Di hari senin pagi ini, motor milik Geva sudah terparkir di depan rumah milik Zira. Dua minggu setelah Zira pergi dari rumah akhirnya Zira mau kembali pulang karena bujukan dan tidak tega untuk meninggalkan ibunya sendiri terlalu lama. Namun pada akhirnya Depa dan Zella saling meminta maaf, karena tidak ingin melukai hati Zira.
"Tumben pagi banget jemput Zira-nya." Ucap Zella membuka-kan pintu untuk Geva.
"Takut telat kan ujian, Tan." Jawab Geva dengan senyum yang lebar.
"Biasanya juga kalau berangkat mepet sama jam masuk." Sindir Zella.
"Zira-nya lagi apa, tan?" tanya Geva.
"Paling juga baru bangun, sarapan dulu aja bareng kita." Ajak Zella.
"Hehe, makasih tante. Ngerepotin." Ucap Geva tersenyum dengan menunjukan gigi nya yang rapi.
"Biasanya juga ngerepotin kali, Gev." Timpal Zella.
Hampir setengah jam Geva menunggu Zira untuk Bersiap dan sekarang mereka sedang sarapan bersama. Semuanya hening saat di meja makan baik Zella atau Depa tidak ada yang membuka obrolan seperti mengucapkan selamat pagi atau sekedar menawarkan makanan.
"Perasaan gue doang ini hawanya ko dingin banget et dah." Batin Geva.
Setelah menghabiskan sarapannya, Zira memakai tas dan mengambil jaket hitam yang tergantung di kursi tempat dia duduk. Zira menarik Geva untuk keluar dan pergi berangkat sekolah. Di perjalanan banyak hal yang ingin Geva tanyakan pada Zira. Namun, Geva urungkan dan memilih menunggu Zira yang bercerita padanya. Sampai di sekolah Zira langsung pergi dari area parkiran tanpa menunggu Geva.
"Gak biasanya tuh cewek murung." Ucap Geva lalu mengejar Zira.
"Lemes banget sih, Ra. Wa nya belum di bales Azka, ya?" ucap Geva yang mulai mengjajarkan jalannya dengan Zira.
"Gue lagi males ngomong, Gev. Lo sana deh." Ucap Zira dengan berjalan cepat.
"Yaudah, pulang sekolah temuin gue di rooftop sekolah, ya?" ucap Geva lalu mengacak rambut Zira dan masuk kedalam kelasnya.
Sedangkan Zira melanjutkan jalannya karena ruang ujiannya terpisah cukup jauh dari Geva. Beberapa menit kemudian bel pertama berbunyi semua murid yang berada di koridor sekolah berhamburan untuk masuk ke dalam ruang ujiannya masing-masing. Guru mulai membagikan kertas ulangannya dan semua murid di beri waktu 60 menit untuk mengerjakan soal ujian sebanyak 50 soal.
"Gak ada yang gue paham lagi nih soal." Ucap Geva.
"Sttutt, nyontek gue." Bisik Geva pada teman di sebelahnya.
"Lo percaya sama gue?" tanya temannya.
"Kaga sih, tapi gue lebih kaga paham sama semua soal." Jawab Geva.
"Itu yang di belakang mau saya sobek kertas ulangannya atau diam." Ucap Bu Eka pengawas ruangan Geva.
Sedangkan Zira menjawab soal ujian yang terlihatnya sepertinya mudah, Zira mulai menyilang satu-persatu jawaban di soal itu dan mulai mengerjakan esay. Terlihat Zeiva yang melihat Zira mengerjakan ujian dengan teliti tanpa terganggu sama sekali.
"Ayo waktu tinggal dua puluh menit lagi, kerjakan dengan teliti jangan terburu-buru. Pilih jawaban yang paling tepat jangan asal coret." Ucap Pak Arwan.
Ujian pertama sudah selesai dan kini semua murid mulai frustasi karena merasa tidak puas dengan jawaban yang mereka pilih. Termasuk Zeiva yang sudah berulang kali menanyakan soal-soal dan jawaban-nya ke pada Zira.
"lo tadi nomor dua puluh enam jawaban-nya apa, Ra?" tanya Zeiva saat di kantin.
"B" jawab Zira.
"Ko gue jawab C sih, apa jangan-jangan gue salah ya. Astaga nilai gue gimana dong ini." Ucap Zeiva.
"Belum tentu jawaban gue yang bener kali, Zei." Ucap Zira.
"Tumben banget lo gak pesan makan, Ra. Cuma es jeruk doang?" tanya Zeiva.
"Lagi gak lapar gue, Cuma haus aja. Cuaca nya panas gini." Jawab Zira.
"Nih makan." Geva memberikan satu mangkuk siomay kepada Zira.
"Gue gak lapar, Geva." Ucap Zira.
"Buka mulut. Aaaaaa" ucap Geva sambil menyodorkan satu sendok siomay kepada Zira.
"Ngapain sih lo, malu gila di liatin." Ucap Zira.
"Gue bakal tetap gini sampai lo buka mulut dan makan siomay ini sampai habis." Ucap Geva.
Zira membuka mulutnya dan memakan siomay sampai habis masih dengan Geva yang menyuapinya. Zeiva hanya terdiam sambil memainkan ponselnya tanpa memperdulikan dua orang di depannya ini. Sesekali Geva dengan sengaja menempelkan saus siomay pada pipi Zira.
"Geva lo apa-apaan sih." Ucap Zira sambil memukul pundak Geva.
"Sorry, sini gue bersihin." Geva membersihkan Sisa saus di pipi Zira dengan tisu yang ada di pipi Zira.
"Gue ke toilet dulu ya." Ucap Zeiva.
"Mau gue antar?" tanya Geva
"Mesum lo." Ucap Zeiva lalu pergi.
Tiba dimana ujian kedua di mulai dengan soal yang berbeda namun waktu yang sama. Jam terakhir ini adalah ujian Bahasa inggris. Geva sangat percaya diri untuk mengerjakan ujian ini terlebih guru yang mengawasi adalah guru olahraga yang sangat santai. Geva terbilang anak yang nilainya minus di akademik namun jago di non akademik. Semua bidang olahraga Geva selalu dapat nilai tertinggi. Zira dan Zeiva hanya butuh waktu setengah jam untuk mengerjakan soal Bahasa inggris kali ini. Setelah selesai mengerjakan soal Geva segera mengumpulkannya ke depan dan pergi menuju ruang ujian Zira.
Tiga puluh menit kemudian beberapa murid sudah keluar dari ruangan, ada juga guru yang menunggu di ruangan sambil meminum kopi. Geva berinisiatif untuk mengajak guru itu mengobrol sambil menunggu Zira keluar.
"Pak, gimana pak ngawas-nya lancer?" tanya Geva.
"Kamu ini, sudah keluar apa jangan-jangan ngasal menjawab-nya?" tanya Pak Arwan.
"EZ, Pak. Bahasa inggris mah kecil." Jawab Geva sambil menjentikan jarinya.
"Awas sampai di pelajaran saya kamu remedial." Ucap Pak Arwan.
"Itu sih tergantung, Pak. Kalau saya hoki dapet contekannya ya saya gak remedial. Kalau apes ya, hehe" jawab Geva sambil tertawa jaim.
"Udah dulu, Pak. Pacar saya udah keluar kelas tuh." Ucap Geva lalu menyalami punggung Pak Arwan.
"Anak muda, masih kecil sudah pacaran saja." Ucap Pak Arwan melihat Geva yang menghampiri Zira.
"Ra." Panggil Geva.
"Ikut gue sebentar," Geva membawa Zira ke rooftop sekolah, cuaca siang kali ini tidak terlalu terik namun tidak mendung juga.
Saat di rooftop sekolah mereka duduk di tempat yang teduh, mau bagaimana pun cuaca siang hari tetap panas. Zira dan Geva masih tetap diam selama beberapa menit, sampai akhirnya Geva memegang kedua tangan Zira.
"Apapun masalahnya jangan sungkan buat cerita sama gue, Ra." Ucap Geva, Zira hanya terdiam sambil menatap mata Geva yang tulus.
"Jangan tinggalin Zira, Gev. Zira gak tau harus pulang kemana lagi. Rumah yang sekarang udah gak senyaman dan se-asik dulu." Ucap Zira
"Gue akan selalu ada di dekat lo, Ra. Gue gak akan pernah pergi jauh dari lo." Ucap Geva sambil memeluk Zira.
"Makasih, Gev." Zira hanya tersenyum dan membalas pelukan Zira.
"Eh, btw di dekat danau ada pasar malem, lo mau pergi sama gue ke sana?" tanya Geva, Zira mengangguk antusias.
"Oke nanti malem gue jemput lo, ya. Sekarang pulang dulu istirahat." Ucap Geva.
☁️ KOREKSI BARANG KALI ADA TYPO
☁️ SCROOL LAGI MASIH ADA KELANJUTANNYA ⤵️
![](https://img.wattpad.com/cover/344585850-288-k709866.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
𝒜 𝒵 𝒵 𝑅 𝒜
Teen FictionCerita kedua dari ALAN B'S kisah tentang anak dari Alan bramastha dan kayara gramantha. Azka Maharvin Bramastha anak sulung dari Alan dan Kayara. Terbilang anak yang pintar, pendiam namun punya hati yang baik. Sekarang Azka sudah menginjak usia ti...