03 - THREAT

56.3K 1.7K 42
                                    

"Kak Adrian?" Bola mata Elia membulat saat mendapati tubuh tegap yang baru saja menubruknya adalah milik seseorang yang ia kenal. 

"Elia-" Adrian melirih sembari menunduk ke bawah memandang sepasang manik mata besar yang kini menatapnya berbinar-binar. 

"Kakak juga baru dinner disini?" Elia bertanya. Intonasinya meninggi dan terdengar antusias. 

"Hgn" Adrian menanggapi hanya dengan satu gumaman kecil. 

"Elia juga baru dinner sama Mama. Kakak sama siapa? Sama Om-Tante?"Elia berucap lagi, berkata walau tak ditanya dan balik melemparkan pertanyaan seolah sangat ingin tau. 

Kali ini Adrian tak langsung menjawab. "Kapan kamu pulang?" ujarnya justru cepat-cepat mengalihkan percakapan kepada hal lain. Kendati sebenarnya ia sudah tau jawaban dari pertanyaannya ini.

"Baru... minggu lalu" Elia mendesis lamban. Perasaannya curiga karena mendapati pertanyaannya tak dijawab dengan benar oleh Adrian. 

Saat acara makan malam waktu itu, tak disangka di ujung lorong toilet, Elia berpapasan dengan Adrian yang juga baru keluar dari lavatory area laki-laki. 

"Ke-"

Elia yang masih ingin bicara pada Adrian spontan menutup kembali bibirnya begitu terdengar sebuah suara tiba-tiba menyela dari jarak dekat.

"Adrian, siapa-?" suara itu awalnya menggema pelan, namun entah kenapa terhenti seketika. 

Elia yang juga mendengar seruan tersebut perlahan berpaling ke belakang.

Kedua bola mata Elia kini beradu dengan sesosok wanita yang baru saja datang. Ia pun mendapati wanita tersebut balik memindainya dengan ekspresi terkejut. 

"Elia..." Tiara melirih memanggil nama sang adik.  Dan didapatinya saat itu Elia spontan menelisik bergantian antara ia dan sang kekasih. 

*

Kini meja yang telah direservasi oleh Vivian bertambah dua orang tamu yang tak lain adalah Tiara dan Adrian. 

Sementara Vivian mengulas senyum senang namun ragu-ragu, Elia masih diam membisu. Vivian memindai bergantian dua putrinya dan satu laki-laki yang berada di tengah. 

"Rencananya malam ini kita dinner sekaligus bahas proyek Diamond Land sama om Ilham, Ma. tapi Om Ilham ada urusan mendadak dan gak bisa join" Tiara beralasan pada sang Mama. Sesekali ia melirik Elia yang tak bisa menyembunyikan raut kesal.

Bagaimanapun juga, Tiara perlu memberikan klarifikasi karena tempo hari saat di bandara, ia terlanjur menolak ajakan makan malam itu. Dan sekarang ia justru tertangkap basah pergi berdua bersama Adrian. Tentu Tiara merasa tak enak hati pada sang Mama terlebih pada Elia. 

"It's okay, sayang. Mama justru senang ketemu kalian disini" Vivian berusaha mengurangi rasa canggung Tiara. Ada Adrian juga ia mustahil tak menunjukkan sikap ramah pada lelaki muda pewaris tahta salah satu perusahaan konglomerat terbesar di tanah air. 

"You clearly didn't know my favorite restaurant, didn't you?" Elia tiba-tiba berceletuk dengan gumaman cepat. Ia menuduh jika sang kakak tidak tahu restoran favoritnya yang telah disebutkan dalam agenda tempo hari. 

Kini semua perhatian otomatis tertuju pada Elia, seolah mencari tahu maksud dibalik ucapan yang baru saja dilontarkan gadis itu. 

"Kalau kakak tau Elia sama Mama dinner-nya disini, pasti kakak pilih tempat lain kan? Masa iya bilangnya gak bisa join tapi malah satu restoran" Elia memperjelas sangkaannya sekaligus melemparkan sindiran untuk Tiara. "Tapi mungkin sih kakak sengaja karena  sepelein Elia" tambahnya lagi.

Hold Me With Your Lies [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang