor Arsen bocor, tuh orangnya di bonceng Ovan." jawab Zeiva

𝒜 𝒵 𝒵  𝑅 𝒜Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang