18 - ASKING A TRUTH

48.4K 1.4K 14
                                    

Setelah selesai mengikuti meeting internal yang dihadiri jajaran direksi perusahaan, Elia bergegas menuju bagian timur gedung Aria Corp. Di dalam gedung tersebut adalah tempat berkantor kakaknya - Tiara.

.

Elia telah berhadapan dengan Tiara dan duduk di sofa ruang kerja sang kakak. Namun bukannya menjalin pertemuan yang hangat layaknya saudara, suasana kala itu justru tampak tegang.

"Apa kakak bohong sama Elia?" tanpa basa-basi, Elia langsung melemparkan tuduhan pada Tiara segera setelah keduanya bicara empat mata. Bukan pertama kali kalimat tersebut meluncur dari bibir Elia.

"Bohong tentang apa?" tanya Tiara dengan sebersit rasa malas untuk menanggapi. Ia sudah bisa menebak arah pembicaraan mereka siang itu.

Elia membersutkan bibir. "Tentang hubungan kakak sama kak Adrian" ia menggumam.

Tiara menatap Elia gamang dan lantas mendengus pelan.
"Elia, kamu sudah menikah. Apa masih penting bagi kamu mempertanyakan masa lalu suami kamu?" desisnya tak habis pikir.

"Elia enggak membicarakan masa lalu-" sela Elia.

"Elia membicarakan masa sekarang" yakin gadis itu.

Tiara mau tak mau menanggapi walau dengan setengah hati.
"Aku sudah bilang sama kamu, aku dan Adrian hanya partner bisnis. Adrian adalah salah satu investor terbesar untuk proyek IvaLand-" Tiara menekankan.
"Secara tidak langsung dia adalah bos aku. Aku harus menjalin relasi yang baik dengan dia" imbuhnya.

Seusai mendengar penjelasan Tiara tersebut, seringai getir seketika terulas dari bibir Elia. Kini ia tau bahkan suaminya sangat memedulikan pekerjaan kakaknya. Justru berbanding terbalik dengan pekerjaan yang ia tangani dimana Adrian sangat jarang mau ikut campur.

"Benar hanya sebatas rekan kerja? Tidak ada perasaan lebih?" seakan belum puas, Elia kembali memastikan.

Tiara jelas berubah kesal menghadapi tingkah Elia. Setiap kali bertemu, adiknya selalu saja membahas sosok pria yang sama. Seolah Elia begitu takut ia akan merebut lelaki itu darinya. Tiara sudah jengah diserang terus menerus oleh Elia dengan pertanyaan-pertanyaan tak berujung.

"Untuk apa kamu terus-terusan ungkit hal ini?" akhirnya Tiara menunjukkan keberatannya.

"Kakak tau Adrian itu suami kamu, kamu tidak usah ingatkan hal itu, kakak sudah tau" gemas Tiara. Namun ia malah tak menjawab gamblang pertanyaan Elia.

"Jadi benar kakak pernah mencintai-"

"Elia bisakah kamu berhenti bertanya. Yang lalu, lupakanlah. Buat apa kamu bicarakan terus. Apa lagi yang mau kamu rubah? Kamu sudah menikahi pria yang kamu cintai bukan? Hm?"

"Masa lalu yang belum selesai hanya akan menjadi bayang-bayang masa sekarang" Elia melirih lambat.

"El, kalau kamu meminta aku untuk menjauhi Adrian, aku gak bisa. Aku terikat pekerjaan sama dia. Tapi begitu proyek IvaLand selesai, aku janji sama kamu aku akan jaga jarak dengan dia" Tiara menyatakan komitmennya.

Elia diam termangu dan beberapa detik kemudian gadis itu tampak menitikkan airmata.

Tiara melihat bulir-bulir air jatuh dari mata besar Elia dan makin lama makin deras.
"Kenapa kamu menangis?" heran Tiara. Ia membatin trik apa lagi yang akan Elia pakai siang itu.

Elia yang sebelumnya menunduk menatap pangkuan kini mengangkat wajahnya. Ia lantas menggunakan jemari untuk mengusap pipinya dengan cepat.

"Kenapa kakak enggak pernah mau jujur sama Elia...?" Elia berbisik pelan seraya menatap hampa pada Tiara.

Hold Me With Your Lies [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang