26. Tentang Adara

207 24 2
                                    


.
.
.
.
.
Aileen Adara Senja, gadis yang lahir di tengah rasa sakit sang ibu itu kini hanya diam menatap lekat pada dua orang yang merupakan orang tua kandung nya.

Adara tidak pernah menolak kenyataan jika dia adalah anak angkat mama nya, dia juga mengetahui jika kedua orang tua kandung nya adalah laki-laki.

Adara selalu ingin bertemu keduanya sejak dulu, namun sang mama selalu mengatakan jika dia tidak tau dimana keberadaan orang tua kandung nya.

Namun sekarang mereka ada di hadapan Adara, siapa yang menyangka jika dua orang yang dia temui di cafe tempat dia bekerja adalah kedua orang tua yang selama ini ingin dia temui.

"Adara, mereka adalah kakek kamu, orang tua ayah sama papa." Adara mengalihkan pandangannya pada dua orang paruh baya yang duduk tidak jauh dari mereka.

Adara sudah bertemu mereka kemarin, tapi belum sempat menyapa. Mereka juga adalah orang yang bertemu dengannya di pare.

"Kamu cantik Adara, mirip Rion." Angga mendekati Adara dan mengelus kepala cucu nya itu, meskipun Adara secara spontan langsung bergeser ke arah Rion.

"Ah maaf." Angga tersenyum tipis.

"Gak papa, gak usah minta maaf, kakek ngerti kok." Adara menunduk.

"Adara, bisa ceritakan soal kamu? Papa mau dengar." Adara mengernyit dan menatap ke arah Igel.

"Soal saya?" Igel mengangguk, begitu juga Rion.

"Iya, kami mau tau gimana kamu hidup selama ini." Adara terlihat ragu untuk menceritakan semuanya.

"Ada apa Adara? Semua baik-baik saja kan?" Adara tersenyum canggung.

"Baik kakek, hanya saya bingung mau cerita dari mana, gak ada yang menarik untuk di ceritakan." Rion menangkup pipi Adara dan menatap lekat pada putrinya itu.

"Ceritakan saja, gimana masa kecil kamu, masa remaja kamu, sekolah kamu, ayah mau dengar semuanya." Adara menghela nafas panjang setelah mendengar hal itu.

"Gak ada yang menarik dari hidup saya yah, saya gak punya masa kecil seperti kebanyakan anak-anak lain."

"Sejak kecil saya harus bisa jaga anak-anak mama, gak boleh luka sedikit pun, karena kalau luka nanti saya yang di pukul sama om Soni." Ucapan Adara membuat empat pria dewasa disana tidak suka.

"Kenapa kamu yang di pukul?" Adara mengedikan bahunya.

"Mungkin karena saya yang paling tua, jadi saya harus memastikan adik-adik saya aman." Igel menggeleng, begitu juga Rion.

"Lalu mama Vania diam saja?" Adara mengangguk.

"Vania kurang ajar, awas aja dia nanti."
.
.
.
.
.
Adara terpaksa ikut dengan Candra, Jojo, Lintang dan Regi untuk pergi ke pantai, semua itu tentu saja permintaan Lintang yang ingin melihat senja.

Adara bukan orang yang suka melihat senja, dia terlalu malas untuk menatap langit di tengah kehidupannya yang acak-acakan.

"Kak Ara, sini dong." Regi menarik tangan Adara agar mendekat pada mereka. Jujur saya Adara bukan orang yang gampang akrb dengan mereka, meskipun kini dia tau jika dia adalah putri kandung Igel dan Rion.

"Kak Ara pernah ke bali sebelumnya?" Adara mengangguk saat Regi bertanya.

"Sudah pernah kemana aja kak? Ke kuta pernah?" Adara mengangguk pelan.

"Pernah dulu waktu kelulusan smp, selebihnya kalau ke bali aku cuma diem di rumah mama."

"Kak Adara, nanti kakak bakal tinggal di rumah bintang gak sama ayah sama papa?" Adara menggeleng.

"Gak tau, lihat keputusan ayah sama papa aja. Aneh rasanya manggil mereka kayak gitu." Candra jika Adara sebenarnya tidak nyaman jika berbicara tentang hal itu, namun gadis itu tetap menjawab pertanyaan Lintang.

"Kak Ara punya pacar gak?" Adara menatap Jojo heran lalu menggeleng.

"Gak ada, kenapa?" Jojo menunjukan layar ponselnya yang tengah menampilkan room chat nya dengan Septian.

"Ada yang mau kenalan sama kak Ara, sahabatnya Candra, gimana kak?" Adara mengerjap dan menatap pada Jojo dan Candra.

"Sahabatnya Candra?" Jojo mengangguk.

"Dia nanya soal foto kak Ara sama Candra tadi, terus minta di kenalin, dia seusia gue kak, setahun di atas Candra." Adara tertawa kecil mendengar hal itu.

"Kamu udah bilang ke dia kalau saya lebih tua?" Jojo mengangguk.

"Ya silakan kalau mau kenalan, hanya kenalan kan?" Jojo mengedikan bahunya.

"Kayaknya sih dia tertarik sama kak Ara." Kali ini Adara benar-benar tertawa.

"Dia tertarik sama saya? Ya kalau dia bisa tahan sama sifat saya yang kayak gini sih silakan maju. Tapi sejujurnya saya gak pernah tertarik untuk pacaran."
.
.
.
.
.
"Yon, Gel, gimana?" Rion dan Igel yang namanya di sebut oleh Ares hanya menghela nafas panjang.

"Reska baru aja ngabarin kita dan kasih semua bukti soal kehidupan Adara saat tinggal bersama Vania bli, dan semuanya gak ada yang bagus." Ares, Hadar, Leo, Rius, Alden dan Alta menatap bingung pada Igel dan Rion.

"Tadi pagi kita sempat tanya ke Ara gimana masa kecilnya, tapi yang dia bilang cuma dia gak punya masa kecil seperti kebanyakan anak, karena dia harus ngejaga anak-anak nya Vania sama suami nya, kalau sampai lecet dikit pasti Adara yang di hukum." Alden, Alta dan Rius menutup mulut nya sedangkan para dominan terlihat serius.

"Dari bukti yang di kasih sama Reska, ternyata selama ini yang menghidupi keluarga Vania adalah Adara. Seno, suami Vania gak punya penghasilan dan kerjaannya cuma main judi online, sedangkan kebutuhan dapur dan sekolah anak-anak nya Adara yang mencukupi."

"Adara tinggal terpisah dari mereka setelah lulus sekolah dan bekerja, di usia tujuh belas tahun. Sedangkan Adara sudah bekerja sejak usia lima belas tahun, untuk membiayai sekolah nya. Belum lagi Vania yang selalu meminta uang pada Adara untuk kebutuhan rumah."

"Vania selalu mendatangi tempat Adara bekerja dan meminta uang dengan cara berteriak-teriak, sama seperti saat dia datang ke galaxy's cafe. Hal itu sering membuat Adara akhirnya di pecat dari pekerjaannya, Adara hidup susah selama ini." Igel menatap ke arah Ares.

"Bli, boleh kami bawa Adara ke rumah bintang untuk sementara? Sebelum dia nanti akan tinggal dengan papa sama ayah." Ares tersenyum dan mengangguk.

"Bawa dia ke rumah bintang Yon, Gel. Adara bagian dari rumah bintang sekarang, dia punya hak untuk tinggal disana juga, sama seperti anak-anak yang lain. Nanti siapkan kamar bawah, tapi tanyakan dulu pada Adara, dia mau tidak tinggal disana, aku takutnya dia gak nyaman karena tinggal dengan banyak laki-laki." Rion dan Igel mengangguk paham.

"Nanti akan kami tanyakan dulu bli, kami ingin dekat dengan Ara, meskipun dia masih kasih jarak sama kita. Dia memang tidak memberikan penolakan soal kami yang merupakan orang tua nya, tapi dia terlihat asing dengan perhatian yang kami berikan." Ares menepuk pundak Igel dan Rion bergantian.

"Dia tinggal di keluarga yang tidak menganggap nya sebagai anak, dia disana hanya sebagai orang asing yang menumpang dan menghidupi seisi rumah. Dia tidak pernah mendapat perhatian seperti ini Gel, Yon, tentu aja dia asing. Tapi pelan-pelan dia pasti nyaman dengan perhatian kalian."
.
.
.
.
.
Tbc
.
.
.
.
.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 25 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Beta OrionisTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang