21- ALL'S FAIR IN LOVE AND WAR

42.6K 1.2K 17
                                    

"Elia!"
Adrian meneriaki nama istrinya begitu melangkah masuk ke dalam penthouse.

"Elia!"
Adrian menyeru lagi. Ia lalu celingukan ke kanan-kiri demi menelisik seluruh area depan hingga ruang tengah hunian super mewahnya.

Setelah mencari semakin ke dalam, Adrian akhirnya menemukan sosok Elia yang tengah terduduk di depan island dapur bersih. Tampak kepala Elia terbenam dalam dekapan kedua tangan gadis itu yang berada di atas meja island.

"Elia-"
Adrian memanggil istrinya kesekian kali sembari berjalan menuju dapur.

Elia mendengar seruan tersebut dan spontan mengangkat kepala disertai menegakkan punggung.

Dengan mata dibubuhi lelehan air, Elia menyaksikan Adrian datang. Namun ia tak lantas menyapa Adrian dan hanya diam.

"Kenapa kamu?" Adrian spontan bertanya ketika sampai di depan Elia. Ia melihat mata Elia sembab seperti habis menangis. Ia juga menyadari wajah Elia terlihat lebih pias dari biasanya.

"Kenapa kakak panggil Elia?" Elia justru menyoal tujuan Adrian mencarinya.

"Kita perlu bicara" sahut Adrian. Ia sudah melupakan pertanyaan yang menanyakan kondisi Elia barusan.

"Bicara apa?"

Adrian berancang-ancang menyampaikan maksudnya. Ia lalu berkata dan menyerbu Elia dengan protesannya.

"Aku lihat kamu baru aja diantar pulang sama Raka. I told you to stay away from that jerk, tapi kamu justru makan siang dan mau diantar pulang sama dia? Kamu gak anggap serius omongan aku?" Adrian menegur Elia sembari menunjuk-nunjuk dahinya memberi kesan Elia sembrono.

Elia mengambil nafas dalam dan mulai bangkit dari kursi.
"Kak Raka cuma mau bahas bisnis tadi" Elia berdalih seadanya. Ia tak bisa menjelaskan banyak-banyak karena sedang pusing dan tak bisa berpikir.

"Bisnis atau apapun itu aku sudah bilang aku gak suka kamu dekat sama dia. Kamu harus jauhi dia, kamu paham?"

Elia membisu.

"Kamu paham atau enggak, Elia? Jawab!" tuntut Adrian.

Elia menggigit bibir lalu mengedipkan pelan mata besarnya. Ia pun ganti menumpahkan kegundahannya yang selama ini tersimpan pada Adrian.

"Kenapa kakak mau Elia jauhin kak Raka? Karena dia mantan pacar kak Tiara? Karena dia pernah dicintai kak Tiara, sampai kakak masih memendam rasa benci yang begitu besar sama kak Raka?" Elia memberondong Adrian dengan pertanyaannya.

"Kamu-"

"Kakak sering pergi berdua bersama kak Tiara. Sekarang Elia mau bertemu kak Raka karena urusan pekerjaan kakak gak bolehin Elia, aneh sekali" ujar Elia kecewa.

Adrian seketika tercenung. Ia pun mendengus kasar.
"Pergi berdua? That's a fucking business meeting. Lalu mau kamu apa? kamu mau berkompetisi? Mau balas dendam?" Ia mendesis kesal.

"Ada yang harus kamu pahami, Elia. Aku gak ingin orang-orang disekitarku punya hubungan sama si brengsek itu. Selama kamu masih jadi istri aku, kamu harus nurut sama aku. Jangan sampai aku ulangi perkataan ini sekali lagi"

Elia mengerutkan keningnya saat berusaha mencerna tuntutan Adrian. Kata-kata 'masih menjadi istri' terngiang di benaknya. Namun karena sedang pusing Elia lantas menghalau semua isi pikirannya.

Elia tak mau repot mendebat Adrian berkepanjangan karena tubuhnya yang melemah. "Terserah kakak. Elia mau ke kamar" Ia berujar sembari mengambil langkah melewati Adrian.

"Aku belum selesai-" cegah Adrian dengan menahan tangan Elia agar tak lekas pergi.

Elia berbalik dan kembali menghadap Adrian.
"Elia baru gak enak badan kak, nanti saja bicaranya..." tutur Elia dengan nada lebih pelan dan sabar.

Hold Me With Your Lies [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang