23 - FLARE OF DESIRE ⚠️ 18+ ⚠️

43.4K 941 14
                                    

* mature content (18+) , readers discretion is advise*

[ walaupun part 🔞 tetap vote yah ]

*

Adrian membaringkan Elia di atas ranjang bersamaan dengan dirinya yang menindih gadis itu. Diletakkannya kepala Elia dengan pelan nan hati-hati di atas peraduan mereka.

'Shit'
Adrian mengumpat dalam hati kala menyadari kini tangannya gemetar.
Adrenalinnya turut melonjak melebihi ketika ia memacu mobil rally-nya di lintasan balap dengan kecepatan penuh.
Bahkan semangatnya melebihi saat ia memadu kasih dengan mantan-mantan kekasihnya terdahulu.

Kali ini, sensasi itu Adrian rasakan berbeda dengan Elia. Rasa gugup, gelisah, penuh sesal bahkan kebencian untuk dirinya bercampur dengan rasa ingin memiliki yang amat besar.

Adrian berusaha menyembunyikan kegugupannya sebaik mungkin. Konyol sekali. Adrian membatin. Ia seperti amatiran yang baru pertama kali menyentuh seorang gadis.

Adrian mencoba meredam gemetar tangannya dengan menelusupkan jemarinya di antara jemari Elia. Ia lalu mencumbu bibir Elia lagi.

Masih dengan posisi di atas Elia, Adrian terus mengecupi bibir gadis itu. Kadang ia melepas kecupannya demi memindai wajah Elia yang sendu.

Adrian terus memberikan pagutan liar yang merambat pada setiap sisi wajah hingga akhirnya sampai pada leher Elia. Bunyi kecupannya mengusik keheningan di dalam kamar tidurnya. Kulit putih Elia pun basah dan ia hiasi dengan bercak merah.

Makin lama, bibir Adrian meluncur semakin ke bawah. Ia lantas menciumi sembulan belahan payudara Elia yang tengah berirama naik-turun.

Adrian kemudian menurunkan satu tali bahu lingerie yang Elia kenakan. Ia meloloskannya hingga tersangkut di lengan kurus Elia. Dan dengan jemarinya, Adrian menurunkan sisa kain yang menutupi dada Elia.

Elia yang tanpa mengenakan bra seketika memamerkan satu buah dadanya yang bulat nan padat pada Adrian. Adrian memang selalu merasa payudara Elia tergolong besar dan mudah menggoda imannya. Tapi ketika melihat secara langsung tanpa tertutupi sehelai benang pun, ia seketika makin terkesima.

Dalam hati, Adrian berdecak kagum. Melebihi angannya, payudara Elia ternyata begitu indah dengan pucuk berwarna merah jambu yang segar. Adrian tak bisa menyembunyikan rasa takjubnya dan terus memandang sayu buah dada Elia.

Satu tahun lalu tak akan terpikirkan olehnya ia akan melakukan hal erotis ini pada Elia. Jangankan mencumbu bahkan menyentuh Elia saja ia rasa mustahil. Ia pernah sebal pada sikap gadis itu, tak menyukai sifatnya dan kesal karena Elia terus menghantuinya dengan obsesi cinta monyet.

Entah sejak kapan perasaan itu muncul.
Apakah ia terbuai oleh pesona paras cantik Elia atau kemolekan tubuhnya atau harum wangi rambutnya, semua bercampur aduk di kepala Adrian.

Dan kini ia tak lepas memandangi aset Elia yang tersaji untuknya. Keindahan bulatan itu seolah memanggilnya untuk segera ia nikmati di dalam mulut.

*

Tak tahan ingin mencicip, Adrian tergesa menurunkan kepalanya untuk menemui bulatan ranum warna pink itu.

Ia awalnya hanya mencium dengan bibir menutup, tapi kemudian ia membuka mulutnya dan mengulum tonjolan kecil tersebut dengan penuh semangat.

Lidah Adrian menyapu areola Elia dan ia melumatnya dengan mulutnya yang panas, membuat Elia menggelinjang dibawahnya. Elia sampai meronta pelan sembari meremas sprei.

Hold Me With Your Lies [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang