Pernikahan

11 2 0
                                    

Seluruh keluarga Azka sudah siap dan berkumpul di aula pernikah Anantha dan Adriella. Beberapa tamu sudah berdatangan memenuhi ruangan. Jam menunjukan pukul 8 pagi menandakan acara akan segera di mulai, Terdengar MC yang sudah membacakan susunan acara. Adriella bersama Anantha masuk ke dalam aula pernikahan dengan dress putih yang mewah juga segenggan bunga menghampiri pendeta untuk mengucapkan janji pernikahan.

Setelahnya Anantha menyematkan cincin pernikahan pada jari manis Adriella hal begitu juga sebaliknya. Anantha mencium kening Adriella lalu mencium bibirnya membuat para tamu undangan berteriak heboh. Selanjutnya MC acara pemotongan kue pernikahan dan di lanjut dengan pelemparan buket.

"Sudahhh siapp ladies and gentleman. one, two, three." bunga yang di pegang oleh pengantin pun terlempar jauh ke belakang, seseorang mendapatkan bunga. Namun, karena tidak seimbang membuatnya hampir terjatuh jika seseorang tidak segera menangkap tubuhnya. semua penonton mengalihkan pandangan kepada mereka berdua yang tengah berpandangan.

"Daddy." ucap pelan Zira.

"Apaan sih lo." ucap Zella lalu menjauh dari Depa. seseorang tadi adalah Zella ibu dari Zira yang mendapat bunga itu.

Mereka berkumpul di meja sesuai dengan keluarganya. Azka dengan kedua orang tuanya juga adik nya. Geva dengan kedua orang tuanya, dan Zira yang duduk sendiri di meja dengan banyak kursi di sampingnya yang kosong. Zira menatap satu persatu keluaraga sahabatnya yang tengah asik mengobrol maupun tertawa, Ia hanya menatapnya dengan segelas air yang ada di gengamannnya.

"Daddy bisa ikut gabung?" tanya Depa sedikit mengejutkan Zira namun tidak ada respon apapun dari Zira.

"Hai sayang. Apa kabar?" Zella menghampiri Zira lalu memeluknya. Zira pun balik memeluk ibunya dengan tersenyum.

"Zira baik Mommy.." jawab Zira lalu duduk bersama namun rasanya begitu asing bagi zira berdekatan dengan kedua orang tuanya.

perang batin pada dirinya, Zira meyakinkan dirinya untuk membuat kehangatan itu, ini yang Zira mau berkumpul bersama kedua orang tuanya, seperti keluarga Azka dan Geva yang sedang asik mengobrol. Zira benci dengan situasi seperti ini, rasanya tangisnya akan segera pecah memikirkan keluarganya yang sudah tidak lagi seperti dulu.

"Mom, Dad" panggil Zira dengan memegang tangan kedua orang tuanya.

"Liat Azka, liat juga Geva." kedua orang di samping Zira memperhatikan orang yang Zira sebut sedang tertawa bersamanya.

"Kenapa harus Zira?" emosi dan tangisnya mulai keluar dari dalam dirinya.

"Mommy sayang sama kamu, mommy selalu buat kamu." ucap Zella membelai rambut putrinya yang sedang gemetar menahan tangis.

"Daddy sayang sama kamu, jangan merasa sendiri karena kita selalu lakuin yang terbaik buat kamu." ucap Depa mengenggam erat tangan Zira.

"Apa perceraian itu hal terbaik buat hidup Zira?" tanya nya. sudah Zira tidak memikirkan kondisinya lagi, sakit dan berat jika terus Ia tahan tangis ini.

Zira pergi meninggalkan kedua orang tuanya, jika terus berada di sana mungkin Zira bisa merusak acara bahagia Anantha dan Adriella. Azka dan Geva yang melihat kepergian Zira pun menyusulnya.

"Mau kemana bang?" tanya Kayara.

"Sebentar, bun." ucapnya.

"Mau kemana Gev?" tanya Annya.

"Susulin Zira sebentar Bun." jawab Geva.

Tangisnya pecah di kamar mandi, Zira tidak bisa mngendalikan dirinya emosi dan rasa sakit pada hatinya sangat besar hingga tempok kamar mandi menjadi sasaran tangannya.

𝒜 𝒵 𝒵  𝑅 𝒜Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang