45 - A COLD DEAL (PART II)

49.2K 1.2K 18
                                    


Malam hari tiba. Setelah tadi siang diwarnai ketegangan, Adrian kini justru berhasil membujuk Elia untuk mau bicara empat mata dengannya.

Ia dan Elia tengah berada di teras belakang vila. Syahdu suasana malam berangsur menentramkan hati Adrian. Pikirannya lebih tenang walaupun tak dipungkiri masih sedikit semrawut.

Sementara di depannya, Elia berdiri diterpa hembusan angin yang sejuk. Gadis itu nampak sendu dan tenang seperti air kolam.

"Sayang-" Adrian memanggil.

"Maaf tadi di depan kamu aku udah bersikap kasar" Adrian menyinggung aksi semenanya tadi siang di basement. Ia pun mengawali perbincangan mereka dengan menunjukkan penyesalan.

Elia diam dan tak berkomentar.

"Elia" kini Adrian memanggil nama istrinya. Dengan membulatkan tekad, ia berencana membujuk Elia sampai bersedia memberinya maaf.

"Tolong kasih aku kesempatan. Aku sungguh-sungguh. Ayo kita pulang dan mulai semua dari awal. Aku akan tunjukkan ke kamu kalau aku benar mencintai kamu" Adrian merayu untuk keseribu kali.

"Please, give me a chance" mohon Adrian pada Elia.

Elia yang sedari tadi tak banyak bicara akhirnya mau beringsut juga.
"Satu kesempatan?" suara merdunya terdengar.

Adrian langsung tercenung saat mendapati Elia bereaksi. Ia merasa senang kemudian mengangguk.
"Ya, satu kesempatan" ujarnya bersemangat.

Elia kemudian nampak berpikir. Netranya melamun jauh sebelum ia berganti menatap lurus mata elang Adrian.

"Baiklah. Elia setuju" kata Elia tiba-tiba menyampaikan berita baik yang tak Adrian duga akan terlontar begitu cepat. Adrian awalnya pesimis Elia akan langsung luluh. Namun ternyata prediksinya salah. Tidak ada adegan mohon-memohon sampai bersujud yang sudah direncanakannya.

Adrian melebarkan mata.
"Benar sayang?" tanyanya masih sulit percaya.

Elia mengangguk.

Adrian kehilangan kata-kata selama beberapa saat dan tanpa sadar refleks melengkungkan seringai bahagia.

Namun setelahnya Elia justru kembali bicara.
"Tapi Elia punya syarat" Elia mendadak mengajukan kondisi.

Perasaan hati Adrian yang tengah dilanda gembira langsung teralihkan. Ya, ternyata memang tak semudah yang ia harapkan.

"Syarat? Apa itu?" Adrian bertanya.

"Enam bulan-" Elia berujar.
"Hanya selama itulah Elia memberi kakak kesempatan" pungkasnya.

"Maksud kamu?"

"Kalau di akhir enam bulan nanti Elia berubah pikiran untuk tidak berpisah, kita bisa kembali bersama-" Elia mulai menjabarkan.

"Tapi kalau pendirian Elia tetap sama, kakak harus setuju untuk melepaskan Elia pergi. Kakak harus setuju bercerai dengan Elia, tanpa mempertanyakan apapun lagi" desis Elia mantap.

Adrian seketika memandang Elia tanpa berkedip. Ia merenungi tuntutan Elia baik-baik hingga kemudian memutuskan.

"Baiklah, aku setuju" kata Adrian lantang.

'Jangankan enam bulan. Bahkan sekarang pun aku tau kamu masih mencintai aku' Adrian membatin penuh percaya diri.

"Aku terima resiko itu" Adrian menunjukkan kesediaannya.

*

Belum sempat Adrian merayakan harapan yang baru saja terkabul, Elia justru kembali menyela.

Hold Me With Your Lies [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang