22. Mirip!

97 23 1
                                    


.
.
.
.
.
Ada banyak hal yang membuat Igel selalu memperhatikan Adara saat gadis itu mendapat giliran menjadi barista, senyum manis gadis itu mengingatkan Igel pada Rion.

Ares dan Rius juga sudah mengatakan soal kemiripan yang mereka lihat di Adara dan mereka berdua, dirinya dan Rion.

Igel menghela nafas, baru seminggu Adara bekerja disini, sudah banyak sekali pemuda yang sengaja datang hanya untuk meminta nomor ponsel gadis itu.

Namun sepanjang yang Igel tau, Adara selalu menolak dengan halus. Padahal usia gadis itu sudah cukup untuk menikah, namun sangat terlihat jika Adara enggan di dekati oleh laki-laki.

"Adara, istirahat dulu, kamu bisa makan." Ares yang baru saja menggantikan Candra menjaga kasir langsung meminta Adara untuk istirahat.

"Tapi belum jam nya saya istirahat om." Ares berdecak, lama kelamaan Adara benar-benar mirip dengan Igel.

"Ya gak ada yang ngelarang kamu buat istirahat lebih awal, sana temani Rion sama Igel makan." Adara akhirnya mengangguk dan bergegas ke area dapur untuk mengambil makanannya.

"Lama-lama aku kayak lagi ngadepin Igel versi cewek, mirip banget kalau di suruh istirahat, ada aja alasan nya." Alta yang memang sejak tadi duduk di depan kasir hanya tertawa mendengar gerutuan suami nya.

"Mungkin gak sih mas, kalau Adara itu anak yang selama ini di cari Igel sama Rion? Anak pertama mereka?" Ares langsung terdiam mendengar ucapan pelan Alta.

"Bisa jadi sih yang, apa perlu ya nanti aku minta Reska atau Candra buat cari tau soal Adara?" Alta mengangguk.

"Boleh mas, siapa tau itu memang bener."
.
.
.
.
.
"Ara, temani om makan di ruang istirahat ya?" Adara hanya mengangguk saat Rion tiba-tiba menyodorkan sepiring nasi padanya.

"Iya om." Adara tidak tau apa yang membuatnya selalu menuruti Rion, rasanya dia tidak bisa melawan atau menolak ucapan pria itu.

"Oh Ara, sini makan." Adara tersenyum simpul saat Rius tersenyum padanya.

Saat ini di ruang istirahat hanya ada Igel, Rion, Rius, Leo dan Adara. Sedangkan anak-anak mereka sudah sibuk di luar untuk mengganggu Candra dan Jojo yang tengah pacaran.

"Ara, gimana kerja disini? Betah?" Adara mengangguk sambil memakan makanannya.

"Betah om."

"Kamu pegawai perempuan pertama di cafe pusat loh, selama ini galaxy's cafe pusat bertahan cuma dengan kami sebagai pegawainya." Ucapan Rius mendapat anggukan dari Igel dan Rion, sedangkan Leo hanya menatap tajam pada Adara.

"Ara, orang tua kamu tau kalau kamu sekarang kerja di pare?" Adara menegang saat Leo tiba-tiba bertanya seperti itu.

Plak

"Apa sih yang?" Rius menatap tajam pada Leo yang mengelus lengannya.

"Gak usah tanya macem-macem!" Igel dan Rion menatap Leo dengan tatapan yang sulit.

"Ya kan aku cuma nanya, siapa tau nanti orang tuanya nuduh kita nyulik anak orang." Rius kadang meruntuki kebiasaan Leo yang suka berbicara ketus dan tajam pada orang lain.

"Ya tapi kamu gak harus nanya kayak gitu Le." Leo berdecak saat Igel mengatakan hal itu.

"Mereka gak tau om, dan saya harap mereka memang gak akan tau. Saya permisi ke dapur ya om." Adara dengan cepat membawa piring bekas makannya ke dapur.

Rion yang melihat ekspresi Adara rasanya ingin memukul kepala Leo dengan panci, kenapa bapak-bapak yang udah mau punya anak dua itu gak peka-peka sih?

"Leo nih ah, kan aku baru mau nanya-nanya soal kehidupan Ara di surabaya. Ngeselin emang!" Rion menendang kaki Leo sedikit kencang dan berlalu meninggalkan ruang istirahat.

"Kalau sampai Rion ngadu ke bli Ares, habis kamu Le."
.
.
.
.
.
Cafe tutup lebih awal, semua karena Ares melihat jika mood Rion sedang tidak baik. Ares sudah mendengar tentang perdebatan Rion dan Leo di ruang istirahat siang tadi, tapi dia tidak bisa menyalahkan Leo namun dia juga tidak bisa membenarkan tindakan Leo.

"Yanda." Ares membuka lengannya saat melihat putra keduanya menghampirinya dengan wajah tertekuk.

Grep

"Kenapa? Cemberut gitu?" Lintang mendengus saat Ares mengelus punggung nya.

"Mas Candra lebih sering jalan-jalan sama bang Jojo, Lintang kesel loh." Ares tertawa kecil mendengar gerutuan Lintang.

"Ya kamu telfon aja Chaka loh, lagian bulan depan kamu juga balik ke bandung. Mas Candra nya tetep disini sama yanda sama ibun." Lintang kembali menyembunyikan wajahnya di pundak Ares.

"Nanti kalau Lintang kangen sama mas Candra gimana Nda? Kan jauh gak bisa peluk seenak Lintang." Ares tau apa yang tengah di rasakan Lintang saat ini.

"Mas Candra mau nya di sini, mas gak mau balik ke bandung kecuali buat wisuda. Kamu tau sendiri kan fans nya bang Jojo banyak yang gak suka sama mas Candra." Lintang mengangguk paham.

"Ya udah deh, kalau gitu Lintang mau main ke rumah kakek sama opa. Mau minta jajanin." Ares hanya bisa menggeleng saat Lintang sudah beranjak pergi.

"Ya semoga papa sama ayah gak ngeluh waktu Lintang disana."

Disisi lain Adara sedang berjalan kaki menyusuri kampung inggris, dia sedang malas memasak jadi dia akan beli saja untuk makan malam nya hari ini.

Adara memutuskan membeli seblak dan juga sepaket nasi dan ayam untuk sarapan besok, karena tadi Ares mengatakan jika besok cafe akan tutup.

"Perlu beli jajan gak sih? Mau maraton drama korea mumpung besok libur." Adara memutuskan membeli beberapa snack di minimarket yang tidak jauh dari tempat tinggalnya.

Bruk

Adara berhenti saat tubuhnya tertabrak oleh seseorang, belanjaan Adara juga jauh, beruntung seblak miliknya tidak tumpah.

"Maaf ya, maafkan saya." Adara hanya mengangguk saat pria paruh baya di depannya itu menatapnya dengan pandangan bersalah.

"Oh iya ndak apa." Adara tersenyum saat melihat pria di hadapannya itu menatap nya lekat.

"Kamu mirip anak saya kalau di lihat-lihat, tapi anak saya laki-laki." Adara hanya tersenyum canggung.

"Aduh, maafin pasangan saya ya? Maaf kalau menunda waktu kamu." Adara hanya mengangguk, bagaimana pun dia selalu canggung dan tidak bisa berinteraksi dengan orang lain.

"Kenapa kamu ngelihatin dia kayak gitu sih?" Pria yang sedari tadi menatap kepergian Adara itu tersentak kaget.

" Kamu sadar gak kalau anak itu mirip Igel sama Rion?" Pria yang ternyata Angga itu kini menatap Damar lekat.

"Hah?"

"Kalau ketemu lagi coba perhatiin deh, mirip sama anak-anak." Damar mengangguk, dirinya tidak terlalu memperhatikan gadis yang di tabrak oleh Angga itu.

"Kakek, opa, ayo pulang. Lintang nginep di rumah ya? Mau maraton film, kalau di rumah nanti di rusuhin sama om Hadar." Angga mengangguk dan langsung merangkul Lintang.

"Iya, ayo nanti opa temani begadang."
.
.
.
.
.
Tbc
.
.
.
.
.
Selamat pagi...
Beta Orionis up lagi nih
Ada yang nungguin gak sih?

Selamat membaca dan semoga suka

See ya

–Moon–

Beta OrionisTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang