Perceraian {2}

12 2 3
                                    

💫✨Sebelumnya💫✨

“Sorry banget abang gue, pulang dari Italia. Jadi gue gak bisa nginep di apartemen lo mala mini. Tapi gue antar lo pulang.” Ucap Zeiva.

“Halah gak usah lah, lo pergi aja gue gambang naik bis atau gojek.” Jawab Zira.

“Udah ayo gue gak suka di tolak.” Ucap Zeiva. Zira pun mau lumayan tumpangan gratis.

💫✨𝒜 𝒵 𝒵  𝑅 𝒜💫✨

Pagi harinya Zira sudah siap dengan seragam sekolahnya. Di perjalanan tadi malam juga dia meminta Zeiva untuk mencarikannya pekerjaan agar dia punya penghasilan sendiri. Niatnya tadi malam pun  sudah di setujui oleh Azka dan Geva meskipun awalnya dua laki-laki itu tidak mengijinkan Zira untuk bekerja. Zira menghubungi Azka karena pagi ini Azka akan menjemputnya untuk berangkat sekolah bersama. Namun, raut wajah yang tadinya  ceria berubah seketika Ketika Azka meminta maaf karena laki-laki itu akan mengantar Adriella sang tante ke kampus. Untung saja Geva senan tiasa memberikan tumpangan untuk Zira.

“Bang, langsung ke sekolah ya. Udah siang ini.” ucap Adriella turun dari mobil berdiri tepat di pintu gerbang kampus.

“Iya tante, Abang pamit ya. Assalamualaikum.” Ucap Azka .

“Iya hati-hati bawa mobilnya.” Ucap Adriella.

Geva memencat bel kamar Zira, gadis itu keluar dengan menggunakan seragam sekolah di balut dengan jaket.

“Berantakan banget lo mau sekolah apa mangkal di pasar?” ledek Geva.

“Ngaca plis, kaya bener aja lo.” Ucap Zira.

“Udah lah ayo berangkat, lagian ini gak seberantakan hidup gue.” Ucap Zira menarik Geva menuju lift.

“Lesu banget muka lo sih, Ra. Abis di ghosting Azka.” Ucap Geva sambil membawa motornya menuju sekolah.

“Iya tuh cowok bisa-bisa permainin gue. Gak tau gue leader Aresto.” Ucap Zira

“Lo belum kasih tahu Azka kalau lo udah balik buka geng  Aresto?” tanya Geva.

“Belum, tuh cowok sibuk gak jelas terus gimana gue mau kasih tau. Nanti juga tau sendiri.” Jawab Zira.

Tiba di lingkungan sekolah baru nya yaitu SMA Internasional Jakarta, Geva memarkirkan motornya di tempat yang memang sudah di arahkan oleh panitia osis. Di parkiran mereka juga bertemu dengan Zeiva.

“ZIRA.” Zeiva yang melihat Zira langsung menghampiri.

“Ada cewek gue, kita satu sekolah dan satu kelas lagi cantik.” Geva merangkul Zeiva.

“Ngapain lo rangkul-rangkul, jauh-jauh sana hus hus” Ucap Zeiva melepaskan tangan Geva dari pundaknya.

“jangan gitu sama jodoh sayang.” Ucap Geva. Zira yang sudah tidak aneh dengan pemandangan ini pun hanya memutar bolah matanya.

“ngapain lo rangkul-rangkul dia?” tanya seorang pria dari belakang Geva dan Zeiva.

“Lah lo siapa, sokab banget.” Ucap Geva.

“Gue abangnya Zeiva.” Jawabnya.

“Eh sorry bang, udah biasa gue sama Zeiva.” Jawab Geva.

“Udah biasa tapi gue liat adek gue rishi. Jauh-jauh lo.” Jawabnya.

Teriakan para siswi membuat mereka semua mengalihkan pandangannya kepada mobil yang baru saja masuk ke dalam sekolah. Memarkirkannya di samping mobil milik Zeiva. Seorang laki-laki keluar dari mobil.

“ANJIR ITU MANUSIA. KO ADA MANUSIA YANG GANTENG BANGET KAYA GITU.” Teriak salah satu siswi saat Azka keluar dari mobilnya dengan menggendong tas hitam nya di pundak sebelah kiri.

“Azka.” Ucap Zira dan teman-temannya itu.

Azka melihat sekeliling parkiran mencari keberadaan Zira, sampai satu titik Azka tersenyum melihat keberadaan Zira.

“ANJIR DIA SENYUM KE GUE ITU.” TERIAK SISWI LAINNYA.

“PD banget nih mahluk.” Zira memutar matanya jengah.

“Kapan lo balik?” tanya Azka bersalaman pada Aresenio.

“Semalem, kenalin adik gue Zeiva.” Ucap Aresenio.

“Udah kenal.” Jawab Azka.

Mereka semua berjalan menyusuri koridor sekolah menuju kelasnya, Zeiva dan Geva berada di kelas sepuluh IPS 2 , sedangkan Zira di MIPA 3, Arsenio dan Azka di MIPA 1.
Mereka menjalani sekolah seperti biasa tidak jauh berbeda. Perkenalan, teman baru, belajar, istirahat dan pulang. Saat jam terakhir Zira mendapatkan pesan di ponselnya. Dirinya di terima di salah satu cafe sebagai waitress dan bekerja malam ini juga. Zira segera memberi tahu kabar baik ini kepada sahabatnya.

Sepulang sekolah Zira sempat ikut Geva dan Azka untuk makan di salah satu mall, menghindari orang asing yang tahu apartemen Zira. Menghidari hal yang tidak di inginkan karena Zira seorang perempuan yang tinggal sendirian. Setelah makan mereka mengantar Zira ke apartemen.

Malam ini Zira sudah mulai bekerja di cafe, awalnya zira mengalami kesulitan untuk membawa makanan ataupun minuman dalam jumlah cukup banyak di kedua tangannya. Namun berjalan waktu Zira dengan cepat bisa belajar dan mempraktekannya. Pukul 09:00 malam Zira mendapat jadwal istirahat 30 menit, Zira mengecek ponselnya, terlihat notif dari sang ayah yang mengirim kan uang padanya.

Pukul 23:46 malam cafe tempatnya bekerja tutup, Azka dan Geva sempat menawarkan Zira untuk menjeputnya di tempat kerja. Namun Zira tolak karena selain tempatnya yang tidak jauh dari apartemennya, Zira tidak ingin bos dan teman kerjanya berburuk sangka. Bagaimana tidak mobil maupun motor yang di miliki keluarga Azka maupun Geva semuanya bermerek mahal.

Zira baru saja berganti pakaian dan menyimpan pakaian kerjanya di loker yang sudah di siapkan di cafe itu. Baru saja dia keluar dari cafe dua laki-laki yang sempat dia tolak itu sedang duduk di teras cafe.

“Lo berdua ngapaian?” tanya Zira dengan terkejut.

“Jemput lo, ngapain lagi.” Ucap Geva.

“gue kan udah bilang jangan jemput gue.” Ucap Zira dengan kesal menarik kedua sahabatnya itu ke parkiran.

“Udah terlanjur di sini, masa gak pulang bareng.” Ucap Azka. Zira tak mampu mengucapkan sepatah kata apapun lagi dia tidak habis pikir kenapa semua orang terlalu posesif terhadap dirinya.

“Yuadah lo naik motor gue aja biar cepet sampai apartemen.” Ucap Geva menarik Zira.

“Angin malam gak baik, Zira juga pasti cape. Jadi lebih baik dia naik mobil sama gue, dia bisa sandaran di mobil atau tidur.” Ucap Azka menahan tangan kiri Zira.

“Ac mobil juga gak baik buat Zira.” Jawab Geva.

“udah lepas lah, gue mau pulang cape mau istirahat. Kalau kalian mau ribut berdua aja jangan ajak gue.” Ucap Zira menghempaskan kedua tangan yang menggenggam nya.

Suara ponsel berdering dari saku celana Geva. Geva mengangkat panggilan dari ponselnya dan cukup menjaga jarak dari Zira dan Azka. Setelah menerima panggilan itu Geva segera mengambil motornya.

“Pulang sama Azka gue ada urusan.” Ucap Geva kepada Zira lalu menutup kaca helmnya dan membawa motornya dengan kecepatan tinggi meninggalkan Zira dan Azka.

“Masuk gue anatar lo pulang.” Ucap Azka membukakan pintu mobil.

“Kenapa Geva buru-buru.” Batin Zira.

Geva membawa motornya membelah jalan ibu kota yang cukup ramai oleh kendaraan. Sampai di sebuah pemukiaman sepi Geva mulai memperlambat kecepatan motornya. Tiba di salah satu bangunan besar Geva dengan kasar membuka pintu tersebut.

“Dimana Zeiva?” tanya Geva.

“Di Kamar.” Ucap salah satu dari mereka. Geva segera bergegas menaiki tangga menuju kamar yang di sebut oleh mereka.

Kira-kita Zeiva kenapa ya?? Kenapa Geva khawatir banget sama Zeiva sampai biarin Zira pulang sama Azka. Apa ada hubungan rahasia antara Zeiva dan Geva? 🤔

𝒜 𝒵 𝒵  𝑅 𝒜Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang