44 - SOLACE (PART I)

35.8K 1K 8
                                    

Pagi telah menjelang. Di dalam ruang rawat inap rumah sakit, Adrian sudah tersadar. Pria itu tampak duduk bersandar di atas hospital bed. Terdapat perban membelit kepalanya akibat luka dari pukulan botol yang dihadiahkan Garry kemarin.

Di dekat Adrian, berdiri Tommy yang baru saja tiba menjenguk.

"Ada gunanya juga kamu keras kepala" Tommy melempar senyuman jahil. "Keras kepala, mm ya, of course secara harfiah maksud Papi, hahaha..." ucapnya diselingi tertawa renyah. Tentu Tommy bisa membercandai demikian sebab Adrian dalam keadaan sehat. Beda cerita kalau sebaliknya.

Adrian memutar mata tanda tak terkesan dengan ledekan Tommy.
"Aku gak mau tau, Pi. Aku harus lihat Garry masuk penjara" Adrian justru membahas menggebu mengenai rencana balas dendam untuk Garry. 

"Hm" Tommy menggemam. "Gampang kamu bicara seperti itu, tapi itu gak akan terjadi" Tommy justru menyiratkan bahwa ambisi Adrian sepertinya tidak akan terwujud.

Perkataan Tommy sontak membuat Adrian berjengit kaget.
"Apa maksud papi?" tanya Adrian.

"Well, no one's going to be sent behind bars. Not Garry, not you"
Diiringi memasukkan tangan ke dalam saku, Tommy menambahkan. "Apa kamu lupa alasan kamu berkelahi sama Garry?" cicit Tommy beralih melempar teka-teki.

Alis tebal Adrian bertaut. 

"Kita sudah tau tentang apa yang terjadi antara kamu sama Garry. Kalau kamu tuntut Garry, Garry juga bisa seret kamu ke penjara. Semua karena perbuatan kamu ke Elia!" Tommy mengeluarkan satu tangan dari saku lalu menuding wajah Adrian.

"Apa...?" Adrian melirih bingung.

"Adrian, kamu pasti sadar betul perbuatan macam apa yang sudah kamu lakukan ke istri kamu. Apa yang sudah kamu lakukan ke Elia sangat cukup membuat kamu dalam masalah. Garry tau itu dan dia bisa beralasan bela Elia" Tommy berkicau mengingatkan dimana letak salah anaknya.

"Aku sama Elia itu suami istri, Pi. Kami saling mencintai" Adrian menyahut tak terima.

"Tetap saja, pokoknya kita selesaikan masalah ini secara internal keluarga" Tommy menyuarakan keputusan final yang membuat Adrian kian tercengang. 

"Gak bisa!" Adrian kembali menginterupsi.
"Papi gak lihat Garry coba bikin aku celaka? Dia coba bunuh aku! Terus dia bisa bebas berkeliaran tanpa terima konsekuensi apapun. Kalau papi memang gak bisa urus, biar aku sendiri yang turun tangan" Adrian meraung kesal. Ia menolak menerima kenyataan bila sosok yang mencelakainya berpotensi lolos dari tanggung jawab.

Tommy pun lantas menjelaskan perhitungannya agar Adrian tak semakin naik darah.

"Papi cuma ingin pastikan reputasi keluarga kita aman. Kalau berita ini sampai keluar bisa mencoreng nama baik kamu. Akan banyak orang yang meng-goreng berita ini sana sini. Semua akan berpengaruh ke citra Axton. Justru Papi peduli sama kamu dan keberlangsungan perusahaan kita. Kalau penerus utamanya kena skandal, bisa gawat kan?"

" Geez. Aku udah bilang aku sama Elia itu saling mencintai... aku yakin aku enggak-"

"Sudah! Apapun itu, kamu serahkan semua sama Papi"
Tommy bersikeras tak mau melibatkan Adrian dalam rencana memberi pelajaran pada Garry. Salah langkah sedikit keadaan bisa semakin memburuk.

"Semua juga salah kamu! Kamu yang mulai semua ini"

"Pi!"

"Papi pastikan kamu enggak akan bertemu Garry lagi. Yah, enggak dalam waktu dekat. Sampai kalian bisa saling introspeksi"

"Aku gak butuh introspeksi. Aku gak butuh ketemu Garry"

"Terserah. Yang jelas papi sendiri yang akan kasih sanksi ke Garry"

Hold Me With Your Lies [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang