07. Semua akan baik-baik saja

153 31 2
                                    


.
.
.
.
.
Rion berusaha melindungi perutnya, sang ibu sepertinya benar-benar ingin bayi yang dikandung nya lenyap. Wanita itu terus saja memukul Rion tanpa memikirkan bagaimana keadaan putra tunggal juga calon cucu nya.

"I-ibuk...ber-henti...to-long...jangan anak Rion..." suara Rion terdengar lirih, tubuhnya sudah sangat lemah karena terus menerus menerima kekerasan sejak lima hari lalu. Tapi Rion terus mencoba kuat demi melindungi buah hatinya yang bahkan belum lahir.

"Ibuk...to-long...ja-ngan...hah...hah...hah..." Lia berhenti memukul saat menyadari jika nafas Rion tersendat-sendat, wajah putra tunggalnya itu terlihat semakin pucat.

"S-sa-sa-kit...aarrgghh..." Lia hanya menatap datar saat melihat darah segar mengalir dari sela-sela paha putranya itu.

"I-buk...hah...hah...to-long...ja-ja-ngan....a-anak...Ri-on...hah...hah..." Lia segera memberi kode pada bawahannya untuk memindahkan Rion ke kamar lain, kamar yang sudah dia siapkan dua hari lalu.

Rion sudah kehilangan kesadaran saat masuk ke ruangan itu, hingga calon ibu muda itu tidak menyadari jika ruangan itu mirip dengan ruangan operasi di rumah sakit. Disana sudah ada satu orang perempuan yang menunggu kedatangan Lia.

Lia meminta salah satu orang itu pergi dan meminta salah satunya tinggal, karena dia butuh bantuan orang itu.

"Tetap tutup mulut kalian setelah ini!" Kedua nya mengangguk.

Lia melakukan operasi sendiri, meskipun dia membenci bayi itu, tapi Rion tetap lah putranya. Dia tidak akan rela jika putranya harus meregang nyawa karena bayi yang di kandung nya.

Seorang bayi perempuan lahir hari itu, bayi yang cantik. Dengan rambut hitam dan kulit seputih susu, wajah bayi itu sangat mirip dengan Orion saat bayi, hanya hidungnya yang sepertinya Igel.

"Ba-bayi nya tidak menangis." Lia hanya menatap datar pada perempuan yang membantunya, perempuan itu merupakan seorang dokter muda yang pendidikannya di biayai oleh Lia.

"Bawa bayi itu pergi, aku tidak peduli kalian mau menguburnya atau membuang nya!"
.
.
.
.
.
Lia benar-benar tidak memperdulikan kemana bayi itu di bawa oleh orang suruhannya, yang Lia perdulikan adalah Orion. Putra tunggal yang dia lahirkan dengan susah payah, penuh perjuangan. Bahkan dia harus menjebak Angga terlebih dahulu agar dia bisa hamil.

Rion baru saja membuka matanya setelah dua hari, ibu muda itu panik saat menyadari bahwa perutnya sudah kembali rata. Air matanya seketika menetes saat menyadari jika putrinya telah diambil paksa darinya.

Rion mencabut infus yang terpasang di tangannya, dia bahkan tidak memperdulikan rasa sakit yang dia rasakan di sekujur tubuhnya, yang dia inginkan adalah bayinya, putri nya kembali padanya.

Brak

"RION!"

Sret

Rion menepis tangan Vania saat gadis itu mencoba membantu Rion untuk berdiri tegak.

"Minggir! Aku mau cari bayi ku!" Vania menggigit bibir bawahnya, dia tau bayi cantik itu ada dimana tapi dia tidak diperbolehkan mengatakan nya pada Orion.

"Kamu gak akan pernah bisa menemukan bayi itu!" Rion menatap tajam pada Vania saat mendengar ucapan gadis itu.

Sret

"Akh!" Vania tidak menyangka jika Rion akan mencekiknya saat ini, meskipun masih lemah namun tetap saja Rion adalah laki-laki.

"Kamu bilang apa?! Cepet kembaliin anak ku!!" Vania menggeleng. Menolak mengatakan hal itu meskipun nyawanya terancam hilang ditangan Orion.

Beta OrionisTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang