33 - WHY AND WHEREFORE

43.2K 1.3K 7
                                    


Saat telah menyadari kehadirannya yang sedang berdiri di bawah pohon cypress, Adrian melihat Elia seketika berdiri mematung. Mata gadis itu tampak melotot horor seolah sedang menyaksikan suatu peristiwa yang mengguncang jiwa.

"Elia..." Adrian menatap Elia sedih. Tak pernah selama hidup ia menyaksikan Elia begitu terpukul.

Adrian kemudian memutuskan mengayun langkah maju utuk menghampiri Elia. Saat ia memotong jarak kian dekat, ia dapat menyaksikan bola mata Elia perlahan digenangi air tebal. Air itu sempat terhenti di pelupuk mata Elia namun kemudian meluncur turun membasahi pipi sang gadis.

Adrian menghentikan langkahnya setelah berada tepat di hadapan Elia. Ia terus menatap Elia iba sembari mengangkat tangan untuk menyeka airmata Elia yang mulai jatuh berguguran.

Sementara itu, Elia yang tengah syok tak kuasa menghalau tangan Adrian. Bibirnya serasa membeku tak mampu berkata-kata. Bahkan ia juga tengah berpikir apakah sedang bermimpi atau mengalami delusi.

Bola mata Elia lantas bergerak naik menelusuri wajah Adrian. Ia memandang Adrian bingung bercampur dengan rasa curiga.

Dan bagi Adrian, ia tau detik itu juga Elia pasti masih merasa terguncang. Ia belum memberikan penjelasan atas kedatangannya. Elia tentu masih mengira ia menipunya, mengira ia mempunyai hubungan dengan kakaknya. Pasti saat itu hati Elia terasa sakit kala melihatnya. Dan Adrian bisa merasakannya sekarang.

Adrian terus mengusap pipi Elia yang basah.

Setelah beberapa saat merasakan belaian jemari Adrian di pipinya, Elia pun tersadar ia tak sedang berhalusinasi. Sentuhan jemari Adrian senyata angin sepoi-sepoi yang menerpa kulit tubuhnya. Suaminya benar ada disana dan sedang berdiri menghadapnya.

Elia akhirnya terjaga dari lamunannya. Ia buru-buru menepis tangan Adrian. Bersamaan dengan itu ia refleks buang muka untuk menghindari tatapan Adrian.

Adrian mengambil nafas dalam. Ia ingin bersuara, bahkan ingin segera memeluk istri cantiknya yang sangat ia rindukan. Namun belum sempat satu kata meluncur dari bibirnya, Elia dengan cepat justru maju untuk berjalan melewatinya. Dan kemudian gadis itu berlari menuju bangunan vila.

Elia meninggalkan Adrian di tengah jalan dan terus melaju melewati jalan menurun dengan tergesa. Namun Adrian di belakang kemudian mulai menyusulnya.

"Elia!" Adrian berteriak.

"Elia tunggu!" Adrian memekik sembari mengejar Elia. Sesungguhnya ia bisa dengan sangat mudah menyusul Elia tapi nyatanya ia hanya setengah berlari.

Langkah Elia akhirnya mencapai teras vila. Elia lalu meraih daun pintu depan, mendorongnya kemudian masuk ke dalam. Tak jauh darinya Adrian terus menjaga jarak cukup dekat.

"Elia... aku mau bicara. Aku mau jelaskan semuanya" ucap Adrian saat keduanya sudah berada di dalam vila dan sekarang ia membuntuti Elia menaiki tangga menuju lantai dua.

Elia terus melaju mengabaikan Adrian tanpa menoleh ke belakang. Jangankan membalas ucapan Adrian, bahkan menengok saja ia tidak bersedia. Elia menganggap Adrian seolah tak ada disana.

"Elia..."
Adrian memanggil lagi tapi Elia tetap tak menyahut. Dan Elia lalu membuka pintu kamar tidurnya. Ia masuk kemudian menutupnya rapat-rapat.

Elia menahan pintu kuat-kuat dengan tubuh mungilnya.

"Elia... aku mau bicara, tolong ijinkan aku masuk"

Dari dalam kamar Elia mendengar samar-samar Adrian bicara. Ia terus menahan pintu yang sekarang kuncinya menghilang entah kemana.

"Elia, buka pintunya!"

Hold Me With Your Lies [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang