18. Pegawai baru

129 29 4
                                    


.
.
.
.
.
Igel menatap Rion yang sedang asik berbincang dengan Alden di balik meja kasir, senyum manis Rion dan tawa nya sudah lama kembali, namun jika boleh jujur Igel merasakan sesuatu yang hilang dari dirinya.

Bukan, bukan karena Igel tidak lagi mencintai Rion, bukan itu alasannya. Cinta nya pada Rion masih tetap sama besarnya seperti saat pertama kali mereka merasakan perasaan asing yang menyusup di tengah persahabatan mereka, puluhan tahun lalu.

Kejadian itu juga sudah berlalu belasan tahun lalu, Rion pun tetap pada keputusannya untuk tidak memilik anak. Masalah antara Ares, Alta dan kedua orang tua Alta juga sudah selesai, mereka sudah saling memaafkan, meskipun Igel sendiri tau jika Rion belum memaafkan ibu dari Alta itu.

Rumah bintang sudah kembali hidup dengan kembali nya Alta, Ares dan kedua putra nya, bahkan saat ini mereka tengah bahagia karena kesembuhan Candra.

Igel seharusnya merasa cukup dengan memiliki Candra juga Lintang sebagai putra angkat mereka, namun Igel tidak bisa berbohong jika dia ingin memiliki anak kandung.

Igel selalu berharap jika pencariannya selama belasan tahun lalu akan membuahkan hasil, namun sepertinya Igel harus memendam semua keinginannya karena semua orang yang berhubungan dengan kejadian itu sudah tidak ada.

Dokter yang membawa bayi perempuan mereka waktu itu sudah meninggal karena kecelakaan, sedangkan hanya dia saksi satu-satu nya kemana bayi itu dibawa.

"Gel, ngelamunin apa?" Igel menoleh saat mendengar suara Ares.

"Gak ada bli." Ares menatap Igel aneh.

"Kayak bisa bohongin aku aja." Igel tertawa kecil saat mendengar ucapan Ares.

"Bukan sesuatu yang penting bli, cuma ngelamunin Rion." Ares sebenarnya tidak percaya dengan jawaban Igel namun mau tidak mau dia harus mengangguk.

"Ngelamunin mesum ya?" Igel hanya tertawa mendengar ucapan Ares.

"Ya kan gak papa bli, Rion kan punya ku." Ares ikut tertawa kecil mendengar ucapan Igel.

"Tetep aja, gak berubah."

"Kalian besok jadi ke surabaya?" Igel mengangguk.

"Jadi bli, bli mau ikut juga?" Ares terlihat berpikir sejenak, kemudian menggeleng.

"Gak deh, besok ada yang booking cafe buat acara keluarga, kalau aku ikut ke surabaya, pasti Alta, Candra sama Lintang ikut, yang disini bisa keteteran meskipun udah ada anak-anak baru." Igel tertawa kecil.

"Mereka lagi gak mau jauh dari bli Ares tuh, gara-gara mimpi nya mas Alta kan?" Ares hanya mengangguk.

"Iya, aku gak tau kenapa serem banget mimpi nya." Ares dan semua penghuni rumah bintang saat itu terkejut saat mendengar mimpi Alta, bahkan Alden, Rius dan Rion sempat tidak ingin jauh dari Candra.

"Aku denger dari Ahmad, ada anak baru di cafe Surabaya. Besok minta Rion ngetes dan ngawasin dikit ya, terus laporin langsung ke aku." Igel sebenarnya cukup bingung kenapa Ares meminta hal itu, karena biasanya Area tidak peduli dengan pegawai baru di cafe cabang. Semua di percayakan pada manager cafe masing-masing, atau Igel dan Rion yang sesekali mengecek.

"Tumben bli?" Ares hanya mengedikan bahu nya.

"Feeling." Igel langsung menatap Ares lekat.

"Udah lama nih bli gak pakai feeling buat pegawai cafe, jangan-jangan ada sesuatu nanti!" Ares menggelengkan kepalanya.

"Udah gak usah mikir aneh-aneh, sana balik kerja!"
.
.
.
.
.
Rion dan Igel berangkat ke surabaya pagi-pagi agar bisa sampai di cafe sebelum cafe buka, karena pesan Ares kemarin Rion jadi ikut penasaran dengan anak baru di cabang surabaya.

Beta OrionisTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang