Zira sudah medapatkan laporan tentang semuanya dan benar sehari setelah itu Zira mengumpulkan anak-anak untuk membuat markas seperti semula lagi sisanya barang yang baru di pindahkan ke ruang bahawa tanah. Tersisa empat orang di ruang bawah tanah yang bertugas menjaga CCTV untuk memantau pergerakan dari Alan dan teman-temannya.
Beberapa motor mulai memasuki area markas mereka semua berpencar mengelilingi Area markas yang cukup luas sebelum mereka memasuki markas belum ada yang bisa mereka dapatkan dari luar sehingga Alan membuka kunci pintu markas.
"Mereka masuk." ucap tim Zira di ruang bawah tanah juga ada Geva yang ikut serta memantau pergerakan om dan ayahnya.
"Aman jangan membuat suara." ucap Zira.
"Berpencar." ucap Alan.
Alan mengetuk semua dinding hingga sebuah dinding di dorong olehnya. Banyak benda tajam yang Alan periksa satu persatu sudah berkarat dan masih lengkap.
"Gila nih markas gue gak tau ada tempat senjata di dinidng itu." ucap Geva tidak percaya.
semua tempat sudah di cek termasuk kamar dapur dan kamar mandi.
"Parfum?" ucap Cleo di dalam kamar markas.
"Lan, Dep, Rak." panggil Cleo dari lantai dua. Alan yang terpanggil bergegas menghampiri begitu juga dengan Depa dan Raka.
"Kamar ini wangi Parfum." ucap Cleo, mereka mulai mngendus
"Parfum lo ini sih." ucap Raka sambil mnegedus seperti kucing.
"Sial bokap gue ternyata pinter." ucap Geva.
"Lo nya aja yang oon" jawab Zira dari earphone.
"Cari siapa tau nemu barang bukti." ucap Alan.
"Loh ada orang?" seseorang masuk ke dalam Markas Aresto.
"Lan, ada orang" panggil salah satu temannya dari lantai bawah. Alan dan ke tiga temannya yang sedang menggeledah kamar itupun keluar dan turun.
"Kenalin saya Ahmed, anak dari ibu yang dulu jualan dekat dengan tempat ini." ucap nya dengan memperkenalkan diri.
"Gue kirim orang buat mengalihkan perhatian sementara kalian awas dulu dan jangan sampai bersuara." ucap Zira dari earphone.
Salah satu teman Alan dari arah dapur ikut menghampiri hingga suara langkahnya berbedadi salah satu lantai.
"Lan " panggilnya.
"Kenapa?" tanya Alan menghampiri temannya.
"Suara dari lantai ini beda." ucap nya. iya coba melangkah dari lantai ke lantai dan benar suara dari lantai yang sempat Ia ijak tadi memiliki suara yang berbeda tersengar memantul.
"Kalian ini siapa ya?" tanya Ahmed.
"Kita pemilik tempat ini" ucap Alan.
"Ohh sudah lama tempat ini tidak di gunakan ya, dulu saat ibu masih ada saya sering di minta untuk mengganti lampu tempat ini." ucap Ahmed.
"Terima kasih banyak Ahmed." ucap Alan.
"Bgaimana jika kita minum kopi nanti saya bawakan ke sini." ucap Ahmed menawarkan.
"Gimana kita ketauan." ucap Geva.
"biar Ahmed mengalihkan dulu." jawab Althezza.
"BOLEH TUH ENAK KAYANYA." ucap Raka.
Mereka semua mulai keluar dari ruangan untuk memium kopi sementara Geva dan tim mulai membereskan semua yang ada di dalm sana di masukannya ke dalam kardus besar dan di bawanya keluar menggunakan terwongan yang memang sudah Zira siapkan dari lama.
"Bawa semua termasuk komputer." ucap Zira.
"Oke." jawabnya.
"Jangan ada yang tertinggal." ucap Althezza.
"Siap."
semua barang sudah dimasukan ke dalam tas dan kardus tidak ada sisa apapun di sana, kecuali kursi dan meja. Mereka mulai memasuk barang-barang ke dalam mobil dan membawa mobil masuk ke dalam hutan. Setidaknya mereka mencari tempat aman terlebih dulu.
banyak obrolan yang di lontarkan oleh Ahmed pertanyaan megenai gedung ini juga ibunya. Semata-mata itu hanya tipu daya yang di buat oleh Zira. Ahmed mendapat panggilan telpon dari Zira waktunya Ahmed untuk lari.
"Terima kasih banyak ya, saya izin pulang mau ngurus ayam." ucap Ahmed kepada Alan.
"Saya yang berterima kasih sudah mau merawat tempat ini, bahkan jasa ibu yang selalu menyapu halanan ini di lanjut oleh anda membuat saya bernar-benar berterima kasih." ucap Alan.
"Sama-sama, mari semua. permisi" ucap Ahemd mendorong sepedanya.
"cari tau pintu untuk ke ruang bawah tanah itu." ucap Alan
Pencarian terus di lakukan hinggal pukul 5 sore. Alan belum menemukan satu pun buktu dari markas itu.
Alan memberhentikan pencarian terlebih dahulu. semua mengikuti arahan dari Alan dan membubarkan diri. di sisi lain Depa menaruh sesuatu pada bingkai poto Nemo.
"Gue tau lo bisa bantu." ucap Depa pada foto Nemo.
di sisi lain Semuanya berkumpul di mana lokasi yang sudah Zira kirim. Mereka mengumpulkan semua jaket ARESTO pada Zira karena situasi yang cukup bahaya jika mereka berkeliyaran menggunakan jaket itu.
"Gila lo, Ra. panik banget gue. Gue baru tau om Alan punya banyak senjata di balik dinding." ucap Geva dengan nafas yang tidak teratur.
"lebih baik kalian tutup mulut dan lakuin sesuai kegiatan aja, pastikan untuk terlihat biasa aja jika bertemu dengan orang-orang tadi." ucap Zira.
"Yaudah bubar deh." ucap Geva semuanya membubarkan diri.
seseorang yang mendengar percakapan itu tersnyum licik "ARESTO gak akan pernah aman karena dendam itu maish ada." ucapnya.
🪷 Kasih tanggapan mu di kolom komentar tentang Chapter ini
🪷 Vote dan follow
🪷 Enjoy reading
KAMU SEDANG MEMBACA
𝒜 𝒵 𝒵 𝑅 𝒜
Teen FictionCerita kedua dari ALAN B'S kisah tentang anak dari Alan bramastha dan kayara gramantha. Azka Maharvin Bramastha anak sulung dari Alan dan Kayara. Terbilang anak yang pintar, pendiam namun punya hati yang baik. Sekarang Azka sudah menginjak usia ti...